21. Rencana Dadakan

1.5K 112 13
                                    

Radian berhasil menahan dirinya bertindak lebih jauh ditengah-tengah kuatnya keinginan memiliki Celine seutuhnya. Disela ciuman mereka yang semakin dalam, dan tangan nakal Radian yang menjalar hampir ke seluruh tubuh Celine, pikiran Radian seperti tersadar seketika bahwa ini belum saatnya. Dia tidak ingin melakukan sesuatu yang sakral secara terburu-buru seperti ini. Tapi dilain sisi Radian berfikir bahwa pengaruh pernyataan cinta Celine sebegitu kuatnya hingga rasanya melumpuhkan Radian dalam sekejap.

"Cel, I think we have to stop here before I can't control my self..." Kata Radian pelan. Ia takut menyakiti hati Celine, atau menyinggung wanita itu.

Diluar prediksinya, Celine tersenyum dan akhirnya memeluknya.

"I think I date a gentleman.." seru Celine berbisik. Radian terkekeh. Bisa-bisanya muncul komentar seperti itu ditengah situasi panas mereka.

"And I date a woman.." balas Radian, iseng.

Celine tertawa dan memukul pelan lengan Radian. Setelah hening beberapa saat tubuh Celine mulai merasa kedinginan. Mereka masih dalam posisi berpelukan tanpa pakaian sama sekali.

"So, gentleman, boleh tolong tarik selimut to cover us up? I'm getting cold." Kata Celine memecah keheningan.

Dengan cepat Radian menarik selimut untuk mereka berdua. Posisi Radian menyender dengan headboard, Celine didalam pelukannya berbaring disebelah kiri, Radian merasa dimasa depan hidupnya akan tambah bahagia bila hal ini bisa terjadi setiap hari.

Tapi sebelum pikirannya jauh kesana, ia merasa perlu tahu situasi yang terjadi ketika Rayhan datang untuk menemui Celine tadi.

"So.. do you want to tell me about what happend this evening?" Tanya Radian berhati-hati dengan nada suaranya agar tidak terdengar seperti sedang mengintrogasi.

Celine berpikir cara menyampaikannya pada Radian. Dia tidak mau sampai membuat Radian kesal atau marah.

"Rayhan missed call banyak banget, terus ngga lama aku ditelfon security apart. Dia ngancem ngga bakal balik kalo ngga ketemu aku." Radian masih fokus mendengarkan.

"Dia tanya kenapa aku ngga angkat telfon, kenapa susah banget ketemu aku, et cetera. I told him that there is no specific reason, I just don't want to see him again after now I have you. Like, there is no explanation for that. Yaa, ribut dikit lah. Aku bukannya benci atau sengaja menghindar dari dia, tapi emang ngga ada yang pengen aku omongin atau alasan lainnya buat ketemu dia, okay? Oke lah kalo kebetulan ketemu, we could say at least 'Hi' tapi dengan dia kaya gini, jadi males banget." Celine bercerita seperti sedang menumpahkan semua unek-uneknya. Selama wanita itu beberapa kali pacaran, hanya Ray yang bertingkah menyebalkan. Dia masih berteman dengan mantan jaman SMAnya dulu, as in casual conversation kalau ada reuni. Tapi Ray? Celine mulai berpikir pria itu menyebalkan.

Radian menghela nafas panjang mendengar cerita Celine. Dia lega karena tidak ada yang terjadi dan mereka hanya bicara. Celine juga cukup dewasa menghadapi mantannya itu.

Susahnya punya pacar cantik gini nih, ada aja saingannya!

"Syukurnya semua baik-baik aja." Kata Radian sambil memeluk Celine erat. Melampiaskan betapa leganya dia.

Radian tidak mau menanggapi masalah ini secara berlebihan. Ia rasa Ray belum bisa menerima keadaan hubungannya dengan Celine yang berakhir. Dan dari pada memikirkan sikap Ray, ia hanya ingin lebih fokus pada Celine.

Setelah jeda hening yang cukup lama, Radian membuka pembicaraan baru, "Rabu sampe jumat besok aku ada training ke SG. Do you wanna come with me?"

Ini pertama kalinya Radian menawarkan Celine untuk ikut business tripnya. Selama ini ia takut Celine terlalu sibuk sehingga selalu menahan diri untuk mengajak Celine. Sekarang, untuk pertama kali ia ingin mencoba peruntungannya.

Celine terlihat berpikir. Radian sudah siap untuk ditolak dengan alasan bahwa wanita itu akan sibuk sepanjang minggu.

"Kalo gitu aku nyusul kamis sore gimana? I have meetings with consultant the whole wednesday and thursday. Aku bisa cuti hari jumatnya dan kita liburan weekendnya?"

Perasaan bahagia Radian seperti menembus atap apartment Celine dan ia tersenyum lebar sambil mendekap Celine erat. Terlalu erat sampai Celine memukulnya ringan minta dilepaskan. Mereka berdua tertawa dan mulai merencanakan tempat-tempat yang akan mereka kunjungi.

"Oh sebelum lupa, aku butuh passpor kamu buat booking tiket." Kata Radian ditengah-tengah pembicaraan mereka.

Celine beranjak dari kasur dan menuju lemari untuk mengambil robenya, memakainya dan berjalan menuju laci meja riasnya. Radian memerhatikan setiap gerakan wanita itu. Hatinya berbunga-bunga. Ia bahagia.

"Kita mau balik minggu jam berapa?" Tanya Radian sambil mengecek jadwal tiket pesawat. Celine terlihat berpikir.

"Bentar banget ya cuma sampe minggu." Katanya pelan.

Radian menangkap nada berharap liburan mereka lebih panjang, "Cuti kamu masih banyak? Mau extend di Singapur aja atau ke tempat lain?"

Celine berbinar, "Cuti aku masih banyak banget! Sisa 20."

Radian tertawa, "Kalau 20 bukan sisa, Sayang. Our annual leaves are 25!"

Celine berdecak sebal ditertawakan Radian. "Gimana kalo kita ke Jogja? Aku udah lama ngga ke Jogja."

"Boleh. Anything for you, my lady."

"Yes!"

Radian tertawa lagi melihat reaksi Celine yanh seperti anak kecil dibelikan mainan, sangat bahagia.

"Aku pesen direct ke Jogja ya, minggu?" Tanya Radian lagi, memastikan.

"Yes, Sir!"

###

Sepanjang selasa malam sehabis mengantar Celine pulang ke apartment, wanita itu menelfonnya untuk memastikan barang-barang yang harus pria itu bawa didalam kopernya. Radian mendengarkan lewat ear buds sambil senyum-senyum dan melakukan sesuai instruksi Celine. Ia sudah biasa berkemas. Bahkan cenderung ahli. Ia bepergian hampir setiap bulan, remember? Tapi sangat menyenangkan mendengar Celine mengingatkannya membawa barang-barang yang biasa ia bawa.

"Don't forget film camera!" Ucap Celine.

Radian membuka laci meja kerja dan mengambil camera serta memasukannya ke ransel.

"Udah nih."

"Apalagi ya?" Ucap wanita itu disebrang telfon.

Radian terkekeh, "Kalo ada yang ketinggalan kan bisa beli nanti, Cel."

"Aku tau sekarang, kamu kalo travel pasti modal ransel doang ya? Kalo ketinggalan beli and then buang?" Tuduh wanita itu.

Radian tertawa, "Ya kan ngga mungkin aku bawa satu lemari. Kalo butuh, nanti tinggal cari aja langsung beli disana. Biar tasnya ngga berat."

Celine ini tipe yang kalo liburan membawa barang 'just in case', sedangkan Radian tipe yang 'nanti beli aja disana'. Lucu bagaimana mereka berdebat karena hal ini. Pertama kali liburan bareng, dan hal-hal seperti ini membuat mereka lebih mengenal satu sama lain.

"Besok pesawat jam berapa?" Tanya Celine.

"Jam 7 pagi."

"Mau dianter?" Tawar Celine.

Radian mengangkat alisnya. For the first time Celine menawarkan diri mengantarnya. "Bukannya kamu ada meeting?"

"Nganter kamu kan jam 5 pagi. Meeting aku mulainya jam 10."

"5 pagi?" Apa perlu sepagi itu?

"Ya kan ngga ada yang tau bakal semacet apa jalannya nanti. Jadi 2 jam sebelum boarding harusnya aman, no?"

Radian lagi-lagi take notes akan kebiasaan Celine mengenai bepergian menggunakan pesawat.

"5 in the morning, then. Come pick me up."

"Alright!" Celine terdengar senang tawarannya diiyakan oleh Radian.

Chance To Know YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang