- Part 2.2

1.2K 111 2
                                    

"Kiven..... telpon gue skarang...." Harapku.

Satu jam kemudian..... tak ada telpon dari Kiven. Aku mengerutkan keningku.

Dua jam kemudian..... tak ada juga telpon dari Kiven. Aku memijit keningku.

Tiga jam kemudian.... Gak ada juga telpon darinya. Aku mengusap dadaku.

Nggak biasanya Kiven nggak menelponku.. padahal mata kuliahnya cuman satu hari ini. Gue tau bener hal itu... Apa dia lagi sibuk? Tapi kenapa nggak beritahu aku?

"Maaf, Hil... gue sibuk tadi ngerjain tugas di perpustakaan..." katanya menjelaskan ketika sore itu aku menelponnya. Nada suaranya penuh penyesalan.

"Nggak apa-apa, Kiv..... " kataku menghiburnya.

"Mungkin beberapa hari ini gue bakalan sibuk.... " katanya lagi.

"Iya.... Gue maklum...."

Akhirnya minggu itu menjadi minggu yang paling membosankan bagiku.

Jumat itu bossku memanggilku. Kita bakalan mempromosikan "Gerakan Anti narkoba" di semua perguruan tinggi dengan baju badut. Dan yang paling parah.... Tempat pertama yang dikunjungi adalah kampus Kiven. Aku gemetaran memasuki kampus yang begitu asing bagiku. Baju panda-ku yang sudah diketahui Kiven, tidak bisa menutupi jati diriku.

Aku menuju ke kerumunan mahasiswa dengan membagikan gelang dan balon 'anti narkoba'. Aku bernapas lega ketika tak ada Kiven disitu. Aku gak mungkin membuat Kiven malu kalo teman-temannya tau kalo temennya seorang badut.

Beberapa mahasiswa memintaku melakukan atraksi. Aku mengiakan dengan melakukan atraksi lempar bola. Mereka bertepuk tangan ceria. Aku kemudian menjauh. Aku melepas kepala kostumku dan meneguk segelas air mineral. Taman di kampus ini begitu indah.... Gak seperti kampusku.. Aku mendengar tawa seorang cewek disampingku yang dibatasi dengan pohon bonsai yang rindang. Aku melongok. Lho.... Itu kan cewek yang ditolong Kiven waktu itu? Oh iya.... Dia kuliah disini juga... ternyata dia punya pacar...

"Kalo gajah.... Apanya yang paling besar?" tanya cowok itu.

Aku menegang.

"Gak tau......"

"Kandangnya...."

Mereka berdua tertawa riang. Aku yang terduduk kaku tak percaya.

"Kenapa cicak tuh gak punya alis?"

Aku tak mampu mendengarnya lagi. Perlahan aku menjauh menyeret kostum gede yang terasa berat.

"Apa dia bohong ama gue beberapa hari ini?" batinku.

Aku merogoh Hanphoneku disaku celanaku. Menekan salah satu nama di phonebook.

"Tuuuttt.... Tuutt......"

P R O M I S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang