3.Mulainya Konflik?

21 15 0
                                    

Haii! Apa kabar?

Cerita ini dari karangan ku sendiri, ya!!

Happy Reading!!
Semoga suka

Gamon adalah satu hal yang penting dalam mencintai
-ini tentang kita-
***

"Hmm, btw lo kenapa bisa digebukin sama orang tadi!?" tanya Aksa penasaran.

"Gue ga kenal dia, tapi ... tatapannya familiar banget bagi gue," jawab Ayra seadanya.

Orang itu memakai masker, jadi Ayra ngga bisa lihat wajah itu langsung.

Malam semakin petang, membuat Ayra ingin bergegas pulang ke rumahnya. Karena, pasti orang tuanya sudah menunggunya di rumah.

Ayra melihat jam tangan yang melingkar ditangannya. "Udah malem, Sa. gue pulang dulu, ya, dan sekali lagi makasih."

Aksa mengangguk mengerti. "Mau gue anterin?"

Ayra terlihat kikuk saat ini, bingung mau menjawab apa, disatu sisi ia takut merepotkan, dan disatu sisi lagi ia tidak mau menolak karena pastinya bahaya,kan?

"E-ee, kalo ga ngerepotin boleh deh,Sa!"
Kan, pada akhirnya ia memilih jalan yang satu ini.

"Ngga lah, bentar gue ambil motor, lo tunggu di depan aja!" titah Aksa sembari mulai melangkah ke arah garasi.
*****

Dua hari sudah berlalu setelah kejadian malam itu. Pikiran ke duanya kini tertuju pada satu nama. Aksa yang memikirkan Ayra, dan sebaliknya.

Siapa yang tahu, percakapan yang singkat malam itu bisa membuat mereka terus menerus memutar memory percakapan malam itu.

Terdengar notifikasi dari handphone Ayra, ia melihat handphonenya, dapat dilihat nama 'Antharaksa' lah yang tertera dilayar kunci milik Ayra.

Ia bergegas membuka pesan itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayra kembali menatap layar handphonenya itu, ia senyum senyum sendiri sedari tadi, bohong jika ia tidak merasa salting saat disuguhi pertanyaan seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayra kembali menatap layar handphonenya itu, ia senyum senyum sendiri sedari tadi, bohong jika ia tidak merasa salting saat disuguhi pertanyaan seperti itu.

Ini tentang kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang