Demam

3.3K 252 10
                                    

Jeno demam. Badannya panas sekali dari kemarin.

Sudah dibawa Jaehyun ke rumah sakit sebelumnya dan dirawat selama semalam, dan sekarang sudah tidak terlalu parah, kata Dokter usai diperiksa lebih lanjut, yang penting istirahat total dan jangan lupa minum obat. Tapi, Jeno setiap sakit itu rewel sekali. Dia banyak menangis, tidak mau lepas dari kakaknya, yakni Minhyung. Kalau tidur pun tangan Minhyung tidak dilepasnya semalaman.

Jadi ini, di hari Senin yang cerah, ketika Minhyung akan bersekolah, tak disangka Jeno langsung bangun, dia keluar kamar karena tak melihat keberadaan kakaknya. Malahan menemukannya di depan pintu sambil mengikat tali sepatu.

"No!" Balita itu menjerit histeris, berjalan tergesa lalu memeluk tas punggung kakaknya, tidak mengizinkan Minhyung untuk pergi meninggalkannya.

Minhyung kaget. "Eh, Jeno. Kakak mau sekolah," katanya memberikan pengertian.

"No...." Jeno menggeleng sambil merengek keras. Air mata sudah turun di atas pipi. Tangan yang imut itu mencengkram kuat seragam Minhyung dari belakang, masih enggan memberi izin.

Minhyung jadi berbalik dan memeluk Jeno. Dielusnya punggung si adik lalu menyentuh wajahnya. Yah, masih panas ternyata, ujar batinnya yang tak tega.

"Oh, Jeno. Kakak mau sekolah dulu, sayang. Nanti balik." Taeyongㅡyang lagi suapin anak kembarnya di dapur pun jadi terhenti mendengar keributan kecil dan mendekati si sulung yang sedang dipeluk erat-erat oleh seorang balita bernama Jung Jeno itu. "Sama Bubu yuk, sayang?"

Sayangnya, bujukan Taeyong tak mempan untuk Jeno. Anak itu cuman mau kakaknya sekarang, bahkan ia menghempas tangan pria cantik itu ketika hendak menjauhkannya dengan Minhyung. Tangisan Jeno pun semakin kuat manakala Taeyong masih mencoba untuk menggendongnya.

"No! Gak boyeh pelgi ... huwee... Kakak ..."

Jaehyun yang semula di kamar mandi pun mempercepat urusannya yang sedang bercukur begitu mendengar tangisan Jeno semakin kuat. Pria beranak empat itu mencoba membujuknya dengan halus. "Aduh, anak Papa. Ayo, sama Papa aja ya, sayang? Kita main, mau?"

Jeno menggeleng ribut di pelukan kakaknya. "Ndak... Mau Kakak..."

Tapi, Jaehyun memaksa dengan lembut agar Jeno bisa lepas dari Minhyung. Walaupun, anak itu berusaha untuk tidak melepas, tapi kekuatannya tak seberapa dengan Papa-nya. Alhasil, ia pun berakhir di gendongan Jaehyun, seketika pula tangisnya langsung pecah.

"Kakakkk....." Jeno berusaha untuk turun dari pelukan Jaehyun dengan memukul-mukul bahu pria itu. "Kakakk..." Tangisnya tersedu-sedu seolah-olah ini adalah perpisahan mereka untuk selamanya.

"Kakak dianter dulu sama Pak Kim, gapapa ya?" kata Taeyong. Biasanya Minhyung diantar oleh Jaehyun sekalian pergi bekerja, tapi melihat kondisi Jeno, sepertinya Jaehyun memilih untuk izin lagi saja hari ini.

Minhyung dengan patuh mengangguk. Namun, matanya masih mengerling pada Jeno yang menangis. Ia ikut sedih, jadi menundukkan kepala dengan lesu.

Taeyong yang mudah menyadari perubahan anaknya pun memeluk Minhyung dengan lembut. "Gapapa, adik Jeno pasti sembuh. Kakak belajar yang bener, ya? Nanti pulang bisa sama Jeno lagi," bisiknya halus sambil menepuk-nepuk punggung anak sulungnya.

"Kakak..."

Jeno merengut. Masih terlihat tak rela dengan kepergian kakaknya. Alhasil, Jaehyun membawa Jeno ke tempat lain agar tidak melihat si sulung pergi.

"Nanti Kakak bawa jajan, ya? Kakak janji..." gumam Minhyung sebelum keluar dari rumah, diantar Taeyong sampai masuk mobil.

※※※

"Udah membaik, kan Pa?"

"Udah. Syukurlah ..." Jaehyun menghela napas usai mengamati termometer yang menunjukkan angka suhu dari tubuh anak keduanya. Kini telah membaik, Jeno juga sudah tidur usai dua jam kepergian Minhyung. Ia terkekeh mengingat kejadian tadi pagi. Itu lucu sekali kalau diingat-ingat. Padahal tadi Jaehyun dan Taeyong sama-sama panik.

Jaehyun pun menoleh karena tak mendapat jawaban dari sang istri. Tersenyum maklum mendapati Taeyong telah jatuh tertidur di atas pangkuannya sambil memeluk Sungchan yang sedang tenang mengisap jarinya. "Capek banget pasti," kekehnya lagi dengan jemari yang mengusap surai Taeyong dengan sayang.

Ia lalu beralih pada Beomgyu yang terduduk di sebelah Jeno. Bayi kecil yang satu itu menatap Jeno dengan mata bundar polosnya lalu mendongak, beralih pada Jaehyun sekilas, kemudian mengarah pada Sungchan, dan kembali ke wajah Jaehyun. Tampaknya, ia menyadari ada satu anggota saudaranya yang menghilang.

"Makeu ..."

"Makeu?" gumam Jaehyun bingung.

"Makeu!" Beomgyu menjerit tiba-tiba, tampak kesal. Bibirnya mempout membuat Jaehyun ingin mencubitnya, tapi tidak bisa karena tidak ingin mengganggu tidur Taeyong.

"Nyari Kakak, ya? Kakak lagi sekolah."

Beomgyu pun menundukkan kepalanya dengan lesu.

"Sini tidur, sama Papa sini, sayang." Jaehyun menepuk-nepuk sisi paha satunya yang kosong, berharap agar Beomgyu datang. Dan yang benar saja, bayi itu langsung merangkak, hampir saja membuat Jaehyun memekik karena ia melewati tubuh Jeno tanpa dosa.

Dan, Jaehyun kembali menarik napas lega karena Jeno tidak terusik tidurnya. Bisa repot kalau anak keduanya yang manja itu terbangun dan masih tidak menemukan Minhyung.

"Anak nakal." Begitu Beomgyu mendarat di atas paha Jaehyun, pria tampan itu mencubit gemas dagu sang anak.

"Bwa ..." Sungchan bersuara dengan mencoba bergerak, minta lepas dari rengkuhan Taeyong. Jaehyun pun mencoba mengeluarkannya tanpa membangunkan Taeyong. Ketika bayi satunya terbebas, ia merangkak lalu  menggulingkan tubuhnya secara tiba-tiba.

Kaget melihatnya, Jaehyun dengan sigap menangkap kaki Sungchan sebelum mendarat di tubuh Jeno yang tertidur. Astaga, dua bayinya sangat full battery pagi ini.

※※※

"Kakak pulang~"

Minhyung berlari dengan semangat memasuki rumah tepat setelah membuka sepatu sekolahnya. Ia melewati ruang tengah sembari menenteng tas spiderman lalu meletakkannya di atas sofa. Menemukan Beomgyu yang langsung memekik girang dan mengangkat kedua lengannya.

"Kith, kith ..."

"Sebentar, ya? Kakak cuci tangan dulu." Ia melewati Beomgyu dan bergegas pergi ke kamar mandi. Rutinitas seperti biasa, sesuai dengan pesan Taeyong kalau ingin menyentuh adik bayi harus cuci tangan dan muka tiap kali habis dari luar.

Namun yang namanya Beomgyu tidak sesabar itu. Ia merangkak dengan tertatih-tatih dan menunggu di depan pintu kamar mandi.

"Kakakk..." Dan, jangan tanya teriakan siapa itu. Sudah pasti Jung Jeno yang terbangun dan keluar dari kamar setelah sayup-sayup mendengar suara kakak sulungnya.

Minhyung yang telah berganti pakaian dan selesai bersih-bersih pun keluar dari kamar mandi. "Jeno, Kakak kangen!"

Jeno langsung memeluk Minhyung dengan erat. Beomgyu yang melihat itupun berteriak kencang, tak senang.

"Astaga, iya, iya. Sini Kakak cium." Punya adik cemburuan semua ternyata. Minhyung mengecup hidung adik bungsunya, lalu tertawa geli saat Beomgyu menyelinap ke pelukannya di saat Jeno sedang juga tengah memeluknya.

"No! Ini Kakak Nyenyo!" Jeno marah dan berusaha mendorong Beomgyu karena tak terima kakaknya dibagi-bagi orang lain.

Belum selesai dengan Beomgyu, datang lagi kembarannya yang ikut girang melihat Minhyung dan merangkak dengan cepat dari pintu kamar menuju mereka, ingin ikut serta memeluk si sulung.

Oh, astaga. Here we go again. Wajah Minhyung berubah pucat.

Minhyung terjebak di antara tiga adiknya. Untuk kesekian kalinya.



Sementara itu, di balik dinding dapur, Jaehyun dan Taeyong berusaha untuk menutup mulut masing-masing demi menahan tawa ketika si sulung berteriak minta bantuan pada mereka.

><

Big Brother 》❥ Jung FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang