5. Well.. Mission Abort!

2.4K 187 3
                                    

Celine dan keluarganya sedang berada di lounge Garuda menunggu penerbangan mereka ke Bali siang ini. Sedari tadi ia tidak meninggalkan Noah yang selalu menempel padanya. Mereka berdua sedang menonton documentary di Netflix saat keluarganya yang lain berbincang satu sama lain.

"I don't get it. Fish is full of nutrition, but that's how the fisherman get it?" tanya Noah padaku saat kami menonton Seaspiracy.

"Yeah.. at some point, the sea food become a business comodity with high value. But it doesn't mean all fisherman like that though."

Mereka terus berdiskusi bahkan didalam pesawat sampai kemudian Noah tertidur saat perjalanan. Celine pun lanjut membaca jurnal yang sudah disiapkannya sebagai bahan bacaan diperjalanan.

Sesampainya mereka di Bali, 2 mobil alphard jemputan dari hotel sudah menunggu di pintu kedatangan. Rencananya mereka akan berada di Bali sampai hari minggu, benar-benar menghabiskan waktu untuk menebus lamanya mereka tidak bertemu. Kebanyakan waktu mereka dihabiskan dengan ngobrol dan bersantai di hotel. Itu sebabnya Celine memilih hotel dengan pelayanan dan fasilitas terbaik, karena tau keluarganya akan lebih memilih staycation dibandingkan mengitari Bali.

Selama hidupnya, Celine merasa tidak pernah kekurangan. Semuanya dirasa cukup. Ia dihadirkan ditengah keluarga yang bisa dibilang harmonis dan mampu, well.. dia merasa keluarganya tidak pernah mengalami kesulitan dalam hal financial yang begitu extreme. Ayahnya bekerja sebagai konsultan diperusahaan perminyakan selama lebih dari 25 tahun. Ibunya mantan direktur operasional disalah satu perusahaan BUMN. Orang tuanya tipe yang membebaskan anak mereka untuk belajar dan memutuskan pilihan mereka sendiri. Ayahnya sangat tenang dan bijaksana, sedangkan ibunya adalah tipe wanita Indonesia--Asian typical. Sedikit konservatif, tapi hal itu masih dapat teratasi karean ayahnya yang banyak memberi input disetiap diskusi keluarga mereka. Celine dan kakak-kakaknya sudah dewasa dan tinggal terpisah dengan kedua orang tua mereka. Menyisakan rumah keluarga mereka dikawasan Pondok Indah hanya dihuni oleh 4 orang saja, ayah dan ibunya serta 2 asisten rumah tangga.

Ibunya banyak mengeluhkan tentang betapa sepinya rumah mereka sekarang semenjak Nyonya Hadiyaksa pensiun dan lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Ayahnya masih bekerja diumurnya yang menginjak 60 tahun, membuat ia memiliki kegiatan tetap sehingga tidak memiliki keluhan yang sama dengan istrinya. Ibunya meminta Celine untuk kembali tinggal dirumah setelah 4 tahun hidup terpisah dan hanya datang saat weekend saja.

Hal itu yang sekarang sedang berada dipikiran Celine. Sambil duduk di daybed, menikmati sunset tanpa melakukan apapun ia termenung lama.

Ditengah lamunannya, ia tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan seorang lelaki yang duduk selang 1 daybed darinya.

"Gue di Bali... Engga, langsung balik Singapur, kenapa?... Putus?... Kan lo udah jelasin... Hmm... Or may be she's the one that has another 'option', don't you think so?... Yeah... just don't make any stupid decision 'cause you angry... Yup, bye."

Celine menghela nafas panjang, people and their same old problem.

"May be I should the one doing that, you know?" kata pria disampingnya. Ia tidak yakin apakah pria itu berbicara padanya atau tidak hingga Celine nengok kearah pria itu.

"You talk to me?" tanya Celine memastikan.

"Yeah.."

Celine kemudian mengangkat sunglassesnya keatas kepala melirik sekilas pria itu lalu pandangannya dibuang kearah lain, setengah tidak enak hati ketauan bahwa ia menguping pembicaraan pria itu. "Yeah, you should be the one doing that.. But I accidentally listen to... Sorry.. for eavesdropping on your conversation."

Chance To Know YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang