Selagi masih berada di pengawasan Jaehyun, Taeyong memperbolehkan dan tidak akan khawatir keempat anaknya bermain di taman yang berada di dekat rumah.
Taman yang dipenuhi dengan anak-anak bermain, khususnya di sore hari tentu membuat Taeyong tak nyaman kalau anak-anaknya bermain di sana. Ada banyak faktor, termasuk penculikan. Apalagi anaknya masih sangat kecil, Taeyong takut kewalahan atau lalai menjaga mereka.
Namun, karena Jaehyun memberikan me time untuknya di sore hari dan berjanji akan mengawasi anak mereka dengan baik di taman, Taeyong pun menurut saja. Jaehyun bukan orangtua yang lalai, pikirnya.
Jadi sore itu, Jaehyun membawa anak-anaknya ke taman untuk jalan-jalan sekaligus bermain, sementara Taeyong beristirahat di rumah. Tentu saja, sesuai ekspetasi, taman tersebut dipenuhi anak-anak kecil yang sepantaran umur mereka.
Minhyung sedang bermain pasir di sebuah kotak khusus bersama Beomgyu. Mereka berdua tampak abai dengan anak yang lain dan fokus bermain menanam kaki masing-masing sambil tertawa. Sedangkan Jaehyun dan kedua bocah lainnya sedang fokus bermain lempar bola.
Namun, yang namanya anak-anak kalau bermain pasti ada di luar batas mereka. Selagi fokus bermain, Minhyung tidak tau kalau ada anak-anak yang bermain di lapangan sebelah kotak pasir sambil menerbangkan pesawat origami ke arahnya. Salah satu pesawat kertas itu melayang mengikuti ke arah angin dan menabrak surai Minhyung.
Jangankan meninggalkan luka, rasa sakit pun tak terasa Minhyung dari kertas yang sama sekali tak ada beratnya itu. Hanya saja, respon Beomgyu yang tak bisa melihat kakaknya tersentuh langsung berteriak kencang.
Minhyung kaget, begitu pula anak kecil yang hendak mengambil pesawatnya.
"Beomie kenapa?" tanya Minhyung panik. Beomgyu berdiri dari pasirnya dan memeluk Minhyung dengan dramatis.
Jaehyun yang mendengar teriakan si bungsu ikutan panik dan mendekati mereka berdua. "Kak, Adek kenapa?" tanyanya. Minhyung hanya menggeleng. Ia masih belum memproses apa yang terjadi pada adiknya.
"At! Na tu jaat!" pekik Beomgyu sambil menunjuk si pemilik pesawat kertas dengan mata berair. [Jahat! Anak itu jahat!]
Bentar. Jaehyun ngebug dulu karena belum paham bahasa bayi walaupun udah punya 4 anak.
"Kenapa? Kok jahat, Dek?" Minhyung paham pun bertanya lagi. Jaehyun kalah sama anak kecil 7 tahun.
Tapi, perasaan anak itu ngga ada ngapa-ngapain deh, batin seorang Jung Minhyung.
"Kul kul Kak Makeu ..." kata Beomgyu lagi sambil ngusap kepala Minhyung sambil sesegukan. Bibirnya mempout ke bawah, matanya juga masih berlinang. [Pukul, pukul Kak Makeu.]
Kenapa dipanggil Kak Makeu? Ntah, aku juga ngga paham. Suka-suka Beomgyu aja.
"Tit nda? Ka?" tanya Beomgyu cemas. Seolah-olah Minhyung baru saja dilempar batu. [Sakit, ngga? Luka?]
Minhyung tersenyum lebar, ternyata adiknya itu khawatir. Lucu, batinnya gemas. "Oh, nggak, Beomie. Ngga terasa sama sekali. Itu kan cuman kertas."
Bibir bawah Beomgyu gemetar. Ia masih memberi usapan di kepala Minhyung seperti tengah mengobatinya.
Minhyung kembali memeluk Beomgyu. Ia terkekeh, diam-diam mengembalikan pesawat kertas ke pemiliknya dan menyuruhnya untuk cepat-cepat pergi. Bisa gawat kalau Beomgyu masih mengamuk dan melempar pasir ke anak itu.
Selamat sih dari Beomgyu, tapi Jeno yang melihat paham akan situasi dari awal pun melempar bola di tangannya ke kepala anak itu sebagai pembalasan. Sementara Sungchan ikut-ikutan kakaknya dengan melempar sendalnya.
Pokoknya ngga ada yang bakal selamat kalau dah nyentuh Kak Minhyung!
Jaehyun cuman bisa ngelus dada. Nggak lagi-lagi ngajak anaknya main di luar.
※※※
"Pa, itu kenapa kepala Kakak diperban pake plastik?"
"Kakak baru ditabrak pesawat, Bu. Jadi kepalanya dioperasi adek."
"Hah?" Taeyong menggaruk kepalanya kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Brother 》❥ Jung Fams
FanfictionJung Jaehyun x Lee Taeyong [Jaeyong] ➣❁ Keseharian Jung Minhyungㅡatau yang akrab disapa sebagai Markㅡdalam menjaga ketiga adiknya yang sangat hyperaktif.