Badai Serpihan

9 3 1
                                    

Sub genre: sci - fi
Aku terbangun di sebuah gubuk kecil yang nyaman, dikelilingi oleh berberapa boneka itu yang merawatku, setelah berberapa menit aku tersadar mereka mengizinkan ku untuk berkeliling.
Sinar mentari menyambut begitu aku keluar dari gubuk kecil itu, udara segar merangsek masuk memenuhi paru - paru ku, sudah lama aku tak merasakan indahnya pagi hari, sangat lama.
"Kau sudah sadar" Suara serak menyapa ku dari belakang, seorang wanita tua bersandar di pintu gubuk, menatapku dengan tatapan menyelidiki.
"Aku tak ingin mengganggu waktu pagi mu, namun ada berberapa hal yang ingin ku tanyakan, dan aku yakin dirimu juga memiliki banyak pertanyaan" Ia beranjak dari tempatnya, memberi isyarat untuk mengikuti dirinya.
"Aku mendapat laporan dari para android, sekitar berberapa waktu yang lalu 'warisan Meliodas ' muncul di tempat ini dan mereka menemukan mu dalam kondisi tak sadarkan diri" Kami berjalan melintasi pematang sawah, aku baru menyadari bahwa tempat ini merupakan desa kecil yang dipenuhi dengan boneka yang disebut 'android', si wanita tua menunjuk sebuah benda besar di langit, berbentuk seperti kastil kuno abad para pahlawan.
"Aku tidak tau bagaimana benda itu bisa berakhir disini, namun satu - satunya orang yang bisa kutanyai adalah dirimu, jadi aku akan bertanya pada dirimu bagaimana kau bisa berakhir di tempat yang telah menghilang ratusan tahun tuan putri?" Aku menatap kastil melayang itu, tak mengerti.
Aku menjelaskan sebisa ku pada wanita tua itu, bagaimana semua berawal, kejadian di hutan itu dan bagaimana aku berakhir tak sadarkan diri, ia menghela nafas begitu penjelasan ku selesai, hening sejenak selagi kami berjalan melintasi desa kecil yang damai itu, para android tampak tak terganggu dengan keberadaan kami, sekali dua kali mereka melintas memberi laporan pada wanita tua itu, namun selebihnya hening, sibuk dengan fikiran masing - masing.
"Ah iya... sebelumnya maaf kan aku tidak memperkenal diri terlebih dahulu, namaku Eureka, salam kenal tuan putri" ia menyalami ku.
"Apa yang kau alami mungkin adalah salah satu dari rencana Meliodas, aku tak begitu paham pada awalnya, lantas berberapa waktu yang lalu terjadi hal yang ganjil di kota iblis, mungkin kau sudah bertemu dengan versi dirimu dari alur yang lain." Ia berhenti sejenak, menatap tunggul pohon raksasa yang berada di tengah desa, kembali melangkah.
"Dia adalah salah satu korban dari 'lingkaran' yang akhir - akhir ini sering terdengar oleh mu, aku sudah melihat banyak versi dirimu terdampar di kota iblis setelah lingkaran itu selesai, namun dirimu berbeda, mungkin kau adalah orang yang Meliodas maksud" Ia menatap ku lamat - lamat.
"Aku yakin kau belum pernah melihat tongkat Meliodas sebelum tiba di kota iblis" Aku mengganguk.
"Itu karena Meliodas yang mengaturnya, namun hingga saat ini aku masih tak mengerti, mengapa membutuhkan waktu yang begitu lama?" Ia terdiam, berfikir sejenak.
Sirine berdenging keras
PERINGATAN, ANCAMAN TIDAK DIKETAHUI MENDEKAT, PERINGATAN, ANCAMAN TIDAK DIKETAHUI MENDEKAT
"Lapor nona Eureka, sesuatu semacam badai mendekat" Berberapa android mendekat memberi laporan.
"Badai? Dari mana asalnya" Para android itu menggeleng, mereka tidak tahu, tak lama berselang muncul sosok kakek tua di depan kami, tubuhnya tampak begitu bugar, ia membawa tongkat kayu.
"Badai itu berasal dari dimensi yang hancur, aku telah memperhatikan badai itu namun tak kusangka ia akan datang secepat ini" Eureka memerintahkan para android untuk bersiap.
"Badai apa tuan Kael?" Tanya Eureka.
"Ia tak memiliki nama, tapi aku menyebutnya badai serpihan, ia merupakan efek timbal balik dari keruntuhan suatu dimensi, sebuah awan kabut yang tercipta akibat anomali, aku telah memperhatikan dimensi ini cukup lama, namun tak kusangka ia akan secepat ini runtuh..." kakek tua itu melihat ku.
"Ah... ternyata dirimu, aku yakin ada alasan khusus mengapa dimensi itu runtuh, sejauh yang kuperhatikan badai itu mengubah segalanya, dan aku yakin ada kaitan nya dengan dirimu" Kakek tua itu mengalihkan pandangan nya pada langit yang mulai gelap.

"Apa yang harus kita lakukan tuan Kael?" Tanya Eureka khawatir.

"Tidak ada..." Kael menatapku.

"Ini diluar kemampuan kita".

...

Shatter Dimensions Where stories live. Discover now