20.Hangat.

11 1 0
                                    

Semenjak hari itu,aku tidak berharap menjadi apa apa.

Silahkan masuk Lori."  sambut sang Ayah Gara.

Ia melirik kemana mana dan terdapat lelaki tua berparuh Baya,bisa disebut ayah tirinya. Sejak saat itupun lori sangat disambut dengan hangat.

Pembantu dirumah Tanggara yang sudah menyiapkan berbagai macam kebutuhan Lori, bahkan.ayahnya Gara sangat baik padanya.sedangkan Gara, ia tidak menunjukan hall apapun pada Lori.

Ia masih mengira bahwa itu hanyalah mimpinya.kebenaranya tidak begitu.

Lori pun duduk dikursi,seorang pelayan pun menyodorkan sebuah handuk kepada Gara dan Lori.ia juga menyiapkan teh hangat untuk keduanya.

"Terimkasih." ucap Lori kepada keluarga Gara.

"Saya sangat minta maaf sama kamu Lori, saya belum bisa menjaga ibu kamu dengan baik." ucap lelaki tua itu.

Jujur saja Lori sangat gugup,ia tidak tahu harus berbicara apa."ma–maaf om,tapi disini gak ada yang salah.Bunda meninggal itu udah kehendak tuhan," ujar Lori, walaupun memang berat berbicara itu.

Lori masih menteskan air matanya,begitupun dengan ayah Tanggara.

"Panggil saya Ayah saja Lori,Bunda kamu dulu ingin sekali saya bertemu kamu.dan menganggap kamu sebagai anak saya." ia tersenyum.

"Baik Ayah.." kemudian ia melirik Gara,lebih tepatnya saling bertatapan.

"Pah! Tapi Gara gak setuju!" cela Gara.

Lori dan ayahnya Tanggara ikut kaget. "Kenapa?ada masalah apa Gara?" ia sangat heran dengan anaknya ini.

Dulu ia sangat ingin bertemu adiknya saat ibundanya masih hidup,mengapa hari ini menjadi lebih beda dari sebelumnya.

"Gara masih gak percaya kalo Lori anaknya bunda pah."

"Tapi kenyataanya memang begitu Tanggara,"

"Bunda pernah mau ngenalin,lo ke gue Gar.katanya dia punya anak seumuran sama gue."

"Dan enggak nyangka itu adalah lo."

Tanggara tidak langsung menjawab,ia pergi dengan wajah kesalnya,sedangkan ayahnya hanya bisa menggeleng atas tindakan anaknya itu.

"Maafkan Gara ya Lori,ayah yakin Gara bakalan bisa nerima kamu kelak." Lori hanya mengangguk saja,sejak awal ia memang tidak berharap apapun.

"Malam ini,kamu menginap saja disini.pembantu dirumah ini akan membantu kamu,"

"Tapi om–eh Yah, aku belum izin ke ayah aku."

"Saya sudah menelpon istrinya tadi,ia menyetujuinya.bagaimanapun saya juga keluarga kamu,"

"Jujur papahnya Gara sangattt baik,Bun..benar kata bunda ayah baik banget,Tapi lori masih belum terima itu." batin Lori.

*****

Sudah menunjukan pukul 00:00 Lori masih belum tidur,ia harus menginap di tempat asing. Tetapi,bagaimanapun itu tempat itu juga pernah ditempatkan ibunya.Lori melihat foto kebersamaan Ibunya,Gara,dan ayahnya.jujur saja ia sangat iri,bahkan mereka saja belum pernah foto bersama sejak kecil.

"Bunda, Lori belum sempat foto bersama." lirihnya.

Ie menatap banyak foto,bahkan sambil meneteskan air matanya.ia sangatlah rapuh,begitupun Tanggara.

RAZERGOS GANG

Migo Alathar : Gar,gue turut berduka cita atas meninggalnya nyokap lo.maap kita gabisa datang kesana.

GANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang