05. The Evil Spirit

28 7 3
                                    

Berpikir! Berpikir! Berpikir!

Dara mencoba berpikir cepat, kedua bola matanya bergulir sembarang ke segala arah. Wira mematung tepat di depan Dara, bajunya habis bersimbah peluh. Sementara Gita bergelayut gemetaran, mengeratkan pelukannya pada lengan Dara. Matanya terus terpejam, napasnya terengah-engah. Begitu cepat dan pendek, seperti ingin menghabiskan semua oksigen yang ada hanya untuknya.

Dara mendesah, resah. Mengutuk diri sendiri karena tak berhasil menemukan ide apa pun yang bisa dia coba untuk melarikan diri dari situasi pelik ini. Rasanya kacau sekali, debar jantungnya serasa pindah ke telinga.

Dara benar-benar membenci pikiran jahatnya saat sedang terjebak di gang sempit ini bersama Gita dan Wira. Alasannya sederhana, jelas, keduanya bukan termasuk orang yang bisa diajak kerja sama dalam situasi mendesak.

Jangan membahas Gita, dia memang gampang terkena serangan cemas. Dara tahu betul siapa Gita di balik topeng kulit pucatnya yang menawan. Satu-satunya hal bagus yang bisa Gita lakukan dengan benar hanya berenang dengan banyak gaya dan memamerkan kekayaan orang tuanya pada orang-orang. Diajak berdiskusi soal cara keluar hidup-hidup dari ancaman kadal sebesar bus yang bisa melahapnya dalam sekali telan begini bukanlah keahliannya sama sekali.

Wira juga bukanlah tipe lelaki yang pertama kali akan diingat Dara saat butuh bantuan. Meski jarang berinteraksi langsung dengan Wira di kelas, Dara tahu betul sifatnya yang cenderung periang tak akan pernah cocok dengan Wira yang berlagak dan keras kepala. Lagi pula Dara terbiasa mengabaikan keberadaan Wira di sekolah, sepertinya kini pun akan sama saja. Wira tak mungkin bisa diandalkan. Terbukti dengan ledakan besar yang membangunkan kadal raksasa ini. Bukankah Gama bilang Wira yang menyebabkan hal aneh dan mustahil ini terjadi? 

Dara mendengkus pasrah, kemudian melirik kadal itu melalui bahunya. Air liurnya sedang menetes-netes di atas aspal, menguarkan bau amis bersamaan dengan anyir yang pekat. Rasanya Dara ingin menyumbat kedua lubang hidungnya, tetapi kemungkinan kadal tersebut menyalahartikan gerakannya sebagai sebuah ancaman sangatlah besar.

Sial! geram Dara. Jadi apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Hey!" Wira menahan suaranya agar tak berteriak. Sedari tadi dia memperhatikan gelagat Gita yang aneh. "Jangan gerak-gerak terus!"

Namun Gita tak menggubrisnya. Seluruh otot di tubuhnya sedang menegang, tentu dia tak ingin mendengar Wira menegurnya di saat-saat genting begini.

"Suruh temen lo buat nggak bikin suara atau gerakan aneh-aneh!" Wira memelototi Dara begitu pandangan keduanya berserobok.

Dara berdecak kesal meskipun sangat memahami apa yang Wira takutkan. Gita tak dapat mengontrol tubuhnya, bertendensi untuk membuat gerakan tiba-tiba yang membuat kadal tersebut menjulurkan lidah panjangnya ke dalam gang. Hal berbahaya yang tidak boleh sampai terjadi jika mereka masih mencintai kehidupan ini. Namun, diperlakukan seperti itu oleh Wira membuat Dara gemas sendiri. Dara ingin sekali membalas Wira dengan berkata-kata, tetapi yang dapat Dara lakukan hanyalah balik memelototi Wira sambil mengeratkan rangkulannya pada Gita. Dara berharap dengan begitu Gita bisa merasa lebih tenang.

Sebuah desisan halus yang ganjil mengejutkan Dara. Bersamaan dengan itu, Dara melihat jelas kepala kadal yang lonjong berbentuk segitiga itu turun merendah, nyaris menyentuh tanah dengan lima kuku tajam terulur ke dalam gang.

Sekilas, Dara melihat Wira komat-kamit sembari menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan. Kuku-kuku itu bergerak dengan gerakan mengorek ke dalam, jelas terlihat kadal itu sedang berusaha mencungkil ketiga manusia yang bersembunyi darinya.

Lehernya yang langsing memanjang, menampilkan lubang hidung dengan embusan angin berbau mayat.

Demi Tuhan, untuk sesaat, Dara lupa cara bernapas. Terlebih ketika sang kadal mulai menjulurkan lidahnya, mencecap aroma manusia yang lezat dengan bantuan sang angin. Mata Dara terpejam saat sisik hijau keemasan itu mengilap di bawah cahaya matahari, berbentuk segilima beraturan sebesar piring, dan berjarak tak kurang dari dua puluh senti dengan wajahnya.

THE WRECKAGE [KARMA 2023]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang