Sudah hampir 2 jam Rosie fokus mendengar penjelasan guru matematika didepan, namun tetap saja semua penjelasan itu seakan tidak ingin masuk kedalam otaknya.
Ck, kenapa si matematika itu sulit? Kenapa juga matematika harus wujud?
"Baiklah anak-anak, kelas sudah berakhir. Kalian bisa keluar untuk istirahat," ujar sang guru yang mampu membuat Rosie bernafas lega.
"Rosie, ayo kekantin," ajak Erim, sahabat yang memang cukup mengenali Rosie.
"Ayo Er," Rosie langsung menggandeng Erim menuju kekantin dan mereka menghampiri Lalice yang sudah berada disana bersama Jihan.
"Lama banget si kalian," omel Jihan.
"Salahin tuh guru. Panjang banget penjelasannya," keluh Erim.
"Matematika?" tebak Jihan.
"Iya lah," sahut Erim.
Lalice mengelus kepala kembarannya "Pusing?"
Rosie mempoutkan bibirnya dan mengangguk "Matematika itu sulit Lice," adunya.
"Tidak apa-apa, nanti kita belajar bersama," ujar Lalice menyemangati Rosie.
"Kalian sudah pesan makan?" tanya Erim.
"Sudah kok," sahut Lalice.
"Rosie, lo mau makan apa? Biar gue pesankan," ujar Erim.
"Samakan saja seperti punya lo," sahut Rosie menyerahkan beberapa lembar uang kepada Erim.
"Okey," Erim bangkit lalu berganjak pergi untuk memesan makanan.
Bersamaan dengan itu, makanan yang dipesan oleh Jihan dan Lalice tiba, namun mereka tidak langsung memakannya karena mereka ingin makan bersama Rosie dan Erim.
"Apa tidak apa-apa nanti malam kamu ditinggal sendiri?" tanya Lalice.
Rosie meletakkan kepalanya dipundak Lalice "Tidak apa-apa Lice," sahutnya.
"Maaf ya. Aku tidak bisa membantu kamu dari hukuman Papa," jujur saja Lalice merasa bersalah. Rosie itu adalah kembarannya, jadi rasa sakit yang dirasakan oleh Rosie itu juga pasti akan dirasakan olehnya. Namun dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu Rosie.
Selama ini juga mereka memang hanya akan bermanja disekolah agar tidak ketahuan oleh Askara. Dirumah pula, mereka terpaksa berpura-pura cuek agar mereka tidak menerima amukan dari sang Papa.
*
Berkas-berkas yang ada didepannya itu ditatap dengan nanar. Matanya sudah capek dan harus segera diistirahatkan, namun pekerjaannya itu masih banyak membuat dirinya terpaksa bertahan.
Ceklekk
Raut wajahnya sontak berubah ketika melihat sosok yang memasuki ruangan kerjanya.
"Sayang," Satria, tunangan Jisoora itu memasuki ruangan dengan membawa bungkusan makanan yang dibelinya.
"Sayang? Kamu kenapa kesini?" tanya Jisoora.
Satria meletakkan bungkusan makanan itu diatas meja sebelum berganjak menghampiri Jisoora "Aku tahu kamu bakalan sibuk sehingga tidak ada waktu untuk makan siang. Jadi aku membawakan makan siang untuk kamu. Kita makan berdua disini ya,"
"Tapi pekerjaan aku masih banyak," adu Jisoora mempoutkan bibirnya.
Satria terkekeh kecil "Biar aku bantu," dia mengambil kursi dan berganjak duduk disamping Jisoora. Dengan fokusnya dia membantu Jisoora menyelesaikan pekerjaan sang gadis yang masih terlalu banyak itu.
Jisoora pula tersenyum dengan terus menatap side profile Satria. Hah, cowoknya itu memang sosok yang cukup pengertian. Jisoora bersyukur karena kedua orang tuanya menerima kehadiran Satria. Itu juga gara-gara orang tua Satria memang teman kepada Askara.
Dengan tunangannya itu lah Jisoora bisa menunjukkan sikap manjanya. Dia seakan bisa menjadi dirinya sendiri ketika bersama Satria. Selama ini, Satria yang menjadi sandarannya disaat dirinya benar-benar rapuh.
"Sudah selesai,"
"Eh," Jisoora tersadar dari lamunannya. Ternyata, dia sudah lama melamun sehingga dia tidak sadar kalau Satria sudah menyelesaikan semuanya.
"Aku tahu aku ganteng makanya kamu menatap aku terus," goda Satria yang mencubit pipi Jisoora dengan gemas.
"Apaan si," ujar Jisoora malu-malu.
Satria terkekeh kecil "Ayo makan," dia menggandeng Jisoora menuju kesofa, lalu mereka mula menikmati makan siang mereka bersama.
*
Disisi lain, terlihatlah Jenniefer yang hanya melamun ditaman kampusnya. Kelasnya sudah berakhir 30 menit yang lalu, tapi dia tidak ada niatan untuk pulang. Pikirannya masih dipenuhi oleh obrolannya dengan Rosie tadi pagi."Memangnya orang bodoh itu tidak berhak bahagia?"
"Orang bodoh juga berhak bahagia, namun kita berbeda. Tidak ada kata bebas dan bahagia didalam hidup kita. Kita dituntut untuk menjadi yang terbaik. Hanya itu keinginan Papa,"
"Tapi sampai kapan kita harus mengikuti keinginan Papa? Kenapa kita tidak berhak melakukan apa yang kita suka?"
"Kakak tidak ada jawaban untuk itu,"
"Mungkin kita bakalan menjadi boneka Papa sehingga Tuhan menjemput kita pulang,"
Tuhan menjemput kita pulang.
Kata-kata yang mampu membuat firasat Jenniefer buruk. Kenapa adiknya itu mengatakan kata-kata itu? Apa adiknya memang sudah benar-benar capek sehingga kata-kata itu terlintas dipikirannya?
"Ah itu tidak mungkin. Rosie pasti tidak mungkin melakukan hal itu. Rosie anak yang kuat," gumamnya berusaha menyangkal perasaan aneh dihatinya.
Tapi, sekuat apa pun sosok itu, sisi rapuhnya tetap saja ada bukan? Bagaimana jika sisi rapuh itu sudah memenuhi kehidupan adiknya? Apa adiknya akan menyerah?
Lamunan Jenniefer buyar ketika satu susu kotak menghalang pemandangannya. Dia mendongak menatap sosok yang memberikannya susu kotak itu "Kaisar," gumamnya pelan sebelum mengambil susu kotak itu.
"Mikirin apa hurm?" Kaisar berganjak duduk disamping Jenniefer.
"Semuanya. Aku memikirkan kehidupan aku, kehidupan saudara aku dan masa depan untuk kami," ujar Jenniefer meletakkan kepalanya dipundak sang pacar.
Kaisar tersenyum tipis "Aku tahu kamu kuat. Kalau saudara kamu rapuh, kamu harus menjadi sosok penyemangat mereka. Dan aku, aku akan menjadi penyemangat kamu,"
Jenniefer ikut tersenyum. Pacarnya benar. Dia harus menjadi kuat untuk ketiga saudaranya itu.
TENANG SEMUANYA. CERITA INI FOKUS UTAMANYA ADALAH TENTANG PERSAUDARAAN. JADI KALIAN JANGAN KHAWATIR SAMA ALUR PACARAN. ALUR PACARAN ITU HANYA UNTUK PELENGKAPNYA. TIDAK BANYAK KOK😘
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja(SEGERA TERBIT)
FanfictionSenja merupakan waktu matahari menuju terbenam. Senja dikaitkan dengan perasaan cinta dan rindu yang menggambarkan keinginan Rosie Skyler, sosok yang tidak pernah dihargai oleh sang Papa sehingga takdir memilih untuk membawanya 'pulang'. Rosie suda...