01. Smell of Holocaust

82 15 19
                                    

Retakan besar pada dinding menyebabkan jutaan kubik debu melayang dan menyerbu penciuman Dara. Pengap, dadanya sungguh sesak seperti berada dalam kamar sempit tak berjendela.

Dara terbatuk-batuk seraya bangkit dari lantai tempatnya terbaring begitu saja.

Ingatan Dara terhenti tepat saat dentuman nyaring terdengar entah di mana. Memekakkan telinganya, serupa dengan suara yang ditimbulkan benda-benda berat saat terjatuh pada permukaan yang keras.

Begitu tersadar, hal pertama yang menyambutnya adalah gulita. Ruang perpustakaan yang beberapa saat lalu benderang, kini hitam pekat. Gelap yang menyergap mendekap Dara hingga larut menuju ketiadaan.

"Gita?" Dara terkesiap mendengar suaranya sendiri. Sumbang dengan getar yang janggal saat memanggil nama sahabatnya. Nada yang bukan saja terdengar pelan, tetapi penuh dengan ketakutan. Kedua tangan kurus Dara menggapai ke segala arah, berharap sosok Gita yang dicari berada tak jauh darinya. Namun kosong, hanya udara hampa yang dapat diraih olehnya.

Entah berapa lama Dara kehilangan kesadarannya, yang dia tahu, sebelumnya Gita masih berada di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah berapa lama Dara kehilangan kesadarannya, yang dia tahu, sebelumnya Gita masih berada di sampingnya. Duduk di atas bangku dengan meja bundar yang besar. Mereka memang sudah merencanakan pertemuan ini dari jauh hari, belajar bersama di gedung perpustakaan kota. Alih-alih membuka catatan untuk persiapan ujian akhir sekolah, keduanya asyik membaca novel dari penulis favorit masing-masing sembari sesekali melempar candaan. Setelah itu, Dara tak mengingat apa-apa lagi.

Kok di sini sepi sekali? pikirnya. Hening yang membelenggu membuat Dara seakan tercekik. Hanya derak pada dinding-dinding beton yang sesekali menemaninya dalam sunyi. Mungkinkah sesungguhnya Dara telah mati?

Berpikir tentang kematian, hawa dingin mulai terasa menggelitik punggung Dara. Kemudian merayap dan meledak di sekujur tubuhnya.

Nggak mungkin. Ini aneh! Jika memang Dara sudah mati, dengan jelas dia sedang merasakan nyeri hebat pada tengkuknya saat ini. Panas menyengat di ulu hatinya terlalu nyata. Setiap inci tubuhnya merasakan kesakitan dengan pegal yang sungguh luar biasa. Bahkan kepalanya terasa sangat pening sekarang. Lalu, mual pun datang menyusul dengan muntahan menjijikkan.

Dara meringis, mencium bau busuk dari hasil sarapannya terakhir kali. Karena hal itu pula, Dara jadi cukup percaya diri mengatakan bahwa nyawanya masih terkandung dalam badan.

Dara mendengkus kuat-kuat. Setelah memastikan keseimbangan tubuhnya tidak bermasalah, sambil melangkah perlahan dan hati-hati, Dara berhasil mencapai tembok utuh di sisi kiri bangunan.

Seingatnya, sebelum kekacauan ini terjadi, rak-rak buku dari jati yang dipernis tipis berderet rapi di sekitar sini. Kini sudah tak ada apa-apa lagi. Sedari tadi, tak ada benda-benda berarti yang terasa menghalangi jalanan Dara. Seolah mereka telah berpindah tempat dalam sekejap.

Ini juga aneh. Bukan hanya perasaannya saja, tetapi lantai yang Dara pijak pun berubah landai seiring dengan langkah yang diambilnya.

"Sial!" umpat Dara. Tentu saja ledakan tadi lebih dari mampu membuat gedung perpustakaan tiga lantai ini tak lagi berdiri tegak seperti seharusnya. Dara mendapatkan jawaban dari alasan mengapa benda-benda di tembok sisi kiri bangunan mendadak lenyap. Semuanya pasti telah bergeser ke sisi lainnya. Menumpuk, bahkan mungkin berserakan.

THE WRECKAGE [KARMA 2023]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang