Happy Reading
.
.
."Yo, menurut lu bagus yang mana?"
"Ya abang suka nya yang mana, kok tanya Theo?"
"Ck, tolong bantu lah abang bingung ini milih nya" Rengek Kevan. Mereka tengah melihat desain-desain undangan untuk pernikahan Kevan.
"Bukan nya dari jauh-jauh hari, huu"
"Ya kan kita sama-sama sibuk Yo, bantu ya"
"Warna putih bagus nih, pinggiran nya ada ukiran emas. Elegan gitu liat nya"
"Sepemikiran, bagus sih emang. Ya udah gue pilih itu aja" Mereka fokus dengan layar laptop.
"Holaaa!! Wihhhh bang Kev udah mau sebar undangan aja nih" Seorang perempuan yang datang tak diundang duduk di samping Kevan.
"Belum. Ini aja baru desain undangan nih Ya, tapi lu harus dateng jadi pramusaji di acara gue nanti" Ucap Kevan dengan cengiran lebar nya.
"Hahaha mampus lu" Tawa Theo nista.
"Sama Theo juga kok jadi pramusaji" Kini giliran Freya yang tertawa.
"Kok gue juga sih?!" Protes Theo tak terima.
"Bagus bang, Theo jadi pramusaji nanti pake baju ma-hmpppp" Theo segera membekap mulut perempuan itu.
"Pake baju apa hayooo?" Tanya Kevan selidik. Sedangkan Freya melepas paksa tangan Theo dari mulut nya.
"Huh... hehe gak papa bang" Cengir Freya, Theo sudah misuh-misuh.
"Gak kerasa bang Kev mau nikahan" Kata Freya tiba-tiba.
"Haha.. Gue mah udah sepatutnya nikah Ya. Lu di undang ini kok" Jawab Kevan dan tertawa pelan.
"Freya mah gak usah diundang bang, malu-maluin"
"Enak aja lu!!" Freya memukul Theo menggunakan bantal sofa.
"Ribut terus lu berdua kek kucing kawin" Kevan jengah dengan kelakuan mereka, tiap ketemu ada aja bahan yang jadi adu mulut mereka.
"Dah lah, gue mau ngurus sesuatu dulu. Kalian jaga rumah aja" Kevan berdiri sambil memasukan laptopnya ke dalam tas, menenteng nya lalu keluar rumah hingga deru mobil perlahan menjauh.
"Yo, gue liat lu akhir-akhir ini jarang sama bang Yudha ya?" Tanya Freya dengan nada serius.
"Hah? Gak tuh, gue sama Yudha tetap bareng kok"
"Kapan anjir? Gue malah liat nya lu sering ama kating itu"
"Jujur... lu sering kan ketemu sama itu kating?" Tanya Freya menatap tajam Theo.
"Iya, gue sering ketemu bahkan jalan bareng. Puas lu" Jawab Theo dengan nada agak ketus.
"Waahh anjir, gak pernah cerita lu pas lagi bahagia. Giliran pas sedih aja curhat sama gue. Sahabat macam setan kau" Ucap Freya pura-pura ngambek.
"Bukan gitu anjir, gue cuma agak bingung cerita nya... Gue aja masih ngerasa bingung Ya." Theo menggantungkan perkataan nya.
"Gue bingung aja gitu sama kak Arsya, dia awal nya sksd gitu, gue juga cuek pas pertama kali. Tapi karena sebuah insiden dan kebetulan juga dia panitia event, kita jadi makin deket. Dan.. kemarin aja dia nembak gue" Jelas Theo, ia melirihkan suara nya di kalimat terakhirnya.
"Hah?!! Lu serius di tembak itu kating?!!" Teriak Freya sambil mengguncang bahu Theo.
"I-iyaa, gak usah guncangin gue juga kali." Theo melepas tangan Freya dari bahunya.
"Tapi lu serius kan, ditembak?!! Seorang wibu kayak Theo ditembak kating?!! demi apa?!!" Theo memutar bola mata nya malas melihat respon Freya yang berlebihan.
"Iya gue serius Freya Tamala. Dan gue itu otaku bukan wibu."
"Bagi gue lu wibu. Btw, lu udah kasih jawabannya?" Tanya Freya penasaran.
"Gue... Belum." Jawab Theo lirih.
"Lu gantungin anak orang dong, harus nya lu jawab tegas. Kalau suka tinggal terima kalau gak suka ya tolak aja"
"Lu gampang ngomong gitu, Ya. Gue masih bingung sebenarnya. Di satu sisi gue tuh nyaman sama kak Arsya, di sisi lain gue keinget nasihat keluarga gue buat gak pacaran dulu. Gue harus gimana dodol!!" Ucap Theo panjang dengan nada frustasi. Freya terdiam, ia juga bingung kalau begini.
"Y-ya udah lu jalanin aja dulu hts, kalau udah waktu nya lu kasih jawaban nya" Saran Freya. Theo masih memikirkan nya, ia bingung, seumur hidup ini dia baru ditembak. Apa yang menarik dari nya? Hobi nonton 2D, jarang keluar rumah, bisa-bisa nya ada yang nembak dia. Pikir Theo.
"Gue gak tau lagi deh, pikir nya nanti aja" Ujar Theo lesu.
"Btw, lu ngapain kesini?" Tanya Theo.
"Gue gabut dirumah. Eh gue nginap sini ya, janji deh gak ngerusuh." Pinta Freya.
"Pulang aja sana, dah malem ini. Kayak setan aja lu ngelayap malem-malem. Lagian nginep disini emang gak kasian sama Raka?" Theo menatap Freya dengan malas.
"Raka ama nyokap ke rumah nenek. Boleh lah ya... Lu gak takut sahabat lu ini dirumah sendirian? Kalau ada maling gimana? Lebih parah nya diculik setan gimana? Kan lu nya jadi kesepian ntar" Ujar Freya berlebihan. Theo hanya memutar bola mata nya malas.
"Lu gak bakal digondol setan, yang ada lu nya yang nge gondol setan" Jawab Theo malas.
"Lah kok gitu?"
"Ya lu kan lebih setan dibandingkan setan nya sendiri, wkwkwk" Kekeh Theo.
"Sialan lu Theo!!" Freya memukul Theo dengan bantal sofa.
"Gue mau tidur, lu kalau mau tidur juga di kamar biasa sana" Theo beranjak dari duduknya, meninggalkan Freya yang memekik senang.
"Huh.. Dia bilang mau nunggu kan? Semoga iya" Ucap Theo sambil menatap langit-langit kamar nya. Perlahan, ia memejamkan matanya. Menjemput mimpi yang kadang abstrak.
.
.
.Seorang pemuda tengah rebahan dikamar sambil menatap langit-langit kamar nya. Kedua tangan nya ia gunakan untuk bantalan kepala.
Ia menghembuskan nafas nya berulang kali, kemudian ia terduduk. Mengambil handphone nya."Halo mom..."
"..."
"Jadi... Arsya mau... Bantuin mommy di perusahaan" Ucapnya penuh keyakinan.
"..."
"Iya, besok aku bakal absen dulu"
"..."
"Iya mom, Arsya yakin. Mohon bantuannya mom" Ia menutup sambungan telepon nya, meletakkan kembali handphonenya ke nakas dan kembali merebahkan diri.
"Semoga ini keputusan terbaik, tunggu kakak Yo." Ia memejamkan matanya.
.
.
.Hah... Gak tau ini bakal gimana...
Tapi Leon bakal berusaha buat ngelanjutin nya.Untuk kedepan nya.... YOROSHIKU ONEGAI SHIMASU READERS-SAN.
Dan makasihh buat 2k pembaca 🥳👏
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah dulu, baru pacaran
Teen FictionIngin pacaran.. tapi takut Tapi dia iri dengan teman-teman nya yang bucin Tapi kembali ke alasan pertama, dia takut. Bukan takut, tapi hanya dia saja yang malas menjalin hubungan. Dasar ABG "Gue iri liat temen gue yang punya gandengan. Kek...