-Part 4-

1.2K 177 21
                                    

Setelah waktu pulang sekolah tiba, Lalice langsung berganjak pulang bersama sang supir yang sudah datang untuk menjemputnya itu. Dia sudah mengajak Rosie untuk pulang bersama, namun Rosie menolak ajakannya karena tidak ingin kembali menerima amukan dari sang Papa.

Dan disinilah Rosie saat ini. Disebuah pantai yang cukup sepi.

Rosie suka berada ditempat yang sepi karena dia bisa menenangkan pikirannya dengan menikmati senja yang ada disana.

"Senja dikaitkan dengan perasaan cinta dan rindu. Apa suatu hati nanti aku bisa menjadi senja? Dicintai dan dirindui oleh Papa?"

Ck, sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi bukan?

"Dasar bodoh!"

"Bodoh!"

"Kamu tidak bisa mendapatkan nilai yang tinggi hah!?"

"Si bodoh ini!"

Rosie menutup kedua kupingnya ketika kalimat kalimat yang dilontarkan oleh sang Papa seakan memenuhi pikirannya "Aku tidak bodoh Pa," gumamnya dengan menutupi kedua matanya.

"Anak bodoh!"

"Kamu tidak berguna!"

"Cukup Papa!" teriak Rosie, lalu dia membuka matanya dengan keringat yang membasahi dahinya.

Ah, ternyata senja juga sudah pergi meninggalkan dirinya.

Akhirnya Rosie memutuskan untuk pulang sebelum sang Papa pulang duluan daripadanya.

*

Malam sudah tiba dan kini Askara bersama istri dan ketiga anaknya sudah kelihatan rapi. Waktu juga sudah menunjukkan pukul 7 malam dan itu artinya mereka harus segera berangkat.

"Ingat, jangan kemana-mana!" ujar Askara memberi peringatan.

Rosie mengangguk singkat "Iya Pa,"

Askara mendengus sebelum berganjak menuju kemobilnya.

"Rosie," Herlina mengelus kepala Rosie "Maafin Mama ya,"

Rosie menggeleng "Tidak apa-apa Ma. Ini bukan salah Mama. Semuanya salah Rosie karena Rosie bodoh," 

"Tidak sayang. Kamu tidak bodoh. Jangan dengarkan omongan Papa kamu. Mama yakin anak Mama ini punya bakat yang lain,"

Rosie tersenyum "Mendingan Mama pergi sekarang. Papa sudah menunggu,"

Rosie beralih menatap ketiga saudaranya yang juga menatapnya itu "Kalian juga, pergilah,"

"Maaf Rosie," lirih Lalice.

"Jangan pikirkan aku Lice," balas Rosie mengelus pipi Lalice "Pergilah. Have fun!"

"Jaga diri kamu. Kalau ada apa-apa, hubungi Kakak," Jisoora berujar dengan kaku sebelum dirinya berganjak memasuki mobil sang Papa. 

Jenniefer juga melemparkan senyuman tipisnya kepada Rosie sebelum dirinya ikut menyusul sang kakak.

"Ayo sayang kita pergi," Herlina menggandeng Lalice menuju kemobil.

Akhirnya, mobil yang dikendarai oleh Askara berlalu pergi meninggalkan perkarangan rumah.

Rosie tersenyum miris dengan matanya yang fokus menatap kepergian ahli keluarganya itu "Gue sudah seperti pembantu," gumamnya.

Ting!

Rosie membuka ponselnya untuk membaca pesan yang dikirim oleh seseorang.

-Rosie, cafe lagi ramai. Apa kamu mau tampil?-

Senja(SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang