17. Menjelang Hari Besar
Dengan mendekati hari launching koleksi hijab-friendly, Khansa tak punya pilihan selain menerapkan sistem kebut semalam. Malam itu, butik berubah menjadi sarang kesibukan tanpa henti. Ia bergerak cepat, mengatur setiap divisi dengan teliti agar semua bisa selesai tepat waktu.
Tim desain harus lembur untuk menyelesaikan detail terakhir pada beberapa busana yang masih dalam proses jahit. Mereka berkutat dengan kain, jarum, dan benang, mencoba mengejar deadline yang semakin dekat. Khansa berulang kali memeriksa hasil kerja mereka, memberi arahan dan memastikan semuanya sesuai dengan konsep yang diinginkan.
Di sisi lain, tim dokumentasi sedang sibuk mengabadikan setiap momen di balik layar. Mulai dari proses pembuatan pakaian hingga persiapan panggung. Foto-foto ini akan menjadi bagian penting dari strategi pemasaran mereka nanti.
Tim humas tak kalah sibuk. Mereka bergerak cepat untuk menyebarkan pengumuman launching di berbagai platform media sosial dan mengirimkan undangan kepada tamu-tamu penting, memastikan semuanya mengetahui acara besar yang akan digelar.
Fatina yang biasanya menjadi orang yang terencana dan sistematis, harus menghadapi kenyataan bahwa tim fotografi dijadwalkan lebih awal dari yang diperkirakan nya. Itu artinya, segala persiapan-termasuk fitting dan penyempurnaan detail pakaian-harus dipercepat. Dia bergegas menemui Khansa untuk memastikan semuanya sesuai jadwal.
Khansa sendiri tak bisa beristirahat sejenak. Semua tanggung jawab ada di pundaknya malam itu, namun semangat dan tekadnya untuk membuat koleksi hijab-friendly ini sukses membuatnya tetap fokus. "Besok, semua ini akan terbayar," gumamnya, sambil menatap ruangan yang dipenuhi orang-orang yang bekerja keras untuk mewujudkan impiannya.
Malam ini, suasana di butik terasa lebih hidup dengan kilatan lampu kamera yang terus menyala. Adam, sebagai fotografer, sudah siap berkontribusi dalam peluncuran koleksi terbaru Khansa. Di tengah kesibukan pemotretan, Fatina berdiri di samping Khansa, berusaha tetap profesional meski pikirannya sempat melayang ke kejadian di dapur tadi.
Khansa mengamati dengan penuh perhatian setiap gerakan model yang mengenakan pakaian dari koleksi butik. "Adam memang berbakat," gumamnya pelan, tersenyum puas melihat hasil foto yang mulai ditampilkan di layar.
Fatina mengangguk, matanya tetap fokus pada pekerjaan yang sedang berlangsung. "Iya, fotonya tampak hidup. Produk-produknya terlihat semakin memukau."
Khansa melirik sekilas ke arah Fatina. "Terima kasih sudah membantu mengurus semuanya, Fat. Aku tahu, kamu selalu bisa diandalkan."
Fatina tersenyum kecil, merasa dihargai, namun tetap menjaga sikapnya agar tetap profesional di depan semua orang yang terlibat dalam acara peluncuran tersebut. Meski perasaannya terhadap Adam masih membingungkan, ia tahu malam ini harus fokus dan memberikan yang terbaik untuk kesuksesan acara ini.
"Ehm, maaf Bu. Terus bagaimana dengan kompetisinya? waktunya juga semakin mepet," tanya Fatina dengan nada khawatir, menatap Khansa yang terlihat sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 | The Cripple Is My Husband (HIATUS)
Spiritual[Cerita ini MURNI dari hasil PEMIKIRAN SAYA, TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KEHIDUPAN ASLI TOKOH terhadap cerita ini] (Beberapa chapter sudah dihapus/tidak lengkap untuk kepentingan revisi, kemungkinan alur akan diubah) FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM...