Temple of Mind

31 2 0
                                    

Seorang gadis melangkah terseok pada jalan setapak berlumut yang lembab. Tubuh terhuyung-huyung, seakan angin lembut saja bisa merobohkannya dengan mudah. Tenaganya hampir habis. Berhari-hari ia tersesat dan makan sedikit; itu karena ia tidak pandai mengolah vegetasi tumbuhan dan hewan-hewan yang ada di hutan. Apalagi riwayat darah rendah yang dideritanya memperburuk kondisi tubuhnya. Seharusnya memang dari awal ia tidak usah mengiyakan ajakan teman-temannya untuk kamping dan menyusuri hutan. Firasatnya sudah tidak enak.

Kini, ia tidak tahu sampai kapan lagi tubuhnya akan sanggup bertahan. Pikirannya yang buram membuat jalan yang ia tapaki tidak fokus. Gadis itu tidak sadar bahwa kakinya melangkah menuju tanah miring yang cukup curam. Baru beberapa langkah ia sudah goyah, kakinya tidak sengaja tersandung akar yang tebal.

CTAS

SRAK

BUGH BUGH BUGH BUGH

Tubuh gadis itu jatuh, badannya menggelinding dan menabrak beberapa batu serta batang keras kayu yang kokoh. Hanya dalam beberapa mili sekon, kulit yang semula tak tercela di penuhi barut merah dan memar. Tanah yang bercampur dengan luka membuat rasa sakitnya tidak tertahankan, namun gadis itu tidak berteriak sedikitpun. Ia hanya menahan napasnya dan sesekali mendengus kesakitan dengan lirih.

Tubuh gadis itu terus berguling hingga terlempar ke sebuah sisi mulut goa berbatu.

"Ssshh. Hah...hah... kenapa aku benar-benar sial. CK!" Menangkup tubuhnya, gadis itu mendesis perih. Ia mengatur napasnya yang berat dan terengah. Netra melirik ke goa, cukup lama lalu mencoba berdiri.

Ada aura yang menghipnotis tubuhnya untuk masuk kedalam tempat itu.

Entah mengapa kedalaman goa tersebut terasa menyejukkan. Ia ingin beristirahat sebentar di dalam. Otaknya bahkan tidak berpikir panjang terhadap ancaman yang bisa saja muncul entah ular atau hewan melata lain seperti kelabang dan kalajengking.

Saat memasuki goa, ternyata terdapat lorong panjang. Tidak gelap seperti yang dipikirkannya. Samar terdengar suara deburan air yang bergema di titik-titik dinding. Ia penasaran dan meski terseok, melangkah lebih jauh.

Aroma embun dan lumut segar menabrak indra penciuman. Ia terkejut tatkala lorong itu membawanya ke sebuah tempat tak terduga. Di depannya; ia melihat empat buah air terjun mini yang saling berhadapan. Dua di sisi kiri dan dua disisi kanan. Di tengah-tengah beridiri sebuah kuil dengan perpaduan warna putih dan pastel. Dari tempatnya beridiri terdapat jembatan batu penghubung menuju ke arah bangunan itu yang melewati air terjun.

Tertegun, kaki gadis itu mencoba melangkah. Melewati jembatan batu dengan hati-hati. Bisa ia rasakan cipratan air yang menabrak wajahnya. Dingin dan begitu segar. Saat melihat ke atas, embun yang terbentuk menabrak cahaya. Menyebabkan pelangi indah yang melengkung seperti tugu selamat datang. Rasanya seperti memasuki dunia ajaib. Begitu terpesonanya. Suasana ini membuat bulu kuduk gadis itu merinding takjub.

Tepat di depan kuil, gadis itu menatap ke depan. Melihat pada setiap tiang berbatu; melilit sulur daun yang membawa bunga beraneka warna. Di setiap sisi kuil terdapat pula patung pahatan yang menggambarkan seorang wanita dan pria yang tengah bersila; seolah melakukan meditasi. Angin berdesir tiba-tiba dan ia menghembuskan napas.

Tenang.

Jiwa gadis itu seolah mengapung. Ia masuk ke dalam kuil dalam perasaan yang entah kenapa terasa lega. Lebam dan memar seakan menghilang. Tubuhnya terbang, benar-benar terbang. Gravitasi lenyap.

Sebuah ruang megah dihiasi batu alam melayang. Batu-batu itu berjejer dan melayang dengan teratur, membentuk barisan. Ada cincin emas dua arah yang membungkus batu itu seperti huruf (x) dan simbol (+) jika di lihat pada berbagai sisi.

Gadis itu menatap sekelilingnya. Hanya ada benda-benda dan batu terbang. Namun perlahan ketika ia menghadap ke atas; sebuah hamparan gelap membentang. Seperti malam; warna itu menyebar di langit-langit kuil yang cembung. Ada titik yang bersinar seperti bintang, juga garis penghubung seolah membentuk berbagai macam rasi yang berbeda.

Mata gadis itu membelalak dalam beku. Perasaan lapang berganti menjadi sebuah kekosongan. Otaknya seperti mati dan waktu seolah berhenti. Sebuah layar dalam benaknya tiba-tiba muncul. Secara membingungkan putaran masa diperlihatkan; bergerak cepat seperti di percepat. Pembentukan jagat raya hingga kehidupan, kematian, fenomena-fenomena keseimbangan, hingga ilmu pengetahuan terjejal membuat gadis itu kuwalahan. Otaknya seperti akan meledak.

DEGUP

Kini telinga gadis itu bahkan bisa mendengarkan detak bumi yang melingkupi hutan. Ia juga bisa mendengarkan suara cicitan burung paling jauh bahkan langkah kaki semut dan gesekan air oleh ikan-ikan yang berenang. Otaknya terasa berat dan penuh. Ia ingin berteriak namun tertahan. Tubuhnya lumpuh.

DEGUP

DEGUP

DEGUP

Kali ini suara jantungnya sendiri ia dengar. Tidak hanya jantung bahkan seluruh organ di dalam tubuhnya hingga napas yang ia hirup. Sekumpulan kode-kode dalam berbagai macam tanda dan suara ia lihat dan dengar. Semesta sedang ingin berbicara.

Semesta sedang ingin mengungkapkan ceritanya.

Saat tekanan-tekanan mulai tidak tertahankan, tubuh gadis itu akhirnya terjatuh.

Kelopak mata tertutup.

Badan gadis itu seketika di tumbuhi akar pohon. Merambat kemudian menancap kedalam tanah. Posisi tubuhnya berbaring menyamping seperti janin yang tertidur di dalam rahim ibu. Ketika sulur-sulur semakin banyak membungkus tubuhnya yang tidak sadarkan diri, daun-daun lebat ikut muncul bersama kuncup bunga yang menyembul; merekah.

Sekarang, tubuh gadis itu sudah seperti patung kayu yang berbentuk layaknya lukisan pohon tiga dimensi.

Ia membumi.

Menyatu.

Menjadi satu.

~••~

This world is just an illusion.

Forest Lullaby [Kumpulan Oneshots]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang