"Fal, lo enggak ada niat pacaran lagi gitu? Lo kan, terakhir pacaran waktu itu." Abey menatap sahabatnya seraya mencomot sebongkah singkong rebus.
Sepasang sahabat itu tengah duduk berdua di teras rumah Fal. Menghabiskan sore dengan menikmati taman depan. Ditemani singkong rebus dan pisang goreng serta segelas kopi untuk Abey dan segelas teh tarik hangat untuk Fal.
Fal meletakkan dengan hati-hati gelas teh tarik di atas meja. Menatap Abey dengan tatapan curiga. "Kenapa lo? Bosan lo jaga gue? Nyuruh gue punya pacar supaya waktu lo enggak usah bagi dua buat gue dan Vido?"
Abey berdecak kesal. Segera ditelannya singkong dalam mulut. "Bisa enggak sih lo ganti hobi, Fal? Hobi tuh koleksi ayam hias, ikan chana, bukan mikir jelek ke orang lain." Ditoyornya kepala Fal. "Maksud gue, kalau lo punya pacar kan, kita bisa kencan bareng gitu."
Fal mendelik seraya membalas toyoran Abey. "Yang ada juga bukan kencan bareng tapi dengerin lo sama Nyonya Abey debat soal status istri si Vido."
Abey terkekeh. "Kan, hiburan, Fal. Lagian gue heran sama si Nyonya Abey, ogah banget gue panggil istri. Jelas-jelas gue yang diatas, dia yang dibawah."
Plak!!!
Fal menggeplak kepala belakang Abey, yang seketika berteriak kesakitan. "Mulut lo ya, Bey!!!" Kedua mata tajamnya seketika membulat kesal. Wajahnya sedikit memerah.
Abey mengusap kepalanya, yang cukup berdenyut nyeri. "Heh, Tolol!!! Otak lo tuh, ya!!! Orang maksud gue atas-bawah tuh dom-sub. Ngeres kan, otak lo!!!" tuduhnya balik seraya menuding wajah Fal.
Fal berdecih. Tak menanggapin ucapan Abey dan memilih untuk menyeruput teh manisnya lagi.
"Balik ke pertanyaan gue. Lo enggak ada niat punya pacar lagi?"
Fal menggeleng. Tatapannya mengarah ke rumpun anggrek bulan. "Gue masih takut kalau dekat dengan cowok, Bey. Kecuali lo dan Nyonya Abey, ya. Dalam otak gue tuh, tujuan semua cowok pacaran tuh sama. Cuma mau kesenangan di atas ranjang, dan kalau gue nolak, mereka akan melakukan hal sama kayak dia."
Abey mengangguk paham. "Lo enggak mau nyoba sama cewek, Fal? Maria kayaknya bisa tuh lo jadiin pacar. Yakin, tuh anak pasti belum pernah pacaran. Masih polos cenderung bego kalau kata Vido."
Fal mendelik. "Enggak menjamin dia nantinya enggak akan nyakitin gue, kan, Bey!? Cinta itu masih jadi sesuatu yang menakutkan untuk gue."
"Ya ... siapa tahu kan, dengan lo punya pacar lagi modelan si Maria, rasa takut lo itu perlahan menghilang."
Fal mengerutkan dahi. "Gimana kalau ternyata sebaliknya? Justru dia lebih menyakitkan hati gue, justru karena dia masih hijau dalam dunia percintaan. Lagian lo jodoh-jodohin gue dengan Maria, seolah-olah tuh anak memang belok. Kalau ternyata dia normal gimana?"
Abey memamerkan cengiran. "Anaknya masih polos cenderung bego, masih gampang dibelokin tahu," ujarnya santai seraya mengunyah pisang goreng.
Plak.
Uhuk ... uhuk ... uhuk ....
Abey tersedak saat Fal kembali menggeplak kepalanya. "Tolong ya, itu mulutnya dijaga. Gue bukan lo, ya, Bey, yang ngejar-ngejar setengah maksa anak bocah polos buat belok. Sampai rela minta ke emak-bapaknya langsung, untuk enggak dikebiri lo sama mertua lo itu."
"YA AMPUN, KAK ABEY!!! KENAPA? LAGI SEKARAT????"
Demi sebuah teriakan, sepasang sahabat itu menoleh ke arah gerbang. Sesosok pria manis nan tampan tampak setengah berlari menghampiri. Membungkuk di hadapan Abey, yang masih batuk parah.
"Kak Abey kenapa, Kak?" Vido bertanya dengan nada panik pada Fal.
Fal tersenyum tipis. "Keselek pisang goreng waktu ngomongin maba di kampus, Vid. Katanya tuh cewek cantik, imut lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Faldhita (GxG Story)
Romance"Seharusnya hidupku berjalan senormal yang lain, tapi mereka membuatku memilih jalan yang berbeda." Faldhita Raditya