21.Bukan dia

13 1 0
                                    

Dua pekan Lori tidak masuk sekolah, bahkan setelah pulang dari rumah Gara ia mendadak jadi dingin. Dan sama sekali tidak keluar dari kamarnya, pembantu dirumahnya juga sangat khawatir dengan keadaan Lori.

Pembantu di rumah Lori mengetuk pintunya dengan cukup keras.

"Neng Veira, buka pintu nya sebentar." pinta Bi Lia

Ia sungguh masih belum membukakan pintunya, bahkan makan saja diantarkan sampai depan pintu lori kemudian menutup rapat kembali pintu kamarnya, Seorang bibi berparuh Baya itu tetap khawatir.

"Hari ini ujian sekolah, kamu gak masuk lagi neng?"

"Kenapa Bi,Veira gak buka pintunya lagi?" tanya Tania ibu tirinya.

Ia mengangguk, tania menghela nafas ia juga sudah berusaha membuat anaknya itu keluar dari kamarnya tapi hasilnya masih sama.

"Yasudah bi, Bibi kerjain tugas yang lain aja. Ini biar saya yang urus."

Kemudian Tania pergi kebawah menemui suaminya, yang tentunya sibuk memainkan leptop miliknya. Ia duduk disebelah sangat suami.

"Mas."

"Hmm, kenapa sayang?" jawab pak Tedy

"Mas bisa bujuk Oliveira buat masuk sekolah gak, kasian kalo dia ketinggalan kelas," usulnya.

Hardi tetap sibuk memainkan laptopnya tidak menghiraukan ucapan Tania.

"Mass,"

"Sudahlah sayang, percuma." balasnya dengan singkat.

"Tapi dia juga tangung jawab kita," lirihnya lagi.

Tedy menghentikan pekerjaanya kemudian melirik Tania, "kamu tahu kalo saya gak terlalu suka sama dia." Tania tidak habis pikir dengan jawaban suaminya.

"Astaga mas.seenggaknya kamu perhatian sedikit sama Veira,dia baru aja dapat musibah Bundanya meninggal. Kamu bisa-bisanya bilang begitu," jelas Tania, mereka masih berdebat.

Thalia yang mendengar kegaduhan itu langsung keluar dari kamarnya, ia sudah bersiap akan pergi sekolah. Tetapi, hari ini hari dimana membuat dirinya badmood karna ayah dan ibunya bertengkar.

"Mah,pah. Ada apasih  masih pagi udah adu mulut aja." tanya Thalia dengan wajah cemberut nya itu.

Pada akhirnya semuanya mengalah pada Tania, Tedy sungguh menemui Lori diatas.karna tidak ingin membuat pertengkarannya semakin rumit.

"Anak itu selalu membuat saya kesal, buka pintunya Lorinzo! Kalo kamu tidak mau sekolah jangan tinggal dirumah saya!" Hardi menggedor pintu kamar Lori, dan masih tidak ada respon sama sekali.

Membuat Tedy menjadi diam, setelah beberapa saat ia mengetuk pintunya kembali. Tiba-tiba saja ia membuka pintunya, ia sudah memakai seragam sekolahnya.

Membuat pak Tedy tidak bisa berkata-kata dan langsung pergi dari hadapan Lori, kemudian Lori tersenyum decik.

"Selamat pagi yah." ucapnya.

Lori memutuskan untuk keluar dari zona nyaman nya di kamar, ia tidak mau mengurung diri dalam kesedihan yang dia tampung. Siap tidak siap Lori harus menerima kenyataan bahwa dunia bisa berputar.

"Akhirnya kamu keluar juga Ve..." ucap Talia dengan bahagia.

Lori kemudian tersenyum."ibu... Lori berangkat sekolah dulu," balasnya.

Ia mengangguk. "Have a nice day!" lirih Tania.

*****

"VEIRA!! GUE SENENG BANGET LO UDAH MASUK," teriak Tasya histeris.

GANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang