"Woi, woi ada hot news"
"Apaan anjir? GW PENASARAN BANGET"
"Noh geng PK masuk BK lagi"
"Eh iya ya, gatau malu mereka mah"Dan banyak ucapan mereka yang menyakitkan lainnya namun geng PK tetap menerima walau dalam hati ingin menghajar satu-satu mulut sampah mereka.
Mereka bertujuh masuk dan mendapat gelengan dari guru bk. Sebenernya guru bk sudah lelah namun guru bk berusaha untuk memberitahu dengan baik baik.
"Anak-anak ibu yang ganteng. Kalian gak cape buat masalah selalu? kasian orang tua kalian. Ayo diubah sikapnya"
Ketujuh pemuda itu hanya mengangguk dan keluar dari ruang bk. Mereka segera mengambil tas. Mereka ada rencana bolos lagi hari ini.
Satpam yang melihatnya sudah cape mengejar anak-anak itu karena percuma dikejar pun tetap ketinggalan.
Mereka bertujuh masuk ke basecamp. Mereka mulai menyalakan rokok kecuali sang ketua yaitu Markus karena dia memiliki asma.
"Oi kus, diluar sana. Kita mau nyebat dulu"
"Santai aja sih jen. Gw bawa inhaler. Udah sebat aja"
"Markus ini pala batu anjing" ucap Renja sambil menjitak kepalanya
"Sakit anjing, ribut sini uhuk uhuk"
"DIBILANG KELUAR DULU BABI" ucap mereka semua sambil mencari inhaler Markus.Dirasa sudah bisa bernafas normal, Markus memilih menyenderkan kepalanya ke Haechin. Haechin sebenarnya pegal cuma dia kasian temen yang sudah dia anggap kakaknya sendiri lemas.
"Oh iya man, lu dah ngurus kasus si chendol sama jijik?" Ucap Haechin lalu mendapat lemparan botol dari Chenay dan Jian
"NAMA GW CHENAY BUKAN CHENDOL ANJING"
"Sejak kapan nama gw jadi jijik bangsat!!"
"SSST udah tenang lo bertiga. Tenang chin, aman mereka mah. Cuma tinggal duit hehehe" ucap Jeman sambil nyengir kuda dan mendapat sinisan dari dua bocil tersebutMereka bertujuh tetap di basecamp sampai sore. Setelahnya mereka (Chenay dan Jian) ijin pulang karena sudah ditelfon orang tua mereka.
Sepulangnya mereka bertiga, Renja dan Haechin memilih pergi mencari makanan. Sisanya duduk santai dan ngopi.
Tiba-tiba ponsel milik Jenav berbunyi dan itu membuat Jenav sangat malas saat melihat notifikasinya karena ibu tirinya pasti menyuruhnya pulang. Markus memberi kode untuk mengangkat telfonnya dan Jenav hanya mengangguk lalu keluar untuk mengangkat telfon.
Tersisa lah, Markus dan Jeman. Jeman sebenarnya ingin memberitahu sesuatu ke Markus cuma dia takut.
"Kenapa man? lu ada masalah?"
"Sebenarnya gw takut banget, kus. Dari kemarin hidung gw mimisan. Mana tubuh gw legam gara gara bokap mukulin pake kayu. Gw pengen mati anjirlah"
"Bahasa lu kecakepan anjing, udah lo ke apartemen gw aja ntar. Gw juga males ke rumah anjir pada berantem mulu heran"Jeman hanya mengangguk dan menyenderkan dirinya ke bangku sambil memijit pelipisnya. Renja dan Haechin datang lalu menaruh makanan mereka semua. Jenav pun ikut masuk ketika mencium bau makanan.
"Giliran makanan aja muka lu ga loyo"
"Maafin ya papi Renja, biasa bunda ngancam makanya loyo. Kok porsinya pas sih? gw kan laper banget. Ga peka lu babi"
"Ngelunjak babi. Gampang ntar bagi dua ama gw"Haechin hanya geleng-geleng melihat tingkah Jenav dan Renja. Mereka berlima makan dengan khidmat. Setelah kenyang, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing kecuali Jeman dan Markus.
Di perjalanan pulang, Jeman dan Markus menuju ke pasar gelap. Mereka berdua memang sering kesana untuk membeli barang-barang ilegal seperti obat-obatan dan senjata.
Pergaulan anak-anak PK memang sudah rusak saat mereka SMP. Hal itu disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat mereka.
Dirasa sudah beres dalam membeli beberapa barang-barang itu, Jeman dan Markus segera menuju apartemen. Tidak ada yang berani dengan Markus karena Markus sendirilah anak dari pemilik apartemen tersebut.
"Aaa akhirnya bisa tiduran juga. Oh iya kus, katanya lu bakal pindah ke Amerika itu beneran?"
"Nyokap gw doang yang kesana kalau dia sama bokap gw cerai. Gw sih masih betah di Indo. Lu sendiri gimana? katanya mau ngikut paman lu."
"Kaga jadi anjir. Sama bokap gak dibolehin. Ntar juga gw mo kabur, ngikut lu boleh kaga? hehehe"
"Lah gas aja gw, kita sama sama kabur dari keluarga biadab itu"Setelah berbincang lama, mereka memutuskan untuk menyimpan barang yang tadi mereka beli dan pergi ke kamar masing-masing untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coffe Candy
Hayran KurguSepahit kopi dan semanis permen, itulah yang terjadi dalam persahabatan Pelopor Kenangan (PK) yang harus melewati macam-macam rasa perjalanan hidup