Absen dulu,
Tim Livi-Alsen? Komen: 💞
Tim Livi - Liam? Komen: 💕
Aku harap part ini bikin kalian greget sih 💋
.
.
.
.
Dengan bantuan security, Livia akhirnya bisa membawa Alsen pergi dari club itu menggunakan mobilnya.Pukul sepuluh malam jalanan yang dilewati cukup lengang memudahkan Civic Type-R merah itu melaju dalam kecepatan normal hanya ada beberapa kendaraan yang melintas namun tidak sampai menimbulkan kemacetan.
Sesekali Livia menoleh ke sebelah kemudi memastikan Alsen tetap baik-baik saja. Alsen yang ia selimuti dengan jas formal milik pria itu tengah tidur tak terusik. Livia menghela nafas lega.
Hening menggantung dalam beberapa menit bahkan suara musik atau pun celotehan penyiar radio tidak terdengar karena Livia sengaja tidak menyalakan saluran di head unit mobil.
Fokusnya tetap terjaga meski jiwa dalam raganya belum juga berhenti bersedih hati. Pertanyaan yang kerap kali mengisi pikirannya, ada hubungan apa Alsen dengan Friska? Sudah sejauh mana hubungan mereka? Apakah lebih dari rekan kerja?
"Aku tidak akan menolak jika kau mengajak ku untuk menemani mu minum," berbicara sendiri dengan suara yang pelan. Ada gurat kesedihan di wajahnya yang lelah.
Sinar lampu jalanan bergantian menyapa halus wajah di balik kaca mobil merah itu.
Livia melanjutkan, "aku tidak tahu, Alsen.
Tapi-," menelan ludah pahit. Ada sesak yang ia coba tepis. "Kenapa aku kesal melihat mu dengan wanita lain." Lirihnya mendayu sayu.Memejamkan matanya sejenak. Ia juga mengoptimalkan tarikan nafas yang entah mengapa terasa sulit kali ini. Ia harus ingat bahwa hubungannya dengan Alsen tidak lebih dari kesepakatan yang tertulis di atas putih. Tidak seharusnya menyangkutkan perasaan pada hubungan semacam ini.
"Lagipula, Alsen bersikap baik pada semua orang begitu juga pada wanita. Jadi, jangan merasa hanya aku saja yang diperlakukan istimewa olehnya." Livia mencoba menguatkan diri dengan cara menegur dirinya sendiri.
Menekan pedal gas untuk menambahkan kecepatan laju kendaraannya, satu tangan Livia memutar roda kemudi dengan mudah. Tubuhnya bersandar lemas nyaman dan kedua mata tetap fokus ke depan meski pikirannya berkelana jauh.
Ia berdecih, tersenyum kecut. "Kau tidak merasa bersalah dengan apa yang telah kau lakukan padaku tadi pagi. Lalu dengan gampangnya kau mendekati Friska. Huh, apa kalian juga melakukan kesepakatan?" Livia mendumel dengan bibir mengerucut kesal.
Pada lampu merah yang menyala. Livia menghentikan laju mobilnya. Dia memiliki waktu untuk menatap Alsen lebih lama lagi.
Gemas bercampur dongkol, tangannya terulur mencubit pipi Alsen yang dingin. "Hiiihh.... Nyebelin! Katanya suka sama puding aku, tapi punya cewek lain masih aja di embat!"
Terlihat Alsen meringis karena cubitannya tapi tidak sampai mengganggu tidurnya.
Ditatapnya lamat-lamat rupa menawan itu, selain senyumannya, Livia selalu suka dengan wajah pulas Alsen. Terlihat polos seperti bukan pria mesum berotak puding.
Tanpa diduga, Livia berkeinginan untuk mencium pangeran tidur itu. Tanpa melepas seat belt, badannya sedikit condong ke kiri, perlahan jarak bibirnya hampir menyentuh pipi Alsen sebelum suara klakson mobil di belakangnya terdengar panjang.
"Anjing!!"
Tidak sengaja mengumpat oleh karena keterkejutannya. Lebih-lebih terkejut dengan satu nama hewan yang dengan ringannya terlontar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝒐𝒔𝒔𝒆𝒔𝒔𝒊𝒗𝒆 𝑳𝒂𝒘𝒚𝒆𝒓
RomanceCollab: _sidedew & __Akasa "Mau sarapan apa, Alsen?" Tanya Livi berpura-polos. "P-u-d-i-n-g." Alsen membisikkannya tepat di telinga Livi. Tangannya langsung menarik Livi untuk duduk di pangkuannya. Diamatinya sesaat belahan dada Livi yang padat...