- Part 2.3

1.3K 118 2
                                    

"Yuk, jalan......" kataku membiarkan Rizal yang masih memandangiku dengan heran.

"Apa lo gak capek jadi pengantar air kayak gini? Kan dulu cuman jadi badut..." tanya Rizal ketika sudah selesai mengantar air ke semua pelanggan hari itu.

"Yah... lumayan capek... tapi namanya juga kerja... kalo gak mau capek yah jangan kerja..." jawabku singkat.

Rizal menghentikan mobil didepan sebuah warung kecil ditepi jalan.

"Lho... ngapain kita disini?" tanyaku heran.

"Kita ngobrol sambil makan dulu....." katanya.

Aku hanya termangut mengikutinya.

" Kenapa lo sembunyi dari Kiven waktu itu di kampus.?" Tanya Rizal.

Hampir tersembur air jeruk hangat dari mulutku mendengar pertanyaan itu. Aku mengelap tanganku dan bibirku dengan tisue.

"Hmm... itu...." Kataku sambil mencari-cari alasan yang tepat.

"Gue tuh punya utang ama Kiven... due juta, waktu bayar rumah sakit dulu... gue baru bayar sebagian.. gue takut dia nuntut gue.. makanya gue lari dari dia... gitu... ngerti kan?"

Aku berharap "kebohongan" kecil itu bisa memuaskan Rizal yang masih memandangiku. Aku membengkokkan sendok yang kupakai dengan melambai-labaikannya diudara. Aku sering melakukan itu kalau sedang gugup atau memikirkan sesuatu. Aku terkaget ketika Rizal menangkap tanganku dan menarik sendokku yang kini kembali lurus seperti semula.

"Dia memanggil gue "Hil" waktu gue make kostum itu..." kata Rizal kembali.

Aku menegang. Tanganku gemetaran. Apa lagi yang dia dengar dari Kiven? Jangan-jangan....

"Dia bilang.... Maafin gue, Hil...gue selalu saja nyakitin lo..." Rizal menghentikan perkataannya. Memandangiku.

Mataku yang berkaca-kaca, dilihatnya? Plis, jangan sampe dia tau apa yang terjadi...

"Lo ama Kiven?" tanya Rizal.

Akhirnya keluar juga pertanyaan itu. Aku hanya bisa menunduk. Berharap genangan air itu jangan sampe jatuh.

Terlambat.

Tetesan itu kurasakan jatuh ditelapak tanganku tanpa bisa kucegah.

"Gue janji, gak akan ceritain ini ke siapa-siapa..." ujar Rizal yang kuanggap sebuah kata penghiburan buatku.

"Apa lagi yang dia bilang, Zal...?" tanyaku pelan masih menunduk.

"Dia bilang... gue sadar, gak mungkin bersama lo selamanya... jadi.. lupain gue...."

Perkataan terakhir itu seakan mengancurkan duniaku... Menghancurkan mimpiku...

P R O M I S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang