- Part 2

1.2K 105 0
                                    

"Hill... bangunnnnn... temenin gue ke warung... ayoo..." teriak Linda di depan pintu kamar.

"Akkhhhh.... Anak itu lagi... gak abis-abisnya dia nyiksa gue... hiks... masa ke warung aja minta ditemenin..." tangisku dalam hati.

"Sori, Lin gue masih ngantuk.... Capek kemaren kerja seharian.." Teriakku memelas. Berharap ada kebaikan sedikit saja dalam hatinya.

"Gak bisa...... gue hitung sampe tiga...... kalo gak bangunnn.... Duar!! Gue dobrak pintu lo pake bazoka... gue ikat lo di tali jemuran sampe kering.... Satuuuuuu...." Teriaknya lagi tanpa belas kasihan.

"Mampus dah gue......" gumamku.

Aku berjalan ke pintu kamar dengan terseok. Kalo saja ada pangeran yang bisa membawaku keluar dari tempat ini, dan tinggal dengannya di istana, pasti hidupku bakalan happy ending.

"Nih, lo bawa nih 2 botol aqua isinya udah abis..... lo mampu kan?" katanya sambil menyerahkan 2 botol aqua gede isi 19 liter itu ke tanganku.

Aku meringis melihatnya.

"satu aja deh lin.... Satunya lagi besok... ok?" tawarku.

"Nggak.... Bawa dua-duanya..." katanya dengan sangar menampik tawaranku.

Akhirnya aku berjalan mengikutinya dari belakang menuju warung. Dengan memikul 2 botol aqua gede di bahuku. Bekas lukaku di punggungku terasa sedikit nyeri. dan Pasti sebentar lagi tinggi tubuhku berkurang karena beban berat yang kupikul.

Sesampai di rumah aku kembali membaringkan tubuhku ke ranjang. Kurasakan kepenatan tubuhku hilang. dan, kok tubuhku jadi ringan ya? Kok bisa ya aku mengangkat beban seberat itu?

"Apa sebaiknya aku menerima tawaran pak Rujito kerja di tempatnya sebagai pengantar air isi ulang? Kan gajinya lumayan... aku bisa sewa kost. Lagian kan aku bisa kerja juga di Taman sambil malamnya jadi pengantar air minum isi ulang...." Pikirku.

"Hil.... Bantu gue ngupas bawang...." Teriak Linda lagi.

"Gak abis-abis tuh anak.... Dikit-dikit Hil... bikin bete aja... males ah.." gerutuku.

Aku menutup telingaku dengan bantal. Tak terdengar lagi teriakan yang memekakkan telinga itu.

"Biarin aja... dia mo nyetrum gue... dia mau jemur gue ampe kering... bodo amat..." gumamku.

Aku merasakan getaran di pahaku. Ternyata Hpku berbunyi.

"Halo......" jawabku tak bersemangat.

"Hai Hil..... kok lemes jawabnya? Sakit ya?" kata suara itu.

Aku langsung terduduk. Akh,.... Kiven...

"Eh... gak kok Kiv,... cuman baru bangun tidur aja.... Ngapain nelpon gue pagi-pagi? Tumben..." tanyaku aneh.

"Kangen...." Kata Kiven di telpon.

"ihh... kalo kangen kan biasanya lo jemput gue kesini... hehehe..." gurauku.

"Lo lupa ya? Hari ini kan sabtu.... Jadwalnya gue ngunjungi nenek..." kata Kiven.

"Ehhh... ya ampunnnn... kenapa bisa gue sampe lupa? Maafin gue Kiv...." Kataku dengan nada bersalah.

"Yah nggak apa-apa kalo lo lagi capek.... Tapi... gue pasti dihukun nenek seharian nanam singkong kalo lo gak kuajak.... Nenek tuh pingin banget liat kamu..." kata Kiven dengan sendu.

"Ehh... gue gak apa-apa... gue seneng kok ketemu nenek... lo tunggu gue di terminal ya?" kataku bersemangat.

"Gue mampir aja ke rumah kamu, Hil.... Kita bareng.."

"Jam berapa?"

"Sekarang...."

"Lho... kan kamu masih dirumah?"

"Gak kok.... Gue udah nyampe di rumahmu....."

"Akhhh....."

Aku melongok kearah jendela kamar yang menghadap kearah depan. Kiven melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"ya ampunn... tunggu gue ya?" kataku dengan cepat.

Dengan kecepatan setara yang dimiliki Clark kent aku membasuh mukaku... mengganti pakaianku... mengisi beberapa potong pakaian di tas belelku... dan terbang kearah pagar rumah sambil tak lupa menyemprotkan minyak wangi Rexel yang terkenal itu kebeberapa bagian tubuhku mengusir bau apek...

"Aku keluar dulu...... baliknya besok sore...... daahhhhhh" kataku kearah Linda yang memasak didapur.

"Tidakkkkkk!!!!! " teriak Linda sambil mengancungkan pisau mengejar karahku.

Tapi terlambat.

Aku sudah mengunci pintu rumah dengan keras. Dan berlari mendapati Kivenku yang tersenyum renyah. Dia pangeranku.... Tampan dan berwibawa... gak ada yang bisa menggantikan dia dihatiku.... Setrumlah gue... jemurlah gue...kesakitan seperti itu bukan apa-apa....

"Kalo sampe lo ketiduran lagi di bus gue tinggalin deh... biar dibawa lari pak sopir lho...." Kata Kiven dengan wajah kocaknya.

Aku mengucek mataku yang terasa berat banget.

"Sial banget gue hari ini...." Kataku dengan sendu.

"Dimana-mana gak bisa tenang... padahal gue tuh capek banget..."

Kiven memandangi wajahku yang suram.

"Eh.... Gue cuman becanda, kok... maafin deh.." Kata Kiven sambil meraih jemari tanganku dan meremasnya untuk menenangkan aku.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kemudian memandang kearah jendela mobil.

"Emang lo kenapa, Hil...? Punya masalah?"

Aku diam saja.

"Nggak, kok..." jawabku sambil menghindari tatapan mata Kiven yang menyelidik.

Tiba-tiba Bus berhenti mendadak. Aku terjerembab ke depan. Kiven yang memegang tanganku kini merangkulku. Tapi masih saja kepalaku terantuk di besi penyangga kursi didepanku. Mataku berkunang-kunang dengan rasa sakit yang amat sangat.

P R O M I S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang