Bab.9

5.8K 655 70
                                    

Bab. 9

Reciprocated Feeling. 2

30. O2 23





Hari telah beranjak sore saat Wuxian berlari hinga menabrak Nuan yang baru saja keluar setelah membersihkan seluruh sudut kamarnya. Keduanya jatuh bersisian di mana beberapa pelayan yang melihat itu segera menolong Nuan berdiri.

“Tuan muda.” Nuan melepaskan tangan para pelayan dan menggapai tangan Wuxian untuk berdiri. “Kenapa berlarian?”

Wuxian menggeleng meski kemudian rasa perih di sikunya membuat pemuda itu segera menutupinya. “Maaf aku menabrakmu.”

“Tidak apa –apa.” Nuan berniat kembali bicara saat dilihatnya merah yang menetes dari siku Wuxian. “Ya, Tuhan! Anda berdarah!” Nuan kemudian membawa masuk Wuxian ke dalam kamar di mana para pelayan kemudian menemukan sudut lantai yang pecah telah menjadi merah.

“Apa dia tadi meminta maaf?” bisik salah satu pelayan yang diangukkan yang lainnya.

“Sungguh aneh, kukira dia iblis yang hanya bisa menyalahkan orang lain untuk setiap kejadian yang tidak sesuai dengan kehendaknya.” Yang lain menyahuti.

“Kukira juga begitu.”

Ketiga pelayan di sana kemudian berdiri di depan pintu kamar Wuxian dan berusaha menguping pembicaraan Nuan dengan istri tuan besar mereka yang terkenal bertempramen buruk itu.

“Kukira dia benar –benar terluka.”

“Iya, lantai pecah ini memang telah lama menjadi hambatan, hanya saja untuk mengatakannya kepada tuan besar adalah hal yang keterlaluan, dia sudah sangat sibuk dan lelah bekerja, masa untuk hal kecil ini saja harus direpotkan?”

“Iya, seharusnya ini diurus oleh istrinya, hanya saja dia memang tidak berguna, lihatlah, sekarang dia menuai sendiri akibatnya.”

“Sedang apa kalian?”

Ketiga pelayan di sana merasakan mereka akan segera memiliki serangan jantung saat menoleh dan menemukan sang tuan besar, Lan Wangji, berdiri menatap mereka.

“Siapa yang terluka?” tanya tuan besar itu sekali lagi yang membuat para pelayan itu dengan serampangan menunjuk antara lantai dan pintu kamar milik Wuxian. Setelah menangkap maksud ketiga pelayan yang mendadak menjadi gagap itu, Wangji segera masuk ke dalam kamar di mana Wuxian tengah memegangi lengannya, sementara Nuan sedang bersimpuh di depannya untuk membersihkan darah di siku lelaki muda itu.

“Tuan besar.” Nuan berdiri dan membiarkan Lan Wangji yang mendekat ke sisi ranjang di mana Wuxian berada untuk melihat luka robek pada siku lelaki muda itu. Dan Wuxian hanya bisa dengan canggung melirik pada Lan Wangji yang entah mengapa tatapannya seolah mengatakan; kau menjadikan aku bantal dan berlari kesetanan begitu terbangun dan melihatku, lalu sekarang kau dengan ceroboh menjadi terluka? Sungguh luar biasa!

“Pergilah, akan kuurus dia.”

“Ya?” tanya Nuan sekali lagi. Sungguh, bukankah ini kemajuan yang begitu pesat di antara keduanya? Apakah tuan besarnya ini merasa kehilangan setelah dua tahun ditempeli seperti seekor lintah dan kini Wuxian bertobat dari menjadi fans fanatiknya?

Lan Wangji hanya diam dan mengambil kotak obat di tangan Nuan saat Wuxian yang melihatnya kemudian menggeleng ke arah gadis pelayan itu yang hanya bisa memasang senyum kikuk, tidak tega tetapi juga tidak bisa melawan kehendak tuan besarnya.

Wuxian yang terdengar seperti tengah merengek membuat Nuan melipat bibir demi menahan tawanya. Dalam hidupnya, ia sungguh tidak menyangka, tuan muda berwatak angkuh dan egois --hingga para pelayan menamainya sebagai bocah iblis ini --akan merengek padanya seperti seorang bayi.

(SPOILER 11 CHAPTER ) Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang