Alden

847 23 3
                                    

Maaf ya El udah lama engga up. Makasih yang udah tetap nunggu. Sebagai ucapan terimakasih, El double up hehe.

Makasih juga ya untuk 1k pembacanya. El seneng hehe. Oke langsung aja.

HAPPY READING GUYS!!!

***

Apa ini hanya sekedar ilusi? Saat aku merasa kamu mencintaiku.
--Hazelia--

***

Hazel tak suka sikap Vano yang selalu membuatnya over thinking seperti ini. Menurut Hazel, Vano itu sok cuek.

Malam ini mereka tidur lebih cepat. Lebih tepatnya masuk ke dalam kamar lebih cepat. Hazel memandang wajah Vano lekat mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini.

Vano terlelap dengan cepat malam ini sedangkan Hazel masih belum bisa tidur.

"Vano. Kamu tau ga? Hati ku sakit saat kamu ga peduli sama ku. Aku belum punya perasaan pasti untuk kamu, tapi aku suka dekat dengan kamu walau kamu mungkin tidak" Hazel mengeluarkan unek-uneknya pada Vano yang sudah terlelap.

Hazel terdiam beberapa saat, memejamkan matanya sembari mengelus perutnya dengan lembut.

"Aku banyak berkorban untuk anak ini serta rumah tangga kita yang masih seumur jagung ini. Aku ga menyesal mengambil keputusan ini. Menurut Aku, anak kita sangat berharga." Menghentikan ucapannya sejenak lalu menatap Vano kembali.

"Tolong jangan cuek sama Aku lagi ya Vano? Aku takut kalau kamu tatap aku tajam seolah-olah mau makan aku. Kalau makan di ranjang gapapa. Tapi kalau di makan beneran aku takut. Astaga! Kok malah bahas itu haha" Hazel terkikik sesaat.

"Aku harap rumah tangga kita lebih berwarna, Papa sama Mama terima aku lagi. Dan tentu saja dengan Kamu. Serta Anak kita. Semoga kita punya kebahagiaan itu ya Vano walau kamu belum cinta aku. Aku menunggu cinta kamu..." Tak lama kemudian Hazel pun terlelap.

Belakangan ini mood Hazel campur aduk serta pola tidur yang tidak teratur. Nafsu makannya juga menurun.
Seharusnya di saat seperti ini Vano mendampingi Hazel untuk menguatkan wanita itu.

Mata Vano terbuka. Ia tak beneran tidur. Vano tidak mungkin terlelap saat masih jam sepuluh malam.

Vano mendengar semua. Vano hanya merileks kan pikirannya dengan memejamkan matanya. Namun malah dikira tidur beneran oleh Hazel.

Vano merasa bersalah. Tidak seharusnya Ia bersikap seperti ini pada Hazel. Mau bagaimana pun Ia ikut andil dalam masalah ini. Dan anak yang di kandung Hazel adalah anaknya.

Baiklah. Apa salahnya mencoba membuka hati pada Hazel kan? Hazel gadis yang cukup menarik. Sikap yang manis serta paras yang menawan.

Vano masih menatap wajah Hazel yang terlelap. Sampai eksistensinya teralihkan pada ponsel Hazel yang berdering.

Vano beranjak dari ranjang meraih ponsel Hazel yang berdering nyaring tanda bahwa ada seseorang yang menelpon.

Alden.

Vano tak suka. Vano sudah berusaha ingin membuka hati tetapi mengapa lelaki yang satu ini hadir dalam rumah tangganya.

Vano bukan lelaki bodoh yang tidak tahu siapa itu Alden. Sebelum menikah, Vano sudah mencaritahu segala hal tentang Hazel.

Sampai Ia tahu bahwa sahabatnya adalah mantan kekasih dari Istrinya. Tentu saja ada rasa tak suka dari Vano. Bahkan Ia mengetahui Hazel dan Alden berpelukan saat di rumah sakit.

Vano melihat dengan jelas bagaimana mereka saling melepas kerinduan di hati mereka. Vano masih melihat pancaran cinta dari kedua mantan itu.

Itu yang menyebabkan mood Vano rusak saat pulang ke rumah. Siapa yang tak kesal Istrinya berpelukan dengan mantan kekasih apalagi mantan kekasih istrinya adalah sahabatnya. Sungguh hal yang memuakkan.

Tapi tak apa, Vano akan berusaha abai karena Ia percaya pada Hazel.

Tetapi sekarang, bagaimana dengan Alden yang terus menelpon? Apa Ia angkat saja? Yasudah lah siapa tau penting.

Saat mengangkat panggilan itu, suara penuh semangat dari Alden langsung menyapa.

"Aku ganggu tidur kamu ya Zel? Maaf ya. Aku pikir kamu belum tidur. Biasanya kan kamu suka begadang hehe" Jeda sesaat sebelum Alden melanjutkan ucapannya.

"Mau ketemu besok?" Amarah Vano mendidih.

"Jangan hubungi istri saya" Dan langsung mematikan sambungan telpon.

Vano mendengus sebal. Dasar bajingan Alden. Sok tahu jam tidur Hazel. Padahal kan Vano suaminya Hazel.

Tapi tunggu dulu. Kenapa Vano bisa semarah ini? Padahal kan sebelumnya Ia seolah menjadi orang yang paling tegar bahkan saat melihat Alden dan Hazel berpelukan.

"Argghhh Anjing lo Alden" Vano mengacak-acak rambutnya.

Hazel terbangun dari tidurnya karena mendengar teriakan Vano.

"Kamu kenapa Vano? Sakit?" Paniknya sembari bangkit dari tidurnya menjadi posisi duduk.

***

Ini singkat cerita dulu tentang Vano yang udah berumur tapi masih labil tentang perasaan. Maklum la. Belum pernah pacaran haha.

See you guys.

Hamil Diluar NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang