Rencana Pernikahan.

1.3K 34 1
                                    

Hello back lagi.

Happy reading!!!

***

Hazel bukan lah wanita yang selalu lembut dan pendiam.
Namun, Entah mengapa ketika berhadapan dengan Vano, Hazel merasa ada yang berbeda. Ia hanya bisa diam walau ingin sekali menjawab.

"Aborsi!" Satu kata yang membuat Hazel sedih dan emosi.

Bagaimana pria ini begitu menyebalkan. Ini salah pria yang dihadapannya ini. Bukan dia!

Hazel itu korban!
Kenapa ia diperlakukan tak adil!

Hazel ingin rasanya mencakar wajah pria di hadapan nya ini.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi putih Vano. Siapa yang melakukan hal itu? Yang pastinya mama Rina.

Mama Rina merasa ada yang tak beres pada sifat Vano. Dan ini adalah jawabannya.

Ia kecewa kepada Vano! Dan menatap Hazel dengan tatapan iba dan bersalah.

Kasian sekali wanita malang ini ...
Kata-kata yang selalu terlintas di pikiran mama Rina.

Hazel hanya diam membeku menyaksikan Drama keluarga yang terjadi di hadapan nya tersebut.

Ia tak tau harus apa dan bagaimana.
Yang ia tau, Ini seperti sebuah takdir. Malam di bar, Diusir, Bertemu keluarga sahabat dari adiknya, Dan berbincang dengan Vano.

Kebetulan atau takdir? Ia tak peduli lagi sekarang. Yang ia pikirkan ialah bagaimana melindungi anak nya.

"KETERLALUAN KAMU VANOO!!!"
Mama Rina berteriak di hadapan Vano.

Vano hanya diam. Ia tau ia bersalah. Tapi, Tetap saja manusia punya sifat yang egois. Ia tetap saja mengira Hazel yang salah dan menjebaknya.

Mama Rina mengoceh dan menceramahi Vano. Ia memeluk Hazel seraya menangis.

"Bulan depan, Kamu harus nikahin Hazel! Gada penolakan!" Ucap mama Rina lembut namun tegas.

Vano dan Hazel membulatkan matanya.
"What?! Apa-apaan mah?!" Vano berucap dengan suara yang meninggi.

"Ini salah kamu! Kamu harus tanggung jawab. Gada penolakan. Hazel, Ayo istirahat nak. Mama antar ke kamar kamu" Mama Rina membawa koper Hazel dan merangkul lengan Hazel menuju ke suatu ruangan.

Vano memandang kedua Wanita itu datar. Apakah ia anak tiri?

Hazel hanya mengikuti perintah mama Rina. Ia bisa apa?

"Semalat malam nak" Mama Rina mengecup kening Hazel dengan Sayang. Lalu menutup pintu Hazel.

Hazel meletakkan kopernya ke-sudut ruangan. Ia melihat sekeliling.

Kamar ini lebih besar dari kamarnya.
Ia merebahkan tubuhnya di kasur lalu mengingat kembali memori pada saat ia di usir. Sungguh menyedihkan.

Hazel terus menangis sampai akhirnya ia tertidur dengan air mata yang berlinang.

***

Hari ini Ke-dua minggu nya Hazel berada di rumah keluarga Vano. Pernikahan akan dilangsungkan tiga hari lagi.

Waktu cepat sekali berlalunya. Seminggu yang lalu ia ke butik. Guna mengukur badan untuk gaun pengantin nya.

Ia bersama dengan Vano.
Sesudah ngukur badan. Mereka segera ke Caffe terdekat. Mereka makan dengan tenang sampai Vano berbicara.

"Kamu akan tinggal bersama saya serta keluarga saya sampai anak itu lahir. Setelah itu kamu boleh pergi ke mana saja. Saya tau hal ini akal-akalan kamu saja. Saya harap, Anda mau bekerja sama dengan saya Nona Hazel." Vano mengucapkan kata demi kata dengan tegas dan sarkas.

Ada rasa nyeri tersendiri di hati Hazel. Masa iya seorang ibu meninggalkan anak nya saat anak nya sudah lahir? Hazel tak akan melakukan hal itu!

Tapi untuk sekarang, Hazel akan mengikuti permainan Vano dahulu.

Hazel menganggukkan kepalanya tanda setuju. Walau ada rasa tak ikhlas di benak nya.

Saat hendak pulang, Hazel menabrak seseorang hingga membuat matanya membulat.

***

Malam ini Hazel menatap pancaran Bulan dari kamarnya(mungkin)
Ia menatap cahaya teduh dari sang bulan.

Ia mengingat kembali hari-hari yang telah ia lalui beberapa bulan belakangan ini.

Ia hanya menghela nafas dalam-dalam lalu memeriksa ponselnya.

Ada satu nama yang ingin ia telfon sedari kemarin. Namun ada ketakutan tersendiri.

Ia mencoba memberanikan diri untuk menelfon nomor tersebut.

Satu panggilan tidak terjawab. Hingga panggilan ke-tiga tampak panggilan tersebut telah tersambungkan.

"Hallo Ca" Panggil Hazel lembut kepada adiknya.

Yupss itu adalah Caca.
Hazel ingin tau bagaimana keadaan keluarganya. Jujur saja ia kangen pada keluarganya. Terlebih lagi papa nya.

"Kakak!" Caca memanggil riang di sebelah sana.

"Apa kabar dek?"

"Baik. Kakak gimana? Kok gadak kabar? Kakak tinggal dimana?" Cerewet Caca yang sudah kangen kepada kakak nya itu.

Hazel terkekeh. Adiknya ini emang rada polos. Tapi polos dan bodoh beti kan? Beda tipis!:v

"Kakak baik kok dek ... Kakak sibuk makanya lupa nelfon padahal udah kangen banget. Ini kakak nginap di tempat temen. Caca apa kabar dek?" Yupss Hazel berbohong saat mengatakan ia sibuk. Sibuk apanya? Orang dia santai-santai aja tu sama mama Rina dan Viera.

Dan untuk tempat tinggal, Hazel sengaja tidak memberitahu Caca dan meminta agar Viera tidak memberitahukan tentang Hazel.

"Caca baa-- Papa?!" Caca yang hendak menjawab malah ditarik ponselnya oleh sang Papa.

Hazel sudah Dag Dig Dug dari tadi. Merasakan kerinduan serta ketakutan pada sang Papa.

"Kamu. Jangan hubungi putri saya lagi. Saya tidak ingin putri saya satu-satu nya malah Rusak!"

Jleb!

Hati Hazel seperti tertusuk belatih yang amat teramat tajam.
Se-Rendah dan Rusak itu kah ia dihadapan sang Papa? Kenapa Papa tidak mendengarkan penjelasan nya terlebih dahulu?

Anak satu-satu nya? Apa Hazel sudah tak di anggap anak lagi oleh Papa Harry? Ia tak mungkin mengajarkan adiknya untuk bertingkah yang tidak-tidak kan? Bagaimana pun ia akan menjadi seorang Ibu.

Saat ingin menjawab perkataan Papa nya, Panggilan suara itu langsung terputus. Di saat yang sama air matanya mengalir. Sakit!

Papa. Cinta pertamanya mengusir nya. Tidak mempercayai nya. Merendahkan nya. Bahkan tak menganggap nya Anak lagi.

Sesakit itukah? Hazel tidak meminta berada di posisi seperti ini. Ia hanya ingin menjadi orang yang bisa bahagia dan membahagiakan orang di sekitarnya. Hanya itu.

Tapi semua telah berbanding terbalik ... Besok. Besok adalah hari pernikahan Hazel.

Hari yang seharusnya ia laksanakan bersama pujaan hati atau orang yang ia cintai. Tetapi ...

Ahhh sudah lah. Lebih baik Hazel mengikuti semua alur yang sudah tersedia untuk kehidupan nya. Karna ia tau. Ini bukan akhir yang bertuliskan "Sad Ending" tetapi ini bernama "New Life"

Seburuk apapun jalan yang telah kamu lalui. Ia tetap kenangan yang terselip cerita manis.

Hazel tak yakin hidup selalu Happy Ending. Tetapi hidup Berputar selayaknya roda.

Ia yakin. Ada rahasia tersembunyi dibalik perjalanan rahasia nya ini.

Ia yakin. Akan Bahagia.

Karna Hidup bukan hanya tentang bahagia dan sedih. Tapi dengan beribu kisah, Perasaan dan kejadian.

Tugasnya sekarang hanyalah mengikuti alur dan tetap hidup.

***

Oke guysss. Tetep optimis kek Hazel ya ... Yang punya masalah jangan bersungut-sungut.  Karna, Kalau masalah tak ada. Ga hidup nama nya. Hehe.

Tetep support El dengan Vote kalian ya🙌

Good bye ...

Hamil Diluar NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang