Sub genre: HTM
Aku menatap lama cermin itu, menatap pantulan diriku yang semakin lama semakin menunjukan sesuatu yang mengerikan, aku melihat diriku dalam cermin itu seperti menatap orang lain, ada yang salah, sudah pasti ada yang salah.
Perlahan pantulan itu menyungging senyum, senyum yang mengerikan.
"Ah kau menyadari nya bukan?" Suara mendesis entah berasal dari mana berdengung memenuhi toilet, darah perlahan merembes dari sela sela cermin itu, aku memilih diam tak bergeming.
"Selamat tuan putri kau sangat jeli, lantas apa yang membawa ku hari ini ke hadapan anda?" Aku mendengus.
"Kau tau apa yang aku maksud..." Ia meringis.
"Astaga tuan putri, mengapa kau begitu sensitif, itu hanyalah satu anak, kau pasti juga tidak mengenalnya iya kan?" Aku menatap nya kesal.
"Tidak... aku tidak mentolerir itu, sekali lagi kau bertingkah seperti itu, lihat saja, kau tak akan melihat hari esok" Ia tertawa.
"Tapi kan aku sudah mati" Aku menonjok keras cermin itu hingga retak.
"Pergi dari hadapan ku!".
...
"Duh gelap.." Rika baru saja keluar dari ruang guru, tugas terakhir itu cukup menyita waktu dan tenaga, beruntung miss Eureka masih mau menerima tugasnya setelah jam sekolah lama berakhir, ia menghela nafas, merasakan hawa senja yang menurut nya khas.
"Sialan... aku kebelet" Rika berlari kecil menuju toilet, terperanjat dengan cermin yang telah retak, namun ia tak peduli, ia harus segera menjawab panggilan alam.
Begitu ia selesai dengan panggilan nya, ia mencuci tangan, menyadari bahwa cermin itu telah kembali sempurna, Rika hanya mengedikkan bahu, mungkin retakan itu adalah halusinasi, pikirnya.
Ketika ia akan melangkah keluar, terdengar tangisan dari arah toilet paling ujung, seketika bulu kuduknya merinding.
"To....long..." Rintihan itu semakin terdengar jelas, Rika berusaha keluar dari kamar mandi namun pintunya terkunci.
"Sialan!" Pekiknya, ia menggebrak pintu itu cukup keras hingga gagang pintu terlepas.
"Tolong!" Ia berteriak meminta pertolongan, namun akal logis nya berkata tak akan mungkin seseorang mendegar teriakan nya.
Darah perlahan merembes dari sela sela retakan cermin, sebuah tangan penuh darah muncul dari genangan darah, Rika berteriak semakin kencang, namun hati kecilnya mulai menyerah, ia tak akan selamat.
"Rika?! Menjauhlah dari pintu!" Teriak seseorang yang terdengar familiar.
Bruak
Alisha berhasil menghancurkan pintu itu dengan sebuah sabit di tangannya, ia pernah melihat sabit itu sebelumnya namu ia tak berani menanyakan pada Alisha.
"Kau tak apa Rika?" Tanya Alisha khawatir, Rika mengangguk.
"Sialan kau mahluk tak berguna!" Alisha menebas tangan yang muncul dalam genangan darah itu, terdengar teriakan nyaring diikuti dengan cermin yang hancur berkeping keping, Alisha meraih tangan Rika menyeretnya pergi dari tempat itu.
...
YOU ARE READING
Shatter Dimensions
FantasyTerombang ambing dalam keputus asaan tanpa tempat untuk pulang, kemanakah aku harus pergi? jika dunia yang aku ingat tidak pernah ada