Selesai

605 47 12
                                    

Dua bulan berlalu. Selama itu pula, hari-hari berat penuh air mata berhasil dilalui meski harus menguras banyak tenaga. Sedih itu masih terasa. Sosok seperti Wijaya Wahyuda tidak akan mudah untuk dilupakan begitu saja. Sosok itu masih membekas di hati semua orang yang pernah hadir dalam hidupnya. Tidak ada lagi canda tawa yang mengudara. Tidak ada lagi tingkah tingkah konyol yang mengiringi setiap langkah mereka. Dan tidak ada lagi senyuman manis yang ternyata menyimpan banyak luka.

Ayon adalah orang paling terluka di antara yang lainnya. Satu-satunya orang yang mengerti tentang dirinya telah meninggalkannya sendirian untuk selama-lamanya. Rasanya, ini semua tidak adil. Pertemuan mereka terlalu singkat Bahkan, mimpi untuk membangun rumah bersebelahan saja belum terpenuhi

Seberengsek itu alam semesta sampai tega mengambil pacar yang begitu berarti dalam hidupnya.

"Sepi, ya." Firman mengulas senyuman hampa. Pandangannya mengedar, mengamati setiap sudut ruang tamu rumah. Rasanya begitu kosong. Biasanya, di hari lebaran seperti ini, dia bersama Matem akan heboh berebut makanan dan THR dengan Ledib.

"Makan dulu, Yon. Kasihan tubuh lo kalau terus-terusan kayak gini. Ledib juga ngga bakalan suka liar pacarnya jadi kurus kering begini," ucap Gizan.
Selama dua bulan ini, Ayon benar-benar berubah drastis. Semakin diam dan jarang sekali keluar kamar.

Malik mengembuskan napas berat saat melihat Ayon yang tidak bereaksi. Jujur, mereka sudah bingung harus dengan cara apa agar Ayon mau menerima kepergian sahabat mereka.

"Lo mau ke makam Ledib? Dosa lo kan, banyak nih sama dia. Ngga mau maaf-maafan aja?" tanya Malik, berusaha membuat Ayon berinteraksi dengannya.

Ayon hanya diam. Tatapan matanya benar-benar kosong. Tubuhnya yang dulu gagah perkasa kini terlihat ringkih dan aura di wajahnya pun tidak segar. Ledib terlalu berarti hingga membuatnya seperti ini.

"Yon? Ayolah, jangan kayak gini. Lo ngga cape dua bulan begini terus? Damai, Yon. Terima kenyataan kalau Ledib udah tenang di sana," lontar Firman kepada nya. Raut wajahnya terlihat iba memandang Ayon.

"Kalian ngga pernah ngerti." Ayon membuka suara. "Kalian nggak akan pernah ngerti..."

Hampa.

Berantakan.

Putus asa.

Tiga perasaan itulah yang mendominasi hati Ayon saat ini. Secercah harapan pun tidak lagi ada dalam benaknya. Dia benar-benar putus asa dan ingin menyerahkan dunianya saja.

"Butuh waktu berapa lama lagi. Yon? Katanya, lo mau jadi pilot? Kenapa ngga mulai wujudin mimpi itu dari sekarang? Ledib juga pasti bangga kalau lo bener-bener gigih buat gapai apa yang lo impikan," ucap Gizan, (btw daritadi Gizan so asik dah, kan Ayon ma Gizan musuhan:v)

"Ngga segampang itu. Gue butuh waktu yang lama, bahkan seumur hidup gue" cetus Ayon.

Gizan berdecak sebal "Lo mau Ledib gentayangan? Nurut dikit kenapa, sih. Yon? Kalau ngga mau berjuang demi diri lo sendiri, setidaknya berjuang buat Ledib biar dia bahagia liat sahabatnya dari sana."

Kaguma yang sejak tadi hanya diam, kini berdeham pelan hingga membuat seluruh perhatian berpusat kepadanya. "Bener apa yang Gizan bilang. Gue tau ini emang berat buat lo yang selama ini deket banget sama Ledib. Dengan cara kayak gini, itu pasti bikin dia kecewa. Ledib, kan, pergi buat ngelepas semua rasa sakitnya. Berarti secara ngga langsung lo pengin dia balik dan ngulangin semua rasa sakit itu? Dia udah terlalu cape, Yon. Kasihan Ledib.
Tolong hargai kepergian dia dan tetap jalani kehidupan lo di sini sama kita- kita. Kalau lo butuh, kita semua pasti bantu. Yon. Sampai nantinya lo bener- bener udah bisa bangkit dari keterpurukan ini."

Terdengar helaan napas yang meluncur dari bibir Ayon. Pandangannya terangkat untuk menatap teman-temanya satu persatu.  "Kasih gue waktu seminggu buat renungin ini. Setelah itu, gue bakalan balik kayak dulu lagi."

Firman dan Matem kompak berdiri dan melakukan tos ria. Setelah itu, mereka merangkul tubuh Ayon dan menepuk-nepuk pundak cowok itu dengan wajah yang berseri-seri. Setelah sekian lama, mereka akhirnya mendengar kalimat itu keluar dari bibir Ayon.

"Gitu dong!" seru Gizan ikut merasa senang.

"Jangan khawatir, Yon. Kita semua bakalan bantu. Enak aja Ledib main pergi gitu aja ninggalin kita. Emangnya kita ngga bisa buktiin ke dia kalau sebencinya kita mampu buat wujudin mimpi-mimpi kita?" ujar Firman menggebu gebu

Jorge tertawa kecil dan menyentil kening cowok itu. "Calon dokter, nih." "Aamiin!" balas beberapa dari mereka dengan serentak.

Ayon menarik senyuman tipis. Sangat tipis hingga nyaris tak terlihat. Bahkan tidak ada yang menyadari itu. Sebenarnya, dia juga ingin bangkit dari keadaan yang sekarang Namun, rasanya begitu susah untuk dilakukan. Kepergian Ledib benar-benar membuatnya hampir gila dan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja.

Tamat

****
Hai, cerita nya udah berakhir di sini.
Tapi, sepertinya gue bakalan buat side story tentang kehidupan Ledib dan Ayon sebelumnya.

Setuju ga sih?? Setuju lahh

Ayon & Ledib [YTMCI] [BxB] [Ledib X Ayon] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang