Sub genre: HTM
Kediaman itu dingin, lampu tampak usang dan tak pernah menyala, hanya keberadaanku yang membuat mereka kembali dinyalakan, itupun setengah - setengah, nyala cahaya mereka merupakan penanda bahwa ada kehidupan di kediaman itu, hanya itu, titik kecil di tengah kegelapan.
"Ingatkan lagi mengapa kita berada di tempat ini?" Ucap Rika menggigil, aku tak bercanda mengenai dinginnya kediaman ini, entah apa yang menyebabkan itu namun dingin ini tidak wajar.
"Tuan Kael meminta kita memeriksa kediaman ini... jadi ini tugas osis? Masuk ke rumah kosong dan menjarah?" Jelasku, Rika meringis menanggapi pernyataan ku.
"Ah... ayolah Alisha.. bukankah ini seru? Kapan lagi kau bisa menikmati dingin... ACTHUU" Bersin Rika membuat debu - debu melayang, aku mengibas - ngibas tangan ku.
"Maaf... debu - debu dan dingin ini...ATCHU" Aku tertawa kecil.
Kami menempatkan barang - barang kami pada kamar kecil di pojok kediaman yang luar biasa besar, entah suatu hari penghuni kediaman ini menghilang dan rumah besar ini tidak terurus, cerita klasik namun ada yang janggal dengan menghilangnya penghuni kediaman ini.
KRET...
Terdengar garukan kaca, Rika berjengit.
"Apa yang kau inginkan?" Tatap ku pada cermin di ruangan itu.
"Tuan putri... tempat ini.. mengerikan" Aku mengerling.
"Keberadaan mu saja sudah mengerikan, bisa tidak jangan mengganggu kami?"Ia tampak khawatir.
"Aku merasakan energi yang tak wajar Tuan putri, kuharap kalian baik - baik saja karena aku tak ingin berlama - lama di tempat ini" Aku mengusap cermin itu agar ia segera pergi, tampaknya Rika mendengar percakapan kami.
"Apa itu?" Tanyanya, aku tau yang ia maksud bukan mahluk itu, namun pesan yang ia sampaikan.
"Entahlah, ia bilang energi yang tak wajar, menurutmu?" Rika mengedikan bahu, tidak tahu.
"Baiklah... jam berapa sekarang?" Rika menunjukan jam tangannya, pukul 10.12 malam.
Kami terdiam menatap lampu usang yang kami nyalakan, api bergoyang lemah dalam tabung kaca itu, aku heran mengapa kami bisa lupa membawa penerangan atau semacamnya.
"Aku ingin berkeliling.." Celetukku, raut Rika berubah pucat, tampaknya ia ketakutan dengan yang mereka bilang mahluk tak kasat mata.
"Tapi... kita tak membawa senter..." Aku mengeluarkan benda persegi yang mereka sebut ponsel, aku baru saja mempelajari cara kerjanya dan mereka benar - benar fungsional, aku menyalakan senter.
"Jika kau takut, kau bisa menunggu disini selagi aku..." Rika menempel padaku, memeluk lengaku.
"jangan... ayo kita pergi berdua" Aku terkekeh.
Kediaman ini cukup besar, aku teringat kediaman para bangsawan di dimensiku dulu, atapnya setengah runtuh, cahaya bulan menembus masuk melalui lubang besar reruntuhan itu, akar - akar menjalar memenuhi dinding, namun ajaibnya semua benda tampak berada di tempatnya.
Kami tiba di dapur, entah mengapa aku terfikirkan untuk memeriksa ruang makan terlebih dahulu, peralatan makan tampak tertata rapi, bahkan teko dan cangkir teh masih menyimpan isinya, teh chamomile yang busuk, tak ada yang berani menjarah tempat ini karena mitos yang beredar.
KRIET...
Ketika aku akan memeriksa lemari, Rika menarik tanganku, memperlihatkan sesuatu yang membuat bulu kudukku berdiri, teko itu bergeser, perlahan, seolah - olah memberi tau bahwa ada sesuatu di sana, tiba - tiba kaki ku tak dapat bergerak, tubuhku kaku, apa aku takut?
PRANG...
Teko itu terjatuh, pecah.
Begitu aku dapat bergerak kembali, aku menghunus tongkat meliodas, cahaya dari bilah itu memancar terang, tiba - tiba piring berjatuhan dan tanah bergetar, reflek tangan ku meraih Rika, menyeretnya keluar dari dapur.
Terdengar suara - suara bisikan, bukan bisikan angin namun bisikan mahluk, mahluk?
"Apa yang terjadi?" Tanya Rika panik, aku terdiam menyadari sesuatu.
"Mahluk... ada mahluk di tempat ini".
...
YOU ARE READING
Shatter Dimensions
FantasyTerombang ambing dalam keputus asaan tanpa tempat untuk pulang, kemanakah aku harus pergi? jika dunia yang aku ingat tidak pernah ada