- Part 2.1

1.1K 99 3
                                    

"Aduuuhhh.... Kakiku....tolonggg.. aduh..."

terdengar jeritan di kursi belakang. Kiven dengan cepat berdiri. Aku nggak bisa berdiri karena kepalaku masih pusing dan kurasakan dahiku membengkak. Kiven memandangku. Aku mengisyaratkan dengan mataku kearah Kiven untuk melihat orang yang minta tolong. Kiven mengerti maksudku.

"Aduhhh... sakit banget...." Teriak wanita itu lagi.

Setelah terasa reda rasa sakitku aku melongok ke belakang kursiku. Kulihat Kiven menggenggam sambil mengurut pergelangan kaki wanita itu. Tepatnya cewek itu. Wajah cantik terlihat dengan rambut lurus sampai ke punggungnya meringis menahan sakit. Aku duduk kembali ke kursi. Aku memejamkan mataku yang masih terasa berat meskipun dahiku udah membengkak. Entah kenapa rasa ngantuk selalu menyerangku kalo lagi naik bus.

Aku terbangun ketika bus kembali mengerem mendadak. Untunglah kali ini kecepatan refleksku membantuku menahan tubuhku dengan tanganku. Kini kantukku hilang sudah. Aku memandang Kiven. Kursinya kosong. Kemana dia?

Terdengar tawa Kiven di belakangku diikuti tawa renyah cewek itu. Ternyata Kiven sedang bercanda dengan cewek itu. Aku melihat jam tanganku. Sebentar lagi sampai. Tapi kenapa Kiven gak balik kesini? Padahal udah sekitar 20 menit Kiven disana. Kenapa dia malah bercanda dengan cewek itu?

"Akh... kenapa gue jadi jeles gini? Mereka kan cuman becanda.... Lagian tadi Kiven nolongin cewek itu..." batinku.

Kini Mobil sudah berhenti di persinggahan terakhir. Aku meletakkan tasku di punggungku. Kiven belum juga kembali. Aku mengambil tasnya dan menjinjingnya keluar turun dari bus. Aku memandangi pintu Bus yang kini terlihat beberapa orang yang turun. Akhirnya terlihat Kiven dan cewek itu. Kiven terlihat membimbing cewek itu yang berjalan tertatih. Aku melambaikan tangan kearah Kiven. Kiven tersenyum kearahku sesaat lalu berbicara kembali dengan cewek itu. Aku membiarkan mereka berbincang sebentar. Kulihat Kiven memberikan kartu namanya ke cewek itu kemudian melambaikan tangan untuk pamitan dan menuju kearahku.

"Serius amat...." Kataku bercanda sambil menyodorkan tasnya.

"hehe.. cewek itu namanya Gina. Dia ternyata satu universitas denganku tapi beda jurusan.." jelas Kiven.

"Saking asiknya ngobrol eh... gak sadar udah nyampe ternyata...." Sambungnya.

"Udah ah... jangan ngomongin dia lagi.... cepetan... nenek udah nunggu..." potongku.

Kiven memandangi dahiku. Aku menutupnya dengan tanganku. Kiven menarik turun tanganku.

"Waduhh.... Sampe biru gitu.... sakit ya? Ntar gue naruh obat kalo udah nyampe dirumah nenek..."

"Nggak apa-apa..... udah gak sakit kok.....Aduhhhh....." kataku terputus ketika Kiven menyentuh benjolanku.

"gak sakit kok ngaduhhh..." katanya.

Aku hanya meringis kesakitan.

"Aduh... sakittt.... Kenapa sih, Nek...? Baru nyampe udah dicubitin...." Gerutu Kiven ketika memasuki rumah nenek.

P R O M I S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang