Sub genre: Adventure
Aku tak ingat bagaimana aku bisa berakhir di tempat ini, gua dingin yang dipenuhi dengan rune dan gambar, akubdapat membaca sebagian namun tidak dengan yang lain, kurasa itu semacam ramalan.
Sumber cahaya hanya berasal dari tongkat ku, guncangan halus terkadang membuat ku tersentak karena seolah-olah dasar gua ini akan runtuh.
Yang ada dalam fikiran ku hanyalah berjalan lurus kedepan, sekilas melihat rune yang terukir di dinding gua, berberapa kali aku melihat rune yang tertulis Meliodas, namun setelah itu aku tak mengingatnya lagi.
Aku tak ingat sejauh apa aku melangkah, pikiran ku tidak peduli, seluruh indraku tampak mati, tidak dapat merasakan apapun, aku merinding.
Aku baru sadar jika setengah dari tubuhku bergerak bukan atas kehendaku, mereka menuntun ku begitu saja, melewati lorong gua yang gelap, aku mencoba untuk tenang, berfikir jernih agar semua menjadi jelas, kurasa itu tidak berguna, aku masih dalam kekalutan, tetap melangkah menuju sesuatu di ujung gua.
Aku kehilangan orientasi waktu, entah berapa lama aku melangkah, waktu terasa begitu lama dan cepat dalam satu waktu.
Tak lama... atau mungkin cukup lama, akhirnya aku tiba di sebuah ruangan, ruangan besar dengan banyak ukiran dan lubang berisi patung, tepat di tengah ruangan tersebut berdiri lima batu yang mengelilingi lingkaran sihir, rune - rune kuno tertulis berantakan di lingkarang itu, dan seorang wanita, ia mengenakan jubah usang, rambutnya tak teratur, tampak kewalahan.
Ia mendongak, menatapku dengan matanya yang sayu, ia mencoba tersenyum.
"Ah... Alisha...kemarilah anakku, ada yang harus kau lihat" Ucapnya lirih, dengan ragu aku mendekati wanita itu di tengah lingkaran, ikut bersimpuh seperti wanita itu, matanya yang hitam legam menatap tajam diriku.
"Aku tau dirimu dalam kebingungan... tempat ini adalah... orang dahulu mengenalnya sebagai gua oracle, gua sang... ah lupakan, intinya aku dapat melihat masa depan" Ia meringis, seperti berusaha menghiburku.
"Ulurkan tangan mu sayang, apa kau tidak penasaran dengan masa depan mu?" Tanpa aba - aba ia meraih tanganku, mendekatkan kepalanya dengan dahi ku, aneh, aku tak dapat memberontak.
Tiba - tiba badanku serasa ditarik oleh sesuatu, bergulung dalam pusaran angin, sakit... sakit tolong hentikan, aku ingin berteriak namun suaraku hilang, tolong... hentikan.
"Hey... tak apa bukalah matamu" Suara wanita itu menghilangkan segala rasa sakit, aku membuka mata, kami mengambang dalam kegelapan, di belakang kami terdapat begitu banyak warna, namun yang ada di depan kami hanya gelap, tak ada apa - apa... atau memang ada sesuatu disana.
Belum sempat aku bertanya pusaran menyakitkan itu kembali, terasa sebentar namun tetap saja menyakitkan, aku tersentak, menjauhi wanita itu, ia meringis menatapku kesakitan.
"Maaf karena tidak memperingatkanmu terlebih dahulu..."Ia terbatuk aku dapat melihat darah dari mulutnya, ia mengusap darah itu dengan jubah usangnya.
"Apa kau paham dengan yang kau lihat?" Aku menggeleng, aku masih dalam keadaan bingung.
"Gelap bukan, kau tidak dapat melihat apa - apa kedepannya bukan? Biar ku jelaskan secara singkat, waktu kita tak banyak..." Ia terbatuk lagi.
"Yang penuh dengan warna itu adalah masa lalu, dan kegelapan yang kau lihat adalah masa depan, seharusnya tidak begitu... aku tak dapat melihat masa depan mu..." Ia terbatuk sekali lagi, batu terakhir tampak begitu kasar, ia bergulung menahan rasa sakit itu, aku mendekati nya.
"Waktu ku... tak lama lagi, gua ini akan runtuh karena masa depan yang tertulis telah berubah... tolong Alisha... aku memohon padamu..." Ia mencengkram lengan ku erat.
"Tulis lah masa depan yang... masa depan yang cerah..."
...
Aku tersentak, keringat membasahi tubuhku, aku kembali pada kamarku.
Mimpi apa itu? Masa depan yang tak jelas?
...
YOU ARE READING
Shatter Dimensions
FantasíaTerombang ambing dalam keputus asaan tanpa tempat untuk pulang, kemanakah aku harus pergi? jika dunia yang aku ingat tidak pernah ada