10. Perfect Sacrifice

14 3 0
                                    

Jari-jari Rini memetik tali senar pada gitarnya yang usang dengan konstan dan bergantian. Sesekali bibirnya menggumamkan lirik lagu dengan nada minor yang emosional.

Suaranya merdu dan komersial. Tak ada yang bisa menyangkal lagi jika darah seorang diva memang mengalir deras dalam nadi Rini.

Semua orang memuja Rini. Semua orang membanggakannya sebagai anak dari seorang pesohor negeri yang bertalenta, tetapi sulit bagi sang ayah untuk mengakuinya. Di kepalanya, Rini hanyalah aib keluarga.

"Dasar Anak Pelacur!"

Umpatan kasar yang tak lazim dikatakan seorang ayah pada anaknya itu hampir setiap hari Rini dengar. Pada mulanya memang menyakitkan, lama-lama sudah biasa. Masuk di telinga kanan, lalu keluar di telinga kiri.

Rini paling takut saat ayahnya pulang mabuk-mabukan dengan suasana hati yang buruk. Sedikit kesalahan sepele saja bisa berakibat fatal bagi Rini. Mengurung diri di dalam kamar hingga pagi menjelang bisa menjadi solusi agar Rini terhindar dari sabetan gesper di punggung dan kakinya. Luka lama yang telah menghitam di bahu dan paha dalamnya menjadi saksi bisu atas semua tingkah gila sang ayah padanya.

"Kenapa sih Papa benci banget sama Rini? Rini ada salah apa sama Papa sampe segininya ke anak sendiri?" tanya Rini suatu hari. Tangisnya pecah bersamaan dengan gitarnya yang patah terbagi dua.

Tidak ada lagi yang ayahnya benci di dunia ini, yang bisa membuat suasana hatinya mendadak berubah sangat buruk, selain mendengar Rini memainkan alat musiknya sambil bernyanyi. Rini selalu mengingatkannya pada perempuan jalang yang terang-terangan telah mencoreng nama baiknya dan seluruh keluarga besarnya.

"Pukul aja Rini, Pa. Pukul! Pukul biar Rini mati sekalian!"

"Kurang ajar! Mulai berani ngelawan gue nih, Anak Bangsat!"

Kepalan tangan yang menghunjam keras saat itu membuat pelipis kanan Rini lebam membiru.

Padahal, Rini hanya terpilih menjadi seksi hiburan saat masa orientasi siswa baru berlangsung selama seminggu di sekolahnya. Rini hanya sedikit berlatih saat mengira ayahnya tak ada di rumah.

Rini trauma.

Rini berpikir hingga menembus ke alam bawah sadarnya jika semua pria di dunia ini pasti akan melakukan hal serupa yang dilakukan oleh ayahnya kepadanya.

Rini berpikir alasan mengapa ibunya tega pergi meninggalkannya bersama laki-laki lain, yang mungkin saja memperlakukannya jauh lebih baik dan lembut, karena kekerasan yang juga diterimanya.

Rini bertekad untuk tidak menjalin hubungan apa pun dengan lelaki mana pun hingga ajal menjemputnya. Namun Gama hadir meruntuhkan segalanya. Membuatnya jatuh hati setiap kali diperlakukan layaknya ratu, pemilik tahta tertinggi di hidup Gama yang sempurna.

Di sisi Gama, Rini bebas melakukan apa saja yang dia suka. Menari, berdansa, bermain musik, dan bernyanyi. Sampai-sampai, Gama membuatkannya lemari kaca khusus di kamarnya sebagai tempat bagi piala-piala Rini terpajang.

"Kalau gitu, kawin lari sama aku aja, gimana, Beb? Kamu nggak perlu jadiin papamu wali nikah kalau kita pergi ke London. Nggak bakal ada tetangga yang repot gibahin kita kalau kita ke sana. Keluargaku sudah tau semua dan nggak ada masalah juga." Gama sibuk memainkan jari-jarinya yang besar di atas meja baca lantai tiga perpustakaan. Berselonjor begitu saja sambil menunduk seperti bocah yang meminta permen pada ibunya. Berbeda dengan ruang baca di lantai dua yang naturalis, ruang baca ini mengusung konsep lesehan yang nyaman dengan tema urban-rustic yang santai.

"Aku pengen kuliah dulu, Gam." Rini menolak dengan suaranya yang halus tapi lugas. "Aku pengen kejar karir di dunia yang aku cintai. Pengen ngerasain punya banyak duit hasil dari keringatku sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE WRECKAGE [KARMA 2023]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang