Side story (Ledib)

208 18 1
                                    

Bab 3

"Mama! Mama mau ke mana?"

Bocah laki-laki berusia lima tahun itu memeluk erat kedua kaki mamanya yang hendak keluar dari rumah. Kepalanya mendongak, memandang sang mama dengan tatapan polosnya. Ada sorot khawatir yang tercetak jelas di mata coklat terangnya.

( Maap kalo ga sopan'< )

Siti, perempuan berusia tiga puluh tahun, ibu dari Ledib, berjongkok untuk menyetarakan tinggi mereka. "Edib sayang, Mama mau pergi sebentar, ya Cari uang buat beli susunya Edib," kata perempuan itu seraya mengusap puncak kepala anaknya dengan lembut

"Pergi?" tanya Ledib tidak mengerti. "Edib sama siapa kalau Mama pergi?"

Siti tersenyum manis. "Edib tinggal sama nenek dulu. Sebentar aja, kok Mama pasti balik ke sini lagi"

Ledib menggeleng kuat kedua matanya mulai berkaca-kaca. Perasaannya semakin tidak enak. Dia takut mamanya berbohong. Dia takut tidak bisa bertemu dengan mamanya lagi.

"Sebentaaarrr aja Mama janji ngga bakalan lama."

"Tapi Papa udah pergi dan belum balik lagi. Dan sekarang Mama juga mau ikutan?" Kedua ujung mata Ledib mulai meneteskan cairan bening "Kenapa kalian mau ninggalin Edib sendirian?"

Siti menatap anak laki-lakinya dengan malang. Ada perasaan tidak rela di relung hatinya. Tentu saja dia merasakan sakit ketika melihat perasaan anaknya terluka akibat ulah kedua orang tuanya. "Mama juga mau nyusulin Papa biar cepet cepet pulang. Nanti, kita bisa main sama-sama lagi. Edib mau, kan, dibeliin pesawat mainan yang bisa terbang?"

Meskipun masih diselimuti perasaan sedih, Ledib kecil tidak bisa menutup keinginannya untuk memiliki sebuah pesawat mainan yang sudah dia idam-idamkan sejak lama. Anak kecil itu pun mengangguk pelan.

Siti mengukir senyuman menenangkan. "Mama janji bakalan bawain kamu pesawat mainan dan ajak Papa pulang Setelah Mama sama Papa pulang nanti, kita pergi piknik sambil bawa pesawat mainan kamu"

Ledib terdiam seraya terus memperhatikan wajah Siti. Terdapat keraguan yang begitu besar dalam lubuk hatinya. Mau bagaimana pun juga, dia hanyalah seorang anak kecil yang tidak ingin berpisah lama dengan orang yang sangat disayanginya. "Beneran sebentar?" Akhirnya Ledib kembali membuka suara.

Siti mengangguk mengiyakan. "Iya, sebentar. Mama, kan, nggak bisa terlalu lama jauh-jauh dari Edib. Mama mau nyusulin Papa biar cepet pulang ke sini dan kumpul lagi bareng kita."

Pada akhirnya, Ledib pun membiarkan mamanya pergi dari hadapannya. Dalam hati, anak itu berharap semoga mamanya itu benar-benar menepati ucapannya untuk tidak pergi terlalu lama.

Sementara itu, Kamila yang sejak tadi bersembunyi di balik tembok pemisah antara ruang tamu dan ruang keluarga itu hanya bisa menangis dalam diam. Dia sedang memikirkan cara tentang bagaimana caranya menjelaskan semuanya kepada cucunya nanti.

***

Ayon & Ledib [YTMCI] [BxB] [Ledib X Ayon] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang