Side Story (Ayon)

447 30 0
                                    


BAB 1

Remaja cowok yang kini tengah duduk termenung di balkon kamarnya itu mengusap ekor matanya yang meneteskan sedikit cairan bening. Setiap kali mengingat beberapa cuplikan memori yang tersimpan di pikirannya tentang masa masa kecilnya itu kerap membuat dadanya terasa sesak. Rasanya sakit ketika menyadari bahwa dirinya tidak dekat dengan saudara kembarnya sendiri. Sejak dia dan Marvel, kakak kembarnya, beranjak remaja, hubungan mereka kian merenggang. Dibanding dengan Marvel, dia justru lebih dekat jika bersama sahabat-sahabatnya.

Rasa iri jelas ada dalam benak Ayon setiap kali melihat ayahnya. Galvin, terlalu posesif kepada Marvel sehingga melupakan kehadirannya begitu saja. Namun, Ayon juga paham bahwa di sisi lain, Marvel merasa tertekan karena dituntut untuk menjadi seperti seseorang yang ayah mereka dambakan.

Ayon tidak menyalahkan kakak kembarnya. Hanya saja, dia sedikit kecewa dengan jalan hidupnya. Dia kesepian, sangat. Bahkan, tidak jarang dia merasa asing dalam keluarganya sendiri.

Galvin terlalu membebaskan Ayon, menurutnya Marvel saja sudah cukup untuk menjadi penerus bisnis yang sudah dirintisnya. Sementara Ayon, Galvin seolah tidak peduli dengan perjalanan hidup anaknya yang satu itu. Seharusnya, dia bisa berperilaku adil kepada dua anak kembarnya. Namun, belasan tahun membesarkan Marvel dan Ayon, dia tidak pernah memperlakukan mereka dengan seadil-adilnya

"Kalau seandainya Bunda masih ada... mungkin kita ngga akan sejauh ini. Vel."

Ayon mencengkeram teralis balkon kamarnya untuk meluapkan emosi yang menyeruak di dada. Kalau saja keluarganya utuh, kalau saja Gentari tidak meninggal setelah melahirkan dirinya dengan Marvel, kalau saja takdir masih berbaik hati kepada mereka. mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Namun, nahas, semua kenyataan pahit itu kini harus tetap dia dan Marvel jalani.

Dalam diamnya, Ayon menatap Marvel yang berada di halaman rumah itu dengan tatapan sendu. Kembarannya ini terlihat sedang berlatih bela diri di malam hari seperti ini.

"Jadi lo.. pasti berat, Vel. Tapi, gue ngga munafik kalau gue juga pengen dapat kekangan dari Ayah kayak lo selama ini."

***

"Cewek ke berapa, Yon?"

Pertanyaan itu seolah sudah menjadi makanan sehari-hari yang Ayon dapatkan. Tidak heran karena hampir setiap hari dia selalu bergonta-ganti cewek dengan seenaknya sendiri. Namun, Ayon bukanlah cowok mesum yang akan melakukan hal di luar batas yang seharusnya. Dia hanya akan memacari banyak cewek untuk sekadar berkencan bersama lalu putus jika sudah merasa bosan. Satu pun dari mereka, belum ada yang benar-benar berhasil memikat hatinya Cantik, modis, kaya, ketiga itu tidak cukup untuk membuatnya jatuh cinta

"Malas hitungnya Ya, ngga, sayang?" balas Ayon disertai kedipan genit pada seorang cewek yang kini duduk di sebelahnya. Saat ini, dia dan anak-anak Diamond tengah berada di kantin sekolahan. Jam istirahat seperti ini akan dia manfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama salah satu dari pacar pacarnya.

Sintia, nama cewek itu, tersenyum malu dengan pipi yang bersemu karena baru saja dipanggil dengan sebutan manis oleh Ayon. Kekasihnya yang baru resmi jadian dua jam yang lalu itu sudah beberapa kali membuatnya salah tingkah sendiri. Sudah lama dia mengidam-idamkan Ayon untuk menjadi pasangannya. Meski tahu tidak akan bertahan lama, yang terpenting dia sempat merasakan gombalan manis dari buaya kelas kakap yang juga menjadi teman sekelasnya.

"Lo kok mau, sih, Sin? Ganteng ngga, narsis iya." Malik bergidik ngeri kala melihat Ayon yang dengan pedenya menyugar rambut ke belakang seolah-olah menjadi orang paling tampan sedunia.

"Daripada kamu, Lik," balas Sintia kemudian terkikik geli. Jawabannya itu menghadirkan tawa dari anak-anak Diamond lainnya, kecuali Marvel dan Malik tentunya.

"Kurang ajar lo, Sin!" sungut Malik tidak terima. "Asal lo tahu, gue sama curug sialan itu masih gantengan gue."

"Idih, kata siapa?" Ayon mendelikkan matanya. "Kata Mama Viola!" balas Malik begitu bangga.

"Dasar anak mama lo!" ejek Ayon kemudian menoyor kepala Malik yang duduk di sebelah kanannya.

"Daripada lo, nggak punya mama," ledek Malik membuat Ayon tersenyum kecut mendengarnya.

"Gelap banget padahal siang bolong," timpal Ledib sembari melihat ke sekitarnya. Untung saja di antara mereka semua sudah kebal dengan berbagai macam candaan seperti contohnya yang dilontarkan Malik. Jadi, mereka tidak akan ambil hati setiap candaan gelap yang hampir selalu ada kala mereka tengah bersenda gurau bersama.

"Kapan taubatnya, sih. Yon? Kurang banyak apa cewek lo? Gue rasa hampir setiap cewek di sekolah ini pernah lo pacarin," kata Gizan merasa heran.

Ayon tersenyum tipis mendengar pertanyaan dari sang ketua Diamond itu. Tangan kirinya yang semula merangkul pundak Sintia kini terlepas dan beralih saling menautkan jemarinya sendiri. "Sampai gue dapat perhatian dari keluarga gue sendiri."

Jawabannya itu berhasil membuat Marvel yang sibuk bermain ponsel kini mengangkat pandangan dengan raut wajah pias.

***

BAB 2

Malam pun kembali tiba. Hal yang paling tidak Ayon sukai, kali ini benar-benar kembali datang untuk menyiksanya. Dengan peluh yang terus menetes, dia mencengkeram perutnya yang terasa sakit luar biasa. Tubuhnya semakin lemas dengan bibir yang memucat. Dia mencoba mencari letak remote AC-nya karena suhu kamarnya yang dingin membuat tubuhnya semakin menggigil. Ini juga karena kesalahannya sendiri yang tidak menjaga pola makan beberapa hari belakangan. Penyakit mag-nya yang sudah akut kini kembali kambuh di saat dirinya tengah di rumah sendirian.

Nasib sial rupanya tidak pernah berhenti menyelimuti harinya. Remote AC yang biasanya tergeletak di atas nakas entah mengapa menghilang begitu saja. Tidak ingin semakin membuat tubuhnya tersiksa, Ayon pun memutuskan untuk keluar kamar dengan tubuh yang membungkuk dan tangan yang terus mencengkeram perut.

"Abang...." panggil Ayon meskipun dia tahu kalau Marvel tidak sedang di rumah. Setiap kali dia sakit, Marvel akan menjadi orang pertama yang akan merawat dan menemaninya hingga sembuh. Jika kakak kembarnya itu tidak ada, entah apa yang akan terjadi dengan dirinya seperti sekarang ini.

Setiap malam, dua asisten rumah tangga di rumahnya memang pulang ke rumah mereka masing-masing karena jarak rumah mereka lumayan dekat dari sini. Sebetulnya, masih ada seorang satpam di depan yang bisa Ayon mintai bantuan. Namun, untuk berjalan ke sana, rasanya tidak mungkin. Tubuhnya terlalu lemas sehingga membuatnya tidak sanggup menopang berat badannya lagi.

Kini, Ayon benar-benar sudah tidak kuat. Dia terduduk di lantai dengan tubuh yang bersandar di depan pintu. Kedua mata sayunya mulai memejam. Samar-samar, dia masih bisa mendengar suara motor di depan sana. Ayon harap, itu adalah kakaknya yang akan segera membantunya.

Setelah itu, kesadaran Marvin benar-benar hilang sepenuhnya.

Ayon & Ledib [YTMCI] [BxB] [Ledib X Ayon] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang