Sembilan

67 9 0
                                    

"Apa maksudmu?!" Putri Mahkota langsung mendekati Pangeran Saga.

"Wajah wanita pelindung hutan timur itu mirip dengan Yang Mulia Putri Windy." Pangeran Saga mengulangi perkataan nya.

"Itu mustahil! Bagaimana bisa ada orang yang mirip Windy? Jasad nya bahkan sudah kita kremasi bersama. Abu nya pun kita simpan dengan aman." Sahut Kaisar Greffin.

"Tak sepenuhnya mirip. Dia memiliki tahi lalat dibawah mata nya. Jika itu memang Yang Mulia Putri Windy, giok ini sudah pasti bereaksi." Ravel menunjukan pedang Putri Windy.

"Oh?!"

Putri Yemi langsung merebut pedang itu dari tangan Ravel dan memperhatikan warna batu giok nya.

"Ini...berwarna..."

"Apa?!"

Pangeran Saga beranjak dari duduknya dan langsung mengambil pedang itu dari Putri Yemi.

"Benar, giok ini menjadi sedikit lebih berwarna sekarang." Ucap Pangeran Saga.
"Apa maksudnya ini? Ada apa dengan sekitarku? Ravel kembali, lalu giok Windy juga kembali berwarna??" Kaisar Greffin merenung.

"Sekarang lebih baik kau istirahat saja dulu Kaisar. Kau sangat terguncang dengan apa yang terjadi hari ini." Usul Raja Gilbert.

Kaisar Greffin hanya menganggukan kepala. Tangan nya berpegangan kepada Pangeran Trezio dan memintanya untuk ikut mengantarnya sampai ke kamar.

"Ayahanda..."Ravel memanggil sang Kaisar.

Mendengar lagi suara yang lama dirindukan nya itu, Kaisar langsung menoleh dan bergegas memeluk Ravel. Kesadaran atas rasa terkejutnya kini sudah kembali. Pikiran nya perlahan kembali jernih.
"Aku bahagia kau kembali nak. Satu-satunya anak laki-laki yang kumiliki."

"Maafkan aku...kalian semua pasti terkejut." Ucap Ravel.
"Rasa terkejut ini akan segera hilang digantikan dengan rasa bahagia. Kau tak perlu cemas." Balas Kaisar Greffin.

"Ayah, kau lebih baik istirahat dulu." Ujar Pangeran Trezio.

Kaisar Greffin menganggukan kepalanya. Setelah memeluk Ravel, Kaisar Greffin diantar ke kamar nya oleh Pangeran Trezio dan Putri Joanne. Sementara yang lain tetap berada di ruangan dan saling beradu tatap dalam suasana canggung.
Tanpa ada aba-aba, Putri Yemi mendekat ke arah Ravel lalu mencubit pipi nya cukup keras.

"Aduh!" Ravel meringis.

"Kau benar-benar nyata." Ujar Putri Yemi.
"Belum selesai kita terkejut dengan fakta bahwa Reve adalah Ravel, sekarang kita terkejut dengan kembalinya wujud Ravel di istana." Sahut Putri Sherinn.
"Aku tahu kalian pasti sulit menerima kembali keberadaanku. Tenang saja, aku akan berusaha untuk tidak terlalu sering muncul dihadapan kalian." Ucap Ravel.

"Tidak perlu sampai seperti itu. Kita hanya perlu adaptasi sebentar. Mau bagaimana pun kau tetap keluarga kami. Jangan sampai kau merasa tak nyaman dirumah sendiri Ravel." Ujar Putri Mahkota.

Ravel tersenyum, "Terima kasih sudah mau menerima aku kembali."

Pangeran Saga bergegas memeluk Ravel dengan erat lalu menepuk pundaknya. "Tetaplah menjadi pribadi yang sama. Kami akan selalu berada disisimu sampai kapan pun."

"Yang Mulia..." Ravel terharu.

"Apakah kita akan memanggil dia menjadi Pangeran Ravel?" Tanya Putra Mahkota.

Ravel dengan cepat menggeleng.
"Tidak. Sudah kesepakatan sejak dulu bahwa aku tidak akan menerima gelar Pangeran."

"Tapi waktu sudah berubah sekarang. Jika kau mau menerima gelar itu, aku akan usul kepada ayah." Balas Putri Mahkota Irena.
"Tidak perlu Yang Mulia. Aku tidak akan pernah menerima gelar kehormatan itu. Berada dekat kalian disini saja sudah lebih dari cuk..."

Dark Velvet : Feel The RhythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang