Chapter 4: Fog

50 6 0
                                    




                         


Joshua masih terdiam, tidak mengeluarkan sepatah kata. Luka di tangannya itu dia tutupi dengan telapak tangan mungilnya, menyembunyikan tetesan darah yang keluar dari sana dengan wajah ketakutan, bingung, dan sakit.

Woozi, Mingyu, dan Hoshi menghela nafas panjang. "…mian…"

Jeonghan berdiri di sebelah Joshua dan mengangkat tangannya. "bisa-bisanya kalian menuduh teman sendiri, kalian bisa dengarkan penjelasanku. Tangan Joshua terluka seperti ini karena tergores kapak, di dalam mimpinya. Memang aneh. Hal seperti ini tidak biasa. Keunde... aku juga tadi terbangun karena mimpi buruk, yaitu di bunuh dengan gergaji mesin. Joshua bukanlah pembunuh Dino. Aku bisa menjamin itu semua. Tidak ada saling menuduh, dan jelaskan apa yang kalian alami sebelum kejadian Dino seperti ini."

Beberapa orang di ruangan itu mendadak merasa sangat terhenyak.

"n-naneun…" mulai DK. "…aku bermimpi… sebuah anak panah menusuk mata dan tanganku, keunde... saat aku terbangun, tidak terjadi apa-apa. Anehnya, anak panah itu ada di bawah ranjangku."

Seungkwan menunduk. "ada tangga gelap dan kepala mayat di dalam mimpiku."

Jaein yang berdiri di sebelahnya terlihat berpikir. "di mimpiku tadi ada sebuah lilin redup di ruangan gelap. Di bawah kakiku ada genangan darah dan saat aku bangun, ada setetes darah di dahiku dari atas langit-langit. Keunde, segera kuhapus karena kaget saat Hoshi masuk ke kamar."

Sehee ikut mengangguk, "na ddo.. aku bermimpi melihat matahari merah, lalu gerimis dengan air merah seperti darah. Aku sudah menceritakannya pada Jaein tadi.."

"keure, jadi bukan cuma aku dan Jungkook saja yang bermimpi buruk?" tanya Jeonghan sekali lagi. "S.Coups-hyung, bagaimana denganmu?"

"di mimpiku ada lampu berwarna hitam dan percikan darah di dinding. Keunde, kupikir itu mimpi biasa." jawabnya.

"yang lain?"

Semuanya menggeleng.

"jadi semuanya tertidur dan ada yang bermimpi buruk… keure, kesampingkan dulu mimpi buruk itu. Intinya kita semua punya alibi. Kita tidur." sambung Mingyu. "apalagi, tidak ada alasan untuk saling membunuh disini, bukan?"

Seungkwan melirik Vernon tajam dengan ekor matanya. "dan tidak ada alasan untuk mencengkram kerah baju temanmu sendiri di saat suasana berkabung."

"jaga mulutmu." gumam Vernon.

"Vernon-ah, Seungkwan, kajjima." lerai Hoshi. "kita harus waspada karena kita tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Siapa, kenapa, dan apa alasannya, kita tidak tahu. Teman kita… meninggal. Ini bukan hal kecil ataupun sepele karena berhubungan dengan nyawa. Nyawa keluarga kita. Apa ada yang tahu apa yang terjadi pada Dino sebelumnya?"

Jaein mengangkat tangannya.

"…Dino mengalami hal aneh, dia bilang di washtafel keluar darah, bukan air. Kupikir itu bohong, keunde, aku dan Sungcheol-oppa melihat sendiri ada percikan darah di kaosnya, tentunya bukan darah dari luka kecelakaan saat kita menuju kesini."

Seungkwan terlihat agak panik. "k… ke.. keunde…itu kan… kukira itu… aishhh, ini semakin angker! bukannya tadi sudah kujelaskan itu bisa saja bukan darah?! jangan bilang kalau villa ini horror, atau…"

"satu, villa ini horor." ucap Woozi. "dua. Ada pembunuh disini, di villa ini."

Hoshi angkat bicara menjawab cetusan Woozi "Woozi-ah, hanya kita yang ada di villa ini. Itu aneh."

"memang aneh."

Akhirnya, Joshua bicara, meskipun dengan suara yang sangat pelan.

"…semuanya sudah aneh… sejak aku dan Sehee membuka mata kami, setelah kecelakaan itu…"



FRIENDS FOREVER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang