Bab 11

758 60 1
                                    

Enjoy...

.
.
.

Theo sedang guling-guling di kasur nya. Ia sedang bosan sekarang. Nonton malas, begini malas, begitu pun malas. Inti nya ia malas gerak.

"Huaaaa bundaaa Theo bosan!!" Teriak nya.

"BERISIK BOCAH!!" Teriak Kevan dari kamar sebelah. Theo berdecak kesal. Dengan tampilan acak-acakan, ia memilih keluar kamar, menuju dapur berharap sang bunda ada disana.

"Bundaa!! Bunda dimana?!" Teriak Theo membahana.

"Bunda di belakang rumah Yo!" Balas bunda berteriak juga. Tanpa berkata lagi, ia segera ke belakang rumah. Terlihat sang bunda sedang menyiram tanaman nya dekat gazebo. Segera saja ia menghampiri sang bunda.

"Bunda" Panggil Theo lalu duduk di gazebo, memperhatikan sang bunda yang fokus dengan kegiatan nya.

"Ada apa sih anak ganteng nya bunda? mau curhat? tentang apa?" Tanya bunda tepat sasaran.

"Hehe bunda tau aja" Cengir Theo.

Theo termenung, memikirkan kata-kata yang tepat.

"Bun, ada gak ya pacaran yang dijadwal gitu? misal nya aja seminggu dua kali gitu. Theo pengen, tapi males" Curhat nya. Sang bunda hanya mengernyit.

"Teman-teman Theo pada punya gandengan semua, apalagi pas Theo keluar malam, banyak orang pacaran. Tapi dipikir lagi Theo males" Keluh nya, ia merebahkan diri di gazebo dengan kedua tangannya sebagai bantalan.

"gak ada pacaran pake dijadwal segala. Lagian kamu kan malas sama hubungan kayak gitu" Cecar sang bunda

"Iya sih, tapi iri aja liat temen-temen pada punya gandengan. Tapi aku nya
malas"

"Dasar anak baru gede. Nikah langsung aja lah kalau kamu gitu. Lagian nikah sehabis pacaran tuh enak"

"Emang bunda pernah ngerasain?" Tanya Theo penasaran.

"Ya pernah lah, orang abah mu pas lamar bunda baru kenal seminggu. Sebulan nya langsung nikah, mana pas itu bunda belum kenal banget sama keluarga abah" Jelas bunda membuat Theo cengo. Amazing, pikir Theo.

"Bunda sama abah saling cinta gak pas itu?"

"Kalau abah mu iya, kata nya cinta sama bunda pas gak sengaja nabrak bunda dekat sungai. Abah mu sering deketin bunda abis kejadian itu, nah seminggu kemudian abah mu datang ke rumah bunda sambil bawa keluarganya. Ya bunda kaget lah, gak ada angin, gak ada hujan, cuaca nya juga lagi terang sore eh si abah malah datang, mana bawa keluarga nya lagi" Jelas bunda sambil terkekeh.

"Terus bunda gimana pas abah datang ke rumah?" Tanya Theo makin kepo.

"Jelas kaget, pas ditanya kakek mu kenapa datang kerumah bunda, abah mu langsung jawab gini 'Saya cinta sama anak om, saya pengen nikahin anak om itu, untuk penghidupan pasti aman kok,  saya jamin, anak om akan bahagia sama saya' haha bunda inget banget tuh gimana ekspresi kakek kamu pas abah mu ngomong gitu"

"Berani juga abah haha, tancap gas banget" Tawa Theo.

"Hooh, nenek mah santuy bae kata nya 'Gak apa-apa loh anak kita juga udah natang buat nikah. Tinggal Kinan nya aja mau apa nggak dipinang'. Nenek mu paling bahagia pas bunda mau nikah"

"Pas itu bunda udah suka sama abah?"

"Eum.. suka sih maka nya bunda terima lamaran abah mu. Pas nentuin tanggal nya, bunda dibikin kaget lagi. Kakung mu malah bilang 'Bulan depan aja, bulan depan waktu yang terbaik sesuai sama weton nya nak Kinan dan anak ku, Pangestu'. Bunda mah diem bae, antara kaget sama gak ngerti hahaha"

"Wih keren. Tanpa pacaran ya bun?"

"Pacaran sesudah nikah. Enam bulan pacaran eh sebulan nya lagi bunda hamil abang mu" Ujar bunda sedikit bangga.

"Jangan pacaran dulu, kalau Theo suka seseorang atau seseorang itu suka Theo bilang ke abah aja biar langsung nikah. Hehe" Ujar bunda enteng.

"Enggak lah, Theo belum pengen nikah. Belum ada yang menarik juga" Acuh Theo.

"Yakin gak ada yang kamu suka? Yang semalem nganterin kamu siapa? Mana kamu nyenyak lagi tidur nya, sampai orang itu harus gendong kamu" Goda bunda.

"Hah? Kapan bun?!" Pekik Theo dengan mata yang melebar.

"Hayoo siapa itu? Semalam loh, kamu pulang dianter cowok. Bunda bangunin kamu malah kamu nya makin nyenyak sambil meluk dia, hayoo siapa hah? jujur" Ucap bunda menggoda.

"Itu... temen Theo, kating sih sebenarnya. Panitia event juga ternyata. Event itu loh yang kemaren, bunda ingat kan?" Tanya Theo.

"Oh yang sama si Zami?" Tanya bunda memastikan.

"Iya yang sama bang Eja"

"Itu temen nya Zami apa dek?"

"Iya mungkin, kan mereka juga sama-sama panitia" Ujar Theo. Bunda manggut-manggut saja.

"Oh temen, kirain pacar kamu. Bunda sih gak apa-apa kalau dia pacar kamu asal dia nya orang yang bertanggung jawab, baik, dan gak nyakitin kamu" Nasihat bunda.

"Ih bunda apaan sih?! Mana ada pacaran" Rengut Theo.

"Hehe.. Sapa tau kan... Bunda juga dah liat sih anaknya ganteng, tinggi, sopan pula. Mana anak nya minta maaf ke bunda gara-gara ganggu orang rumah malam-malam. Padahal harus nya bunda yang minta maaf karena udah ngerepotin dia buat gendong kamu sampai kamar nya. Mana badan mu segede gaban" Cibiran bunda diakhir kalimat membuat Theo semakin merengut, namun ia juga sedikit malu saat tahu bahwa Arsya telah mengetahui isi kamar nya, malu coyy.

"Bunda ih, nggak lah!! Mana ada dia pacar Theo" Pekik Theo antara malu dan kesal dengan wajah yang memerah.

"Hahaha... Bisa aja loh nak... Jodoh gak ada yang tahu lohh" Bunda semakin gencar menggoda anak bungsu nya itu.

"Tau lah, Theo mau main aja bay" Theo segera beranjak masuk ke rumah, meninggalkan sang bunda yang masih menertawakan dirinya.

"Ada-ada aja tuh bocah. Hah, semoga Theo sama anak itu berjodoh, pengen  punya mantu sekelas Kevan moga aja terkabul" Doa sang bunda. Ia pun melanjutkan kegiatannya tadi.

"Anak ku dah besar semuanya ya.." Gumam nya.








.
.
.

Holaa met malam guys

Alhamdulillah ide nya ngalir :)

Ini termasuk double up gak? Klo gak ya udah. bye bye

Na_Leon

Nikah dulu, baru pacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang