Aku Manusia?

2 1 0
                                    

Sub genre: Fantasy
"Sebaiknya kalian menunggu di sini" Kedua prajurit itu tampak bimbang.
"Kami... tak akan melepas mu begitu saja, bagaimana jika kau berkhianat?" Aku tersenyum tipis
"Baiklah jika kalian bersikeras, aku tak keberatan, namun nyawa kalian bukan tanggung jawab ku" Kami meneruskan perjalanan memasuki hutan yang mereka informasikan, tak lama berjalan mereka berdua terhenti.
"Ehm... baiklah, kami akan menunggu di sini, lantas apa yang dapat membuktikan jika tugas mu telah selesai?" Mereka berdua ketakutan.
"Jika tugas ku telah selesai, kalian akan melihat api besar yang melahap sarang mereka, jangan mencariku karena aku tak akan berada disana, namun jika kalian bersikeras datanglah ketika api telah padam mendekati matahari terbit, paham?" Kedua prajurit itu mengganguk, mereka meninggalkan ku kembali menuju pintu masuk hutan, akhirnya aku sendiri.
Aku melanjutkan perjalanan ku menuju jantung hutan, tempat dimana mahluk - mahluk itu bersarang, mereka memanggil 'bulgae' anjing yang menyemburkan api, sekilas memang terlihat seperti anjing, namun aku tau persis mahluk apa itu.
Bagaimana mahluk itu bisa berada di sini aku juga tidak tau, aku yakin ada hubungan nya dengan badai serpihan yang sebelumnya terjadi, aku terdampar di waktu ini juga karena alasan tertentu.
Semakin kesini semakin banyak yang terjadi, kepalaku terasa sakit jika mengingatnya, setidaknya sejauh ini aku mulai memahami kekuatan yang terpendam dalam tongkat Meliodas ini.
Sarang mahluk - mahluk itu terbuat dari pohon - pohon yang ditumpuk menutupi mulut gua, entah sedalam apa gua itu yang pasti mereka semua mampu berkembang biak dengan baik.
Malam ini langit tampak mendung, setelah perburuan besar yang para prajurit itu ceritakan mereka tertidur lelap dengan perut kenyang, tak ada yang menyadari kedatangan ku, aku menatap salah satu mahluk yang tengah berguling nyaman, mereka bukan berasal dari dunia ini.
Jika dibiarkan mereka akan merusak alur waktu.
Cukup mereka menjadi mitologi.
Bukti bahwa mereka pernah ada.
Tak ada yang menyadari keberadaan ku hingga aku menghunus tongkat Meliodas, mereka yang terbangun meraung marah, berani - beraninya seorang manusia datang ke sarang mereka.
Namun mereka terlambat, dan aku sudah bukan manusia.
...

"Apa kau yakin ini jalan nya?" Komandan itu tampak ragu dengan arahan dua prajurit yang ia utus tadi malam.


"Benar komandan, kami yakin, lihat ada jejak si orang asing itu!" Salah seorang prajurit menunjuk jalan setapak, mereka bertiga penuh waspada melintasi jalan menuju sarang monster - monster itu, mereka telah melihat api raksasa membakar sarang para monster itu semalam, namun mereka ingin memastikan apa yang sebenarnya si orang asing itu lakukan.


"Astaga... apa yang sebenarnya terjadi" Sarang para monster itu hampir rata dengan tanah, mayat - mayat gosong masih berasap bau daging terbakar, padahal sebelumnya monster - monster itu tahan api.


Mereka menelusuri sarang monster - monster itu sembari mencatat apa yang mereka temukan, sungguh sebuah kengerian melihat mayat monster - monster itu tercacah dan terbakar sekaligus, mereka membayangkan apa yang para monster itu lihat semalam.


"Sudah kubilang untuk tidak mencariku bukan?" Orang asing itu duduk di atas batu tepat di tengah sarang para monster, ia tampak memegang sesuatu, sebuah apel?.


"Ah... nona...Kami sangat berterimakasih padamu, sungguh apa yang telah kau lakukan membawa perdamaian bagi kami, adakah cara bagi kami untuk membalas jasa mu nona?" Orang asing itu turun dari tempatnya, mendekati komandan dan prajurit nya.


"Aku ingin agar kejadian ini dirahasiakan, aku tidak ingjn diriku disebut di tulisan mana pun, jika sampai ada kata yang merujuk pada diriku, aku akan kembali, namun bukan monster - monster ini yang kubinasakan... paham?" Si komandan tampak terperanjat dengan apa yang disampaikan si orang asing, ia mengganguk tak dapat berkata - kata selagi si orang asing menghilang dalam remang - remang.


...


Shatter Dimensions Where stories live. Discover now