Written by: _sidedew
Chandrawinata Group, Jakarta.
Selasa, 2023
18.00 WIB.Petang sudah mendekati gelap tersisa bias orange di ufuk barat, langkah langkah kaki yang berisik dalam gedung pencakar langit tak terdengar lagi sebab mereka telah meninggalkan tempat di mana mereka menghabiskan waktu setengah harinya demi gaji yang dijanjikan.
Gedung yang nyaris keseluruhannya berdinding kaca biru gelap itu, berlantaikan 40 mulai sepi oleh karyawan yang bekerja. Jam pulang sejak satu jam yang lalu menyisakan kubikel kosong dan lampu-lampu ruangan yang sebagiannya telah gelap.
Di sisi lain masih di tempat yang sama, sosok wanita berparas cantik dengan pakaian formal membungkus tubuh proporsional nya masih berkutat dengan layar tipis berlogo Apple. Blazer hitam yang sejak pagi dikenakannya telah tersampir di punggung kursi, menyisakan blouse frappuccino setengah lengannya.
Jari lentik berpoles nail purple begitu lincah menekan keyboard komputer demi lembaran jurnal yang perlu ia selesaikan. Mata bulatnya terhalang lensa bening, rambut yang tergerai pun sudah terikat asal dengan jeday hitam.
Livia Agatha Collins. Nama lengkap yang cantik secantik parasnya. Wanita dua puluh empat tahun yang bekerja sebagai primary secretary di salah satu perusahaan terbesar di Asia. Ia merupakan lulusan terbaik Harvard administrasi bisnis, kemampuannya dalam skill yang memumpuni dibutuhkan oleh CEO perusahaan tersebut.
"Nona Livia?"
Suara berat milik seorang pria sedikit mengejutkan Livia yang terlalu fokus dengan pekerjaannya.
"Liam?" Wajahnya terangkat. Menilik untuk memastikan benar tidaknya Liam di sana.
Sosok laki-laki berpakaian casual ala pengawal pribadi muncul dari temaram lampu. Laki-laki bernama Liam itu meletakkan satu cup kopi hangat dari brand ternama.
"Sepertinya anda lebih membutuhkan kopi ini, Nona."
Livia mengulum senyum. Menerima kopi hangat itu dan berterimakasih, "thank you, Liam. Anw, call me Livia, please."
"Hahaha, ini masih di dalam lingkup pekerjaan, saya harus menyapa Anda dengan sopan." Lesung pipi kirinya terbentuk samar kala ia tersenyum.
"Ayolah, ini sudah di luar jam kantor." Livia menyeruput kopi hangat dengan anggun.
Sepasang mata yang selalu mengaguminya tak lepas mengamati gerakan Livia. Leher yang sedikit membungkuk, bibir menyentuh tepi gelas dan kedua tangan menahan benda itu dengan tepat.
Untuk minum saja, Livia terlihat cantik, anggun dan elegan. Begitu kira-kira isi hati Liam dalam menilai.
"Emmmh. Kamu emang paling tahu soal rasa kopi yang aku suka. Makasih ya." Ucap Livia tulus.
"Yeah, terbiasa bulak-balik beliin kamu dan pak Daniel kopi, aku jadi tahu kopi apa kesukaan kalian." Liam berbicara santai sesuai kemauan Livia.
"Hihihi.... Omong-omong, kamu gak anterin Pak Daniel pulang?" Cup yang masih tersisa kopi itu ia letakkan di meja.
"Nggak. Beliau pulang sendiri. Katanya, mau ketemu doi."
"Beruntung banget ya punya pacar miliader. Hidupnya terjamin." Livia terkekeh imut.
"Tipe mu seperti pak Daniel?" Hawa penasaran dibalut kekecewaan menguasai Liam.
"Bisa dibilang begitu. Pak Daniel nyaris sempurna, wajar jika wanita mendambakan sosok sepert beliau."
"Kamu pernah naksir?" Liam mencoba bersikap santai seolah pertanyaan ini hanya lemparan tanya tak bermakna.
"Ahahah. Ayo lah, Liam. Pemikiran dari mana itu? Selama aku bekerja, aku tidak pernah naksir cuma kagum aja sama kesuksesan dan bagaimana dia memimpin perusahaan. Pak Daniel mungkin memang tipe ku tapi bukan dia orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝒐𝒔𝒔𝒆𝒔𝒔𝒊𝒗𝒆 𝑳𝒂𝒘𝒚𝒆𝒓
RomanceCollab: _sidedew & __Akasa "Mau sarapan apa, Alsen?" Tanya Livi berpura-polos. "P-u-d-i-n-g." Alsen membisikkannya tepat di telinga Livi. Tangannya langsung menarik Livi untuk duduk di pangkuannya. Diamatinya sesaat belahan dada Livi yang padat...