26.rumah sakit.

3 0 0
                                    

"Bola itu, milik Lori."

Tedy langsung berlari membawa bola kecil itu dan menyembunyikan nya dibelakang baju miliknya, Gandra sudah mengira bahwa itu benar benar milik Lori, dan orang ini?

Suara keras dari belakang rumah membuat semuanya terkejut, sedangkan Talia dan keluarga nya sangat amat panik. Gandra tidak boleh tau apa yang terjadi.

"Suara apa itu!"

"Itu bukan apa-apa lebih baik kamu pulang Gandra." pinta pak Tedy.

Gandra langsung berlari kearah suara yang ia dengar tadi, ah sebuah gudang, gandra menemukan gudang itu.ia mengetuk pintunya.

"Lori ! Lori lo di dalam." Gandra berusaha membuka pintunya tetapi tidak bisa.

"Lori lo bertahan!"

Gandra mencari cari kayu untuk membuka pintu itu, tapi nihil ia tidak bisa melakukannya, gandra mencoba berpikiran dengan sekuat tenaga, ia langsung mencoba mendobrak pintu itu.

"Lori sekarang lo dipinggir, jangan sampe lo didepan pintu. Gue akan dobrak pintunya." Gandra mendobrak pintunya.

Beberapa kali masih belum bisa terbuka, ia meringis kesakitan saat itu kemudian di dobrakan ketiga. Pintunya terbuka.

Gandra melihat lori yang sudah berbaring lemas, sembari menutup mata dan telinganya.

Kedua lutut Gandra lemas melihat Lori yang bercucuran darah di bagian kepalanya. "Lori! Lori!" Gandra menghampiri lori dengan jantung berdebar.ia menyangga kepala yang dialiri banyak darah.

Gandra menggendong Lori kearah rumahnya dengan wajah paniknya. "Lori lo bisa dengar gue." ucapnya.

"Gue gak apa apa Gandra.cuma sedikit pusing," jawab Lori, mencoba membuat Gandra tenang, nada bicaranya sangat lemah membuat Gandra takut.

"Ori, lo bertahan. Gue segera antar lo kerumah sakit." Gandra berjalan kencang sembari mengendong Lori.

Keluarga lori terlihat santai saat Lori mengalami hal buruk,mereka tidak mempedulikan itu.

Gandra menatap Tedy, dan Talia dengan tatapan tajamnya. Gandra berhenti sebentar tepat di depan Tedy.

"Kalo ada apa-apa sama Lori, gue gak akan segan-segan bunuh siapapun yang udah nyakitin dia." Gandra berlari dan memasukan Lori ke dalam mobil miliknya.

"Maaf... Andra." lori lalu memejamkan mata. Gandra mencoba memanggil namanya namun ia tidak lagi menyahut.

*****

"Gimana keadaan Lori?" tanya Gara panik. Ia tidak  sendirian ia bersama ayahnya Gandra belum tahu pasti siapa orang orang ini.

"Kalian siapa? " Gandra kembali bertanya.

"Saya ayah sambungnya," jawab lelaki berparuh baya itu. Gandra hanya mengangguk, kemudian melirik kearah Gara. Gandra duduk termenung didepan ruang UGD. Sejujurnya Gandra sangat tidak suka bau rumah sakit.

Lori sama alisya banyak persamaan, Gandra seolah mati rasa, perasaan sakit, takut, bergelut jadi satu. Ia tidak tau harus melakukan apa, saat Lori dalam keadaan tidak sadar.

"Lo siapa?" tanya Gara.

"Gandra,gue temannya. " gara teringat, Gandra adalah geng VALGENZ  ia hanya mengangguk saja.

"Apa yang terjadi sama Lori?" tanya Gara, Gandra di buat kaget. Teman-temannya lori bahkan memanggilnya lori, kenapa diskolah ia dipanggil Veira?

Gandra tidak menyangka akan bertemu Lori sesingkat ini, 10 tahun bukan waktu yang sedikit Gandra benar benar merindukan gadis itu. Lorenzo teman masa kecilnya.

GANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang