Jiwanya Sudah Melebur

1K 64 41
                                    

Lapangan utama SMA telah disulap sedemikian rupa dengan begitu mewahnya. Pernak-pernik ditata untuk menghiasi lapangan yang luas itu. Lampu warna-warni, bernbagai macam jamuan juga disiapkan dan bebas dimakasn siapa saja. Di dekat pintu masuk juga disiapkan spot photo booth untuk para murid yang ingin berfoto bersama demi mengabdikan kenangan terakhir mereka di SMA. Para murid yang hadir terlihat begitu menawan dengan dress code hitam putih mereka.

"Selamat atas kelulusannya sayang, jangan lesu gitu dong, padahal dapet penghargaan," ujar Ayon yang ditunjukkan untuk Ledib saat melihat ekspresi wajah cowok itu tidak terdapat kebahagiaan sedikitpun.

"Seneng kok." Ledih mengulas senyum tipis. Dia melihat wajah pacarnya itu. Mungkin suatu saat nanti dia akan merindukan pacarnya itu. Waktu berjalan cepat hingga tak terasa mereka telah mengakhiri masa SMA.

"Sayang, aku izin kesana dulu yaa." Ledib menunjuk ujung lapangan yang sepi dari orang-orang. "Mau nelpon Papa Mama jadi pulang ayau engga."

Senyum gembira yang semula tercipta di wajah Ayon sontak luntur. Ia menatap iba cowok itu. Sekarang ini, Ledib pasti sedang menaruh harapan besar terhadap kepulangan orangtuanya. Kalau sampai orang tua cowok itu berbohong lagi, mereka tidak tahu apa yang terjadi nanti.

"Lo oke, kan?" tanya Ayon.

"Aman. Have fun, ya!" balas Ledib. Setelah itu, tanpa menunggu jawaban dari Ayon, dia segera berlari menghindar dari keramaian.

Setelah berhasil menjauh dari orang-orang, Ledib langsung menumpu lututnya di atas rerumputan. Dia menundukkan kepalanya dalam serasa meremas dadanya disertai ringisan pelan. Napasnya terasa sesak dan dadanya begitu sakit.

"Tolong beri saya kesempatan untuk bertemu dengan mereka," gumam Ledib di sela-sela ringisan sakitnya.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk itu berhasil membuat fokus Ledib kembali buyar. Ledib pun kembali memandang layar ponselnya.

Rasanya, tubuh Ledib seperti dilayangkan ke atas awan. Beberapa kali dia nengucek matanya untuk memastikan bahwa dirinya tidak salah membaca pesan itu. Sungguh? Mereka benar-benar menepati janji?

"HOREEEEE!!" pekik Ledib tak tertahan. Dia refleks lompat dengan tangan kiri meninju angin saking gembiranya perasaannya. Dengan gerakan cepat, dia berlari menuju ke parkiran untuk mengambil motornya di sana.

Sebelum pergi ke sana, Ledib menyempatkan untuk berpamitan terlebih dahulu kepada pacarnya. Dengan wajah yang berseri-seri, dia berhenti sejenak. Beberapa meter di hadapannya, ada pacarnya yang sedang menunggunya, tentu itu Ayon.

"Ay ayy! Aku pulang dulu, yaa!" teriaknya seraya melambai-lambaikan tangannya ke atas.

"Pulang ke mana?" tanya Ayon. Wajah cowok itu terlihat bingung dan gelisah sejak tadi.

"PAPA MAMA EDIB BALIK. WUHUUUU!!" teriak Ledib di sela-sela larinya dengan sangat gembira. Ada perasaan membuncak yang tidak bisa dirinya jambarkan. Momen yang dia impikan sejak lama segera datang menyambutnya.

***

Ledib mengendarai motornya secepat yang dia bisa. Kondisi tubuhnya yang tidak stabil itu membuatnya beberapa kali hampir oleng. Jarak antara sekolah dari rumahnya lumayan jauh hingga membuatnya dercak sebal karena tidak kunjung sampai.

Di tengah-tengah perjalanan, Ledib memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit bukan main. Kali ini, sakitnya tidak lagi bisa ditahan lagi seperti biasanya. Dia meremas dadanya sekuat mungkin dengan napas yang kian terasa sesak. Bahkan pandangan matanya mulai mengabur sehingga menambah kesulitannya untuk berkendara.

Ayon & Ledib [YTMCI] [BxB] [Ledib X Ayon] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang