GREPP!
BRUGGGGH!
Tangan itu mencengkram kaki Sehee, menyebabkannya jatuh terhempas ke tanah.
Joshua segera menghampirinya dan menarik Sehee. "PEGANG TANGANKU, SEEHEE-AH!"
"T-TIDAK BISA! DIA MENARIKKU KEDALAM TANAH!" teriak Sehee ketakutan. "S-SHUA... JOSHUA-AH! DOWAJUSSEO!"
Joshua menarik Sehee sekuat tenaga. Dan akhirnya tangan itu lepas dari kaki Sehee, tapi Sehee kembali ambruk menimpa Joshua. Tubuh mereka sudah sangat kotor karena lumpur, namun tidak mereka hiraukan sama sekali.
"mian..," ucap Sehee meringis, sambil beranjak menjauh namun masih dalam posisi terduduk.
"kajja, kita lari dari sini, Sehee-ah! kau bisa lari?" tanya Joshua cemas.
Sehee berusaha berdiri. Dia meringis, "k-kakiku... terkilir."
Pundak Sehee segera di angkat oleh Joshua, lalu di bantunya untuk berdiri. "bertumpu padaku. Ppali!"
Akhirnya mereka bisa berlari sampai ke taman depan, dan mereka berhenti di gerbang mansion. Hujan turun semakin besar. Joshua mendudukkan Sehee di bawah salah satu pohon besar. "bagaimana kakimu?"
"...masih sakit." jawab Sehee menahan tangisnya. "cengkramannya sangat kuat. Apa yang tadi mencengkramku? apa ini sebuah tipuan? ini seperti... seperti... film horor yang kutonton dulu."
Joshua membantu Sehee untuk kembali berdiri lagi. "keunde, ini bukan film... dan ini lebih menakutkan. Kita tidak punya waktu untuk beristirahat... sekarang bagaimana? apa kita teruskan mencari Jeonghan-hyung? kita tidak bisa menemukan S.Coups-hyung ataupun Jeonghan-hyung di dalam mansion. Dan disana... disana... keure, aku tidak bisa menjelaskannya, Sehee-ah. Aku benar-benar ketakutan, rasanya aku ingin menangis pada eomma sekarang... jebal! ini benar-benar di luar kendali! aku yakin kala ini bukan sekedar pembunuhan!" ringis Joshua dengan wajah yang sangat pucat pasi. "dan... m-menurutku... kajja, kita cari bantuan. Pada siapa saja, jebal. Keunde, anni, jangan kembali ke mansion. Kita cari bantuan pada penduduk sekitar, lalu kembali mencari Jeonghan-hyung dan S.Coups-hyung, lalu bisa kembali ke Seoul dengan 'membawa' yang lainnya juga untuk pulang. Aku percaya penduduk disini ada yang punya transportasi, jebal."
Sehee mengangguk pelan. "memang itu yang sedang kupikirkan, keunde... bagaimana kita bisa menembus hutan yang membatasi daerah mansion dan rumah penduduk? kau tahu apa yang terjadi pada DK dan Seungkwan, apalagi—"
"sekarang tidak ada kabut. Mungkin kita bisa melewatinya." potong Joshua cepat, sambil membuka pintu gerbang.
Sehee mencoba melangkahkan kakinya dan masih terasa sakit sedikit, tapi dia mengikuti dan berpegangan erat pada pundak Joshua sambil memaksakan diri untuk berjalan.
Hutan lebat itu benar-benar menakutkan. Memang tidak ada kabut dan hujan tidak sebesar saat S.Coups melewatinya bersama yang lain, tapi tetap saja hutan itu gelap dan harus berhati-hati agar dapat di lewati.
Joshua memapah Sehee, sambil berjalan melewati jalan setapak. Udara dingin sangat menusuk dan air hujan sudah membuat mereka basah kuyup.
"c-chankamman, mungkin akan lebih baik kalau aku melepas sepatuku... rasanya sakit," kata Sehee. Dia lalu membetulkan sepatunya dan berjongkok di tanah.
Joshua masih memeriksa sinyal di ponselnya dan memakai sinar dari ponsel yang baterainya sudah merana itu.
"dingin sekali~" gumam Joshua. Dia mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air hujan, namun dia tercengang ketika dia sadar kalau bukan hanya air hujan yang membasahi wajahnya, tapi juga cairan warna gelap yang menetes dari atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS FOREVER (END)
Misterio / Suspenso"kalian sudah berjanji untuk selalu bersamaku selamanya, maka dari itu aku tidak ingin pergi sendirian."