- Part 1

3.4K 183 1
                                    

Aku berpegangan di pintu bus yang melaju kencang. Angin menerpa wajahku dengan kencangnya membuat rambutku terangkat. Aku melepaskan tangan kiriku. Tangan kananku semakin lama semakin tidak mampu menahan tubuhku yang limbung ke depan kearah luar

"Hey... Apa yang lo lakuin... tahan dia....!!!" Terdengar jeritan seseorang.

Terlambat.

Aku sudah melepaskan tangan kananku dan kini dengan cepat tubuhku melayang keluar dari bus itu. Aku melayang kemudian terhempas dengan keras menghantam sesuatu. Terasa sakit tubuhku sesaat. Dan kulihat Kiven disampingku... memegang tanganku... Aku mengikutinya.. kini hatiku berbunga... aku kini bisa bersama dengannya... Langit ternyata berpihak kepadaku... berpihak kepada cintaku... Aku dibawanya ke suatu tempat.. tempat yang indah sekali dengan pemandangannya yang murni... Dari atas bukit itu aku bisa melihat kedamaian yang sesungguhnya... Dimana semua orang bisa bersama dengan orang yang dicintainya... Kiven menarik tanganku berhadapan dengannya... Aku sangat bahagia memandang lagi wajahnya yang kurindukan... Dia bertanya padaku apakah aku mau bersama dengannya lagi? Dengan cepat aku menganggukkan kepalaku... tetapi.... Kiven mendorongku... Aku jatuh kebawah tebing itu... Kiven melambaikan tangannya.... Aku tak bisa berkata apa-apa...lidahku kelu... suaraku hilang... Aku nggak mau kehilangan Kiven lagi....

Aku tersadar ketika kepalaku terantuk kaca disebelah kananku. Kulihat di dalam Bus itu tertinggal beberapa orang saja. Mataku kembali kupejamkan sambil memeluk tas ransel yang kubawa dari kampung. Tetapi kemudian kepalaku terantuk lagi dengan keras.

"Aduh..." teriakku.

Tangan kiriku mengurut kepalaku yang kurasakan membengkak. Aku terantuk di kursi depanku karena mobilnya ngerem mendadak. Kulihat beberapa orang naik ke Bus. Kursi sebelahku yang kosong dan beberapa kursi kosong kulihat di sebelah kiriku. Jadi pasti kursi disebelahku gak mungkin diduduki. Aku memejamkan mataku saking ngantuknya. Tak kurasakan lagi benjolan di kepalaku.

"Permisi... bisa duduk disini?" terdengar suara seseorang dengan sopan. Suaranya gentle banget. Aku memicingkan mataku sebentar sambil bergeser kekanan.

"Silahkan..." kataku dengan nada mengantuk.

"Terima kasih..." jawabnya lagi dengan suaranya yang indah itu.

Kali ini aku tertidur dengan nyenyaknya tanpa benturan. Aku tersandar pada sesuatu yang empuk. Tapi kurasakan tangan seseorang mendorong kepalaku ke kanan. Ah, karena ngantuk aku tertidur lagi. Kembali tangan itu mendorong kepalaku dengan perlahan ke kanan. Karena penasaran aku jadi terbangun. Dan, astaga..... Aku bersandar pada orang yang disebelahku. Sumpah, demi mak gue... aku malu banget...

Perlahan aku menarik kepalaku dengan pura-pura tidur ke sebelah kanan. Aku memejamkan mataku lagi tapi kantukku ilang sudah... ditelan rasa maluku...

Hil...Hil.... Kenapa sih lo kalo tidur gak pernah liat suasana.... Untunglah orang disebelahku pria yang baek... kalo nggak udah dijitak lagi benjolanku...

Aku meraba botol minumanku yang kutaruh di kantong ranselku.. kemana yah? Kok gak ada? Aku melongok kebawah kakiku...ya ampun udah penyok kuinjak-injak... tutupnya udah lari entah kemana... Aku hanya menelan ludah..Panasnya siang itu membuat rasa gerahku kambuh. Aku melongok keluar bis. Dengan gagahnya sang mentari menatapku dengan panasnya.

"Sadis..." Gumamku dengan agak keras.

"Siapa yang sadis?" terdengar suara itu lagi di sampingku.

P R O M I S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang