-Part 5-

1.4K 201 43
                                    

Setibanya dirumah, Rosie akhirnya bisa bernafas lega ketika melihat parkiran mobil yang masih sepi. Itu menandakan kalau keluarganya masih belum pulang.

Tanpa berlama-lama lagi, Rosie memutuskan untuk memasak ramen instant bagi mengganjal perutnya yang sudah lapar itu. Sebenarnya, ada makanan yang sudah dimasak oleh Herlina, hanya saja Rosie lagi tidak ada selera untuk memakan nasi.

Dengan memakan ramen instant yang baru saja dimasak tadi, Rosie fokus menonton drama didalam kamarnya.

"Ini enak banget si," gumam Rosie dengan pipi yang sudah menggembung lucu.

Jika kalian pikir Rosie takut ditinggal sendirian, kalian salah. Itu karena Rosie tidak bersendirian. Ada pak satpam yang berjaga didepan gerbang rumah mewahnya itu.

Tadi sebelum keluar, Rosie sudah meminta pak satpam untuk merahsiakannya daripada keluarganya. Untung saja satpam itu bisa diajak kerjasama. Lagian satpam itu memang merasa iba dengan Rosie. Walaupun Rosie juga sebahagian daripada keluarga itu, perlakuan mereka kepada Rosie itu berbeda.

"Ah, bisa-bisanya gue lupa mengambil minum," dumel Rosie.

Dengan malasnya dia berganjak turun dari lantai atas untuk menuju kedapur.

"Loh, kalian sudah pulang?" bingung Rosie menatap orang tuanya yang berada diruang tamu . Ini masih jam 11 malam, tapi kenapa keluarganya sudah pulang? Apa ada sesuatu yang terjadi?

"Semuanya juga gara-gara kamu, dasar memalukan!" sambar Askara yang sudah menghampiri Rosie. 

Rosie semakin bingung. Dia yang tidak tahu apa-apa malah disalahkan? Memangnya apa yang dia lakukan?

"Maksud Papa?"

Askara mendorong kepala Rosie menggunakan telunjuknya "Dasar anak bodoh!"

"Cukup Askara!" Herlina menghampiri mereka dan menyembunyikan Rosie dibelakangnya "Langkahi mayat aku dulu kalau kamu ingin menyakiti anak-anak aku!" sentaknya.

Askara mengusap wajahnya dengan kasar, lalu dia berganjak pergi kekamarnya.

"Mama," lirih Rosie memegang hujung baju Herlina.

"Tidak ada apa-apa sayang. Jangan dipikirkan," Herlina mengelus kepala Rosie dengan lembut.

"Maafkan Rosie karena tidak bisa menjadi pintar seperti yang lain," lirih Rosie menunduk. Air matanya sudah menggenang disudut matanya.

"Kamu itu pintar Rosie. Anak-anak Mama pintar," ujar Herlina tersenyum lembut "Sekarang kamu kekamar terus istirahat ya. Ini sudah malam. Besok kamu harus sekolah. Saudara kamu juga sudah tidur,"

"Baiklah Ma. Selamat malam," setelah mengecup pipi sang Mama, Rosie langsung kekamar dan membatalkan niatnya untuk mengambil minum.

Mendingan dia tidur daripada terus memikirkan kata-kata sang Papa.

*

Pukul 1 pagi, Rosie terbangun dari tidurnya ketika pintu kamarnya dibuka secara kasar.

Sepertinya tadi malam dia sudah mengunci pintu kamarnya, tapi kenapa pintu kamarnya masih bisa dibuka?

Ah, sepertinya sosok yang membuka pintu kamarnya itu menggunakan kunci pendua.

"Papa? Ada apa Pa?" bingung Rosie ketika melihat sang Papa yang memasuki kamarnya.

"Kesini kamu!" dengan kasarnya Askara menarik Rosie dan menghempaskan anaknya itu kelantai.

Rosie yang masih mengantuk hanya menatap sang Papa dengan bingung.

Sedetik kemudian, rasa kantuknya sontak menghilang ketika melihat Askara mengeluarkan ikat pinggangnya.

"P-Papa," dengan ketakutan, Rosie berusaha mundur dan menjauh dari Askara.

Senja(SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang