Behind Concert in Jakarta - 230525

476 40 45
                                    

"Kau belum baik-baik saja?"

Isabelle menolehkan kepalanya kepada pria yang bersandar di ranjang kamar hotel malam itu. Sudah lebih dari 1 jam dia disini (bekerja di depan laptop di kamar karena dipaksa tidak boleh di ruang tengah) tapi tak berhenti mendengar prianya batuk, dia pikir sudah membaik kesehatannya, tapi ternyata masih terdengar buruk. "Hn."

"Sudah mengatakannya pada tim?"

"Sudah."

Mungkin dia sudah membicarakannya waktu rehearsal tadi. "Lalu apa yang mereka lakukan? Setidaknya membawamu ke dokter lagi? Sepertinya obat herbal atau yang kemarin itu tidak cukup. Apakah tidak ada sesuatu lagi yang bisa membantu untuk mengurangi—"

Tok tok tok

Yoongi bergegas turun dari ranjang, berjalan melewati tempat puannya yang sedang duduk bekerja lalu mengacak rambutnya sebelum pergi ke depan untuk membuka pintu kamarnya. Menghentikan protesan kecil Elle yang menggemaskan dengan bukti langsung jika timnya memang bekerja dengan baik. "Terima kasih," katanya pada tim protokol setelah mendapatkan satu kantung tas.

Setelah pintunya kembali ditutup, Isabelle lalu mengambil alih kantung itu dan mulai membukanya. "Lehermu gatal?" Dia temukan ada obat batuk, obat herbal yang lain yang entah apakah akan benar-benar manjur, kompres leher, aromaterapi, dan teh jahe. "Masih demam?"

"Gatal, tapi sudah tidak demam, kok. Tapi kau tahu, aku bukannya batuk, cuma gatal saja tenggorokannya."

"Itu flu namanya."

"Debu."

Bola matanya berputar. "Kudengar orang tuamu membawakan suplemen. Sudah diminum?"

"Sudah."

"Vitamin dan tonik yang kubawakan?"

"Sudah."

Elle memberikan tablet obatnya pada Yoongi dan segelas air. "Cuacanya memang sangat berbeda dari Korea, aku periksa udaranya sangat buruk sekali. Kau juga masih kelelahan setelah tur di US."

Pria itu kembali berbaring di ranjang setelah menelan obatnya. Membiarkan kekasihnya melakukan semuanya setelah ia menolak bantuan yang ditawarkan tim protokol barusan. Memejamkan matanya, tiba-tiba lehernya hangat, kemudian difuser samping ranjangnya menyala.

"Jangan khawatir, kalau kau tegang dan terlalu banyak pikiran batuknya malah makin parah."

"Bukan sakit, Elle, kau bilang sendiri udaranya—"

"Iya, kau bisa mengatakan itu pada penggemarmu." Gadis itu memastikan semuanya nyaman. "Bagaimana dengan orang-orang yang kau ceritakan padaku kemarin?"

Pria itu mengernyitkan dahinya. Merasakan Elle sudah selesai mengurusinya dan kembali duduk di kursi. "Tim sudah menakutkan hal ini terjadi, keamanannya di negara ini benar-benar buruk. Kudengar tidak ada ARMY yang ke bandara, itu mengejutkan beberapa staf, tapi tetap saja ada yang tidak mengikuti aturan."

"Sumpah itu mengerikan mendengarnya. Mereka mengambil foto tanpa persetujuanmu. Ini lebih parah dari yang waktu itu."

"Ini lebih parah karena staf mendengar itu beredar di media sosial. Sisanya kami sudah mengetahui akan terjadi. Memang ada beberapa negara yang mengharuskanmu menambah ekstra kesabaran."

Elle membawa tubuhnya kembali berputar menghadap meja dan laptop di atas meja sambil menggelengkan kepala. "Jam berapa besok ke venue?"

"Jam 1."

"Istirahatlah, sebentar lagi aku selesai."

"Kau jadinya pulang hari Minggu?"

Elle mengangguk-angguk. "Iya."

Behind the Scene of Min SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang