Flower Crown - Tauthorn

828 64 23
                                    

Setiap kali aku dan kekasihku, Thorn. Pergi ke kebun bunga milik keluarganya, Thorn selalu membuat sebuah mahkota yang terbuat dari bunga.

Dia selalu memasangkannya di kepalaku dan berucap, "hehe, mereka cocok denganmu, Upan!" Begitu katanya.

Yah, tak bisa dipungkiri bahwa mahkota bunga buatannya selalu cantik seperti dirinya, haha..

Seringkali ia mengajariku cara membuat mahkota bunga, tapi aku selalu saja gagal. Tentu saja aku sebal, aku juga ingin membuat mahkota bunga untuk kekasihku.

Tetapi, Thorn tidak menyerah untuk mengajariku untuk membuatnya. Biasanya diselingi gelak tawanya jika aku gagal.

"Phft, kau ini bagaimana sih, Upan. Begini caranya." dengan jari mungilnya ia memperbaiki mahkota bunga buatanku yang bahkan tidak berbentuk.

"Bagaimana sih? Kok kamu bisa jago banget?" Tanyaku. Pertanyaanku hanya dibalas gelak tawa olehnya.

Setiap akhir pekan aku dan Thorn pergi ke kebun bunga milik keluarganya untuk menghirup udara segar dan.. ya..

Melupakan kenyataan yang pahit.

"Thorn.." panggilku lesu.

Ia menoleh ke arahku dengan senyum riangnya. Walau wajahnya pucat, tapi ia masih bersinar seperti matahari.

"Halo, Upan!! Aduh maaf ya, akhir pekan ini kita ngga ke kebun.." ia cemberut, terlihat sedih.

Aku memeluknya, "tak apa, yang penting adalah kau sembuh."

Ya, Thorn mengidap penyakit kanker stadium akhir. Walau sudah mustahil dirinya bisa sembuh, tapi aku yakin bahwa kekasihku bisa sembuh, secara total.

Thorn sedikit tersentak, namun ia membalas pelukanku. "Upan.. aku gak bisa sembuh," ucapnya dengan senyum lemah.

Aku menggeleng cepat, "gak! Kamu bisa sembuh! Aku yakin itu." Aku melepas pelukan lalu mencengkram bahunya, menatap lurus ke mata hijaunya.

Ia tersenyum, "aku harap begitu."

"Aku belum berhasil buat mahkota bunga buatmu, tolong jangan tinggalkan aku. Janji?" Aku memeluknya erat.

"Ya. Aku janji."

.

.

.

.

.

"Halo, Thorn sayangku! Aku bawain mahkota bunga buatmu." Aku memegang sebuah mahkota bunga yang ku buat dengan tanganku sendiri. "Cantik ga?" Tanyaku.

"Ya, walau kau mungkin tak bisa mendengar ku sekarang, tapi aku yakin jika kau melihat mahkota bunga buatanku kau akan bilang bahwa ini cantik."

Air mata mulai mengalir deras dari pelupuk mataku, meletakkan mahkota bunga itu diatas batu nisan bertuliskan 'Thorn Renjana'

Aku menyapu air mataku lalu tersenyum, "sayang, aku dateng, jenguk kamu."

"Gimana? Kamu sehat sehat kan? Iyalah, orang kamu udah enggak ngerasain sakit lagi- " ucapanku tersendat oleh isak tangis.

"Hey, kamu belum liat secara langsung mahkota bunga buatan aku, kenapa kamu pergi duluan? Kamu pembohong Thorny."

Aku menangis diatas batu nisan kekasihku. Duniaku seakan runtuh saat tau ia telah tiada.

Dua hari lalu, di pagi hari, keadaan Thorn tiba-tiba kritis. Dengan cepat dokter menanganinya, mencoba menyelamatkan nyawanya. Tapi, apa yang bisa kita lakukan jika tuhan berkata lain?

Satu kalimat dokter yang membuat duniaku hancur sehancur hancurnya, "maaf, tapi sepertinya tuhan lebih menyayangi tuan Thorn," ucap sang dokter.

Aku terkekeh, "seperti yang dikatakan dokter benar, sayang. Tuhan lebih menyayangimu. Karena itu tuhan tidak mau kau lebih menderita karena bertahan melawan penyakitmu." Tanganku mengusap batu nisannya.

"Baiklah, aku pulang dulu sayang. Besok aku bawakan kamu mahkota bunga lagi ya! Tanganku udah jago asal kamu tau. Hehe, terimakasih sudah mengajariku." Aku mengecup batu nisan itu kemudian mengucapkan selamat tinggal lalu berjalan pergi.

'Aku merindukan mahkota bunga buatanmu, sayang.'

.

.

.

.

.

.

.

End

Heyoo wassap gais, kangen aku gak? Aowkaowk

Mamam tuh Thorn modar.

Abis ini ada fluff kok. (Mungkin) jadi jangan sedih ya manieszz

Turu klian.

See ya!

A day in our lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang