"Utiiiii! Akuuuung!" Turun dari mobil, Eila memanggil kakek dan neneknya yang baru saja turun dari angkutan umum. Berlari mendekati keduanya.
"Ceria banget cucu Akung," sambut Hartomo, berjongkok menangkap tubuh mungil sang cucu selagi Nimaz membayar ongkos. "Abis dari mana nih, Bos?" tanyanya.
"Beli es kim," jawab Eila, menoleh ke belakang sebentar, ia ulas senyum selebar daun kelor kala menemukan kedua orang tuanya berdiri di samping mobil. Tatapan Eila kembali pada sang kakek. "Akung sama Uti abis dali mana?"
"Oh, ke nikahan temennya Uti. Kan tadi Uti sama Akung udah pamit. Eila lupa ya?" Eila nyengir menanggapi. Buat kakeknya gemas lalu menyentil hidungnya. "Masih kecil kok pelupa."
"Eila," panggil Nimaz, begitu angkutan yang ia tumpangi melaju pergi. Ia sodorkan cup di tangan. "Nih, es krim buat Eila."
"Tapi ..." Eila bergumam sejenak, menatap sang nenek dengan gurat bingung. "Tadi Eya udah beli es kim sama Papa sama Mama," katanya lirih.
Pandangan Nimaz terlempar pada Nada dan Janu, ditatapnya kedua insan itu bergantian. Sepersekian detik. Lantas tanpa kata ia buang cup di tangan. Berlalu dengan wajah tersinggung.
Hartomo menghela napas lelah, sementara Nada cuma bisa gigit bibir bawah.
"Eila," panggil Hartomo, menarik perhatian sang cucu. "Akung pulang duluan ya?"
"He-em." Eila mengangguk.
Sebelum pergi, Hartomo menyempatkan diri mengecup pipi chubby sang cucu, kemudian bangkit. Menatap anak dan mantan menantunya sejenak, pamit lewat tatapan, kedua kakinya diayun pergi.
Eila kembali menghampiri ayahnya. "Papa, ayo pulang ke lumah Mama!"
"Papa harus kerja," dusta Nada, meraih pergelangan tangan si kecil agar menjauh dari Janu. Menoleh pada sang mantan. "Makasih atas waktunya," ucapnya, formal. Yang lantas dibalas decakan Janu.
"Kamu ini ya!" sungut Janu. "Aku papanya Eila, bukan om-om yang berusaha ngambil hati anakmu biar direstuin sama kamu," imbuhnya, sarkas. "Oh, si Restu pas ngedeketin kamu kayak gini ya?"
"Kenapa jadi bahas Mas Restu?"
"Bisa nggak sih jangan panggil dia Mas?" sewot Janu, keberatan.
Nada menyipit. "Ya terus aku mesti panggil dia Budhe?"
"Ide bagus!" Janu menjetikkan jari dengan tampang ngeselin. "Nggak enak banget di kupingku denger kamu manggil dia Mas."
"Kalau gitu, salahin aja kupingmu!" tandas Nada, "Orang aku panggil kamu aja Mas."
"Padahal kamu bisa membahasakan diri manggil aku Papa, biar orang-orang tahu kalau aku papanya Eila," balas Janu yang entah kenapa terdengar ambigu di telinga Nada. Seperti suami yang gengsi mengakui kecemburuannya. Sementara itu, Janu menyulihkan fokus ke sang anak, berjongkok menyamai tinggi badannya. "Besok mau jalan-jalan ke mana lagi?" tawarnya.
Eila tampak berpikir.
Tapi dengan segera Nada menginterupsi. "Eila, ayo pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair [TAMAT]
Romance#LOVESERIES WARNING! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ⚠️ BANYAK KATA-KATA KASAR ⚠️ DILARANG PLAGIAT ATAU MENYALIN KE PLATFORM LAIN ⚠️ CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD DAN KARYAKARSA [UNTUK BAGIAN FLASHBACK, ENDING, DAN EXTRA CHAPTER BISA DIBACA DI KARYAKA...