Written by: __Akasa
Kediaman Alsen.
Sabtu, 20.00 WIBAlsen duduk di balkon rumahnya yang menghadap kebun. Ia menatap kosong pada hamparan bunga yang bermekaran. Di sebelah kanannya sebuah meja menyangga kokoh kopi khas buatannya.
Hubungannya dengan Livia sudah aman, cincin permata kecil itu telah melingkar di jari manisnya. Tidak ada lagi hal yang mengganggu pikirannya selain beberapa kasus khusus yang harus segera ia selesaikan. Belakangan memang ia sibuk mengurus berkas perkara ke pengadilan mengenai gugatan pertanahan tanpa sepengetahuan Livia.
"Ini tentang aset pribadi untuk persiapan hari tua." Ia meneguk kopi yang masih mengepul hangat.
Bahtera rumah tangga di depan mata, namun ia masih merasa kurang kesiapan menjalani hari-hari sebagai ayah, sebagai suami yang membanjiri istrinya dengan perhatian dan kasih sayang.
"Sanggupkah?"
Perihal materi, tentu saja lawyer ternama sepertinya tidak akan kerepotan untuk mencukupinya, bahkan lebih. Alih-alih khawatir tentang harta, ia lebih khawatir akan sikap Livia setelahnya.
"Apakah dia akan tahan dengan kebiasaan tidurku yang berisik(?)"
Sekejap lalu, ia terbayang suasana Swiss yang telah lama ia dambakan untuk dikunjungi. Penugasan Daniel untuk berangkat ke sana merupakan kesempatan. Bukan berarti Alsen tidak mampu untuk membeli dan membayar perjalanan sendiri. Ia hanya terlalu malas untuk mengurus administrasi.
Disesapnya lagi kopi robusta dengan campuran krim susu itu, lagi-lagi pikirannya menerawang jauh ke sana-Swiss-surga bagi mata yang merindukan keindahan alam.
Beberapa menit berlalu tanpa terasa. Alsen melirik smartphone yang menampilkan screensaver jam analog. Waktu sudah menunjukkan 20.35.
"Astaga, bahkan ketika seseorang menikmati waktu, ia berjalan begitu cepatnya, tanpa terasa." Alsen mendengus. Ia terlena oleh angannya sendiri.
"Sepertinya aku memang benar-benar butuh suasana alami itu. Secepatnya." Monolognya disambut 'Miaw' kucing miliknya.
"Felix!" Alsen menoleh pada makhluk berbulu lembut bermata indah. Kucing itu berjalan mendekat lalu melompat ke kursi sebelah Alsen. Ia duduk tenang dengan kaki depan yang tegak menopang tubuhnya. Membuatnya terkesan tampan.
Alsen memberikan elusan lembut di kepalanya. Kucing itu merupakan hewan kesayangannya.
"Bukannya aku sudah memberimu makan?" Alsen mengajak bicara kucing dengan bahasa manusia.
"Miaww...." Jawabnya yang entah apa maksudnya.
"Masih kurang ?" Alsen memastikan.
"Purrr...." Kucing itu ber-Purr ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑷𝒐𝒔𝒔𝒆𝒔𝒔𝒊𝒗𝒆 𝑳𝒂𝒘𝒚𝒆𝒓
RomanceCollab: _sidedew & __Akasa "Mau sarapan apa, Alsen?" Tanya Livi berpura-polos. "P-u-d-i-n-g." Alsen membisikkannya tepat di telinga Livi. Tangannya langsung menarik Livi untuk duduk di pangkuannya. Diamatinya sesaat belahan dada Livi yang padat...