Protocol?

7 2 1
                                    

Sub genre : HTM

Aku terbangun di sebuah ruangan tertutup, tanda lingkaran di hutan itu kini terukir di lantai - lantai ruangan ini, butuh waktu hingga aku dapat berdiri dengan benar, guncangan dan penglihatan tidak masuk akal itu membuat tubuh ku mengalami shock.

Aku memperhatikan ruangan tempat ku berada, tak ada apapun, hanya simbol - simbol aneh dan pintu di ujung ruangan, aku mengelus kepalanku yang masih terasa sakit, menyadari sesuatu..

Aku kehilangan tongkat itu

"Sialan" Gumam ku lirih, kemana benda itu? Aku perlahan bangkit, melangkah menuju pintu di ujung ruangan, satu - satu nya hal yang dapat ku lakukan.

Kreeek....

Suara berdecit membuat ku waspada, kurasa aku tidak sendiri di tempat ini.

"Selamat datang yang terpilih" Sosok anak kecil muncul di hadapan ku.

"Astaga kau membuat ku terkejut" Ia hanya tersenyum, aku memperhatikan anak kecil itu, ia mengenakan gaun dari abad pahlawan, gaun bewarna merah yang cukup mewah, wajahnya putih pucat hampir menyerupai porselin... tunggu porselin?

"k-kau... bukan dari mahluk hidup?" Ia mengangguk.

"Aku adalah boneka yang tuan Meliodas ciptakan untuk menjaga tempat ini, silahkan ikuti aku, yang terpilih pasti lapar" Ia memberi aba aba untuk mengikuti nya.

"Tempat apa ini?" Tanyaku.

"Tempat ini adalah salah satu protokol yang tuan Meliodas ciptakan untuk menuntun yang terpilih" Jelas si boneka.

Tempat yang si boneka sebut protokol ini hanya terdiri dari lorong - lorong gelap, tak ada pencahayaan selain dari lentera yang si boneka bawa.

"Mengapa tempat ini begitu gelap?"

"Karena kami mulai kehabisan energi" Aku teringat sesuatu.

"Apa kau melihat tongkat di ruangan tempat ku terbangun?" Si boneka menggeleng.

"Tidak yang terpilih, aku tidak melihat tongkat yang anda maksud " Si boneka itu membawaku ke sebuah ruangan besar, tampak seperti ruangan perjamuan dengan makanan yang berlimpah, perut ku memberontak.

"Silahkan dinikmati yang terpilih" aku mengambil tempat duduk di meja panjang itu, melupakan ajaran yang selalu kakak ku ajarkan mengenai perjamuan aku mengambil makanan yang ku bisa raih, aku tidak peduli, sudah lama sekali semenjak aku bisa makan se enak ini, setidak nya kali ini aku makan tanpa rasa khawatir.

...

Tanpa kusadari aku tertidur di meja makan, aku terbangun dalam posisi yang sama ketika aku tertidur, bersandar di kursi ruang perjamuan, makanan masih dalam kondisi yang smaa ketika aku tertidur, aku mengambil anggur terdekat, meneguknya membasahi tenggorokan ku yang kering, aku melihat sekeliling, kemana boneka itu?.

Aku memutuskan untuk mencari nya, berbekal lentera yang si boneka itu berikan aku menyusuri lorong lorong gelap yang membangun tempat ini.

Hanya gemerutuk api lentera yang menemaniku, lorong-lorong ini begitu sunyi dan mencekam, aku penasaran bagaimana boneka itu menghabiskan waktunya di tempat seperti ini.

Bulu kuduk ku merinding, aku melihat sekilas cahaya di depan sana, sebuah ruangan, kurasa boneka itu ada disana, tanpa rasa ragu aku mendekati ruangan itu.

"Am...puni aku.." Si boneka itu mencongkel sesuatu dari dada boneka lainnya, cairan biru menghambur membasahi gaun bewarna merah itu, tanpa ragu si boneka memakan sesuatu yang ia congkel dari boneka lainnya.

Ia kanibal.

"Ah... yang terpilih" Aku terkesiap, jantungku terpacu, insting ku mengatakan untuk... lari.

"Tunggu yang terpilih jangan lari" Aku membuang lentera itu agar arah lariku tidak diketahui oleh si boneka, keputusan bodoh, aku hampir buta.

"Yang terpilih, lentera anda" cahaya yang mengejarku semakin dekat, sialan, sialan, aku harus bersembunyi...

Tepat ketika cahaya itu akan menemukan ku, seseorang membekap tangan dan kakiku, menarik ku ke dalam ruangan yang tidak kusadari keberadaan nya.

"shh" Ia memberi isyarat agar aku tetap diam.

"Yang terpilih, anda dimana?" Cahaya itu melewati kami begitu saja, ketika cahay itu sudah tak nampak ia melepaskan ku.

"Seperti nya sudah aman" Remang - remang aku dapat melihat sosok yang menyelamatkan ku, sebuah boneka lain, namun kondisi boneka ini mengenaskan, wajah hancur sebelah dan gaun robek disana sini.

"Apa yang terjadi?" Tanya ku pada si boneka.

"Kami kehabisan energi yang terpilih, tidak ada energi yang cukup untuk menjalankan kami semua, lalu boneka itu mulai menghabisi boneka lain untuk mendapatkan inti energi mereka" Jelas si boneka lirih.

"Lantas apa yang kita lakukan?" si boneka menggeleng.

"Tidak ada... boneka itu terlalu kuat, aku tidak bisa melawan nya sendiri.. kecuali " Boneka itu mendongak menatapku, tatapan nya membuat ku merinding.

"Yang terpilih bisa menolongku mengalahkan boneka itu" Seru si boneka, tanpa menunggu jawaban ia menarik tangan ku mengikuti nya ke sebuah ruangan.

"Yang terpilih bisa menunggu disini selagi aku menyerangnya dari belakang, ide yang brillian" si boneka itu menghilang sebelum aku menanyakan sesuatu.

Ruangan tempat ku berada berbeda dari ruangan lainnya, seseorang pernah berada disini, dinding - dinding dipenuhi dengan kertas, seutas tali merah terhubung antara kertas ke kertas lainnya, seolah - olah menarik garis menuju satu kesimpulan, aku tidak mengerti bahasa yang kertas - kaertas itu gunakan, namun foto yang tertempel pada salah satu kertas menjelaskan segalanya, ini tentang anomali yang terjadi, aku mengikuti arah garis itu hingga ia berujung pada foto seseorang...

Itu aku?

"Yang terpilih?!" Sontak aku berbalik, degup jantungku sekali lagi terpacu.

"Jangan mendekat!" Pinta ku lirih, si boneka pertama mendekat.

"Tidak seharusnya yang terpilih melihat hal itu, aku..." Belum sempat si boneka pertama menyelesaikan kalimatnya, si boneka kedua menikam dadanya, cairan biru berhamburan membasahi lantai diikuti tumbang nya tubuh si boneka pertama.

"Bagus... terimakasih yang terpilih, ancaman telah dihilangkan" Si boneka kedua bersorak senang, aku menghela nafas lega.

"Baik yang terpilih, bisakah anda menunggu disini, saya akan menyiapkan kamar anda" si boneka kedua menghilang.

...

Aku penasaran dengan boneka - boneka itu, aku mendekati mayat boneka pertama, ia digerakkan dengan sihir, entah sihir apa aku juga tidak pernah melihat nya.

"Yang terpilih!" Mayat boneka itu mencengkram ku.

"L..a..rii!" Bola mataku membulat, aku paham sekarang.

Crashh...

Aku dapat merasakan bilah sabit itu menembus dadaku.

"Tidur nyenyak yang terpilih" Hal terakhir yang kuingat adalah senyum dari wajah yang tak lagi utuh itu.

...



Shatter Dimensions Where stories live. Discover now