DUA BELAS

9.1K 656 31
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.

"Cakep banget sih,yang." Hages langsung menyisir rambutnya sok ganteng ketika mendengar pujian dari Millo. Millo tertawa saja melihat tingkah Hages, namun lengannya bergerak menyerahkan helm pada Hages. Pemuda berkulit tan itu menerima dengan senang hati, dan sengaja tidak langsung memasang pengerat di helm itu. Aksi modus, karena kini Millo memasangkan helm itu padanya.

Hari kedua setelah hubungan mereka dipublish, baik kelas Millo maupun kelas Hages mendadak mendiami mereka berdua. Hages tak tahu lagi posisinya di kelas itu apa. Entah masih ketua atau bahkan tak dianggap. Meskipun begitu, ia merasakan sudut hatinya senang, melihat bagaimana bahagianya Millo karena akhirnya semua orang tahu tentang mereka. Ya, Hages memilih untuk mengikuti perasaannya.

"Naik, yang." Hages melompat menaiki jok motor Millo, lengannya tanpa aba langsung melingkar pada pinggang Millo. Pemuda beralis camar di depannya menyengir sepanjang perjalanan. Ini benar-benar membahagiakan.
Sepasang tetangga itu tertawa bahagia meninggalkan beberapa orang yang menatapnya melongo.

"Itu mereka udah gak backstreet lagi?" heran Jovan.

"Lah iya, bukannya kemarin tuh berantem? Kok kita ngeskip cerita mereka baikan?" heran Henley menyahut.

"Apapun itu, baguslah mereka baik-baik aja," balas Tennya, melanjutkan menyiram bunga. Memang tiga anggota keluarga Jovan ini akan berangkat menuju tempat kerja dan kuliah masing-masing, tapi adegan Hages dan Millo tadi berhasil menarik perhatian mereka.

"Pagi-pagi udah gosip aja nih tetangga." Taella menimbrungi tetangganya itu.

"Pagi-pagi udah rapi aja nih janda satu, mau ngapel ya?" ledek Tennya.

"Ten kampret! Seenaknya lo bilang gue janda."

"Lah terus? Duda gitu? Terima fakta ya wahai tetanggaku." Jovan dan Henley memilih berangkat diam-diam daripada menimbrungi dua orang sahabat, yang sepertinya akan berdebat panjang.

"Sini gak lo cabe!" Taella kini mengarahkan selang air untuk menyiram Tennya. Pria cantik itu meledek seraya menghindar masuk ke dalam rumah.

"Ciee bentar lagi sold out!"

"TEN!"

***

Sudah hari kedua, namun kedatangan Hages dan Millo masih saja menjadi sorotan bagi siswa Neocity. Oh ayolah, mereka tidak pernah melihat Hages dan Millo dimabuk asmara, karena ketika dua kubu itu dipertemukan maka akan terjadi atraksi yang melukis luka di wajah masing-masing.

Namun kini melihat bagaimana Hages memeluk Millo dan tersenyum satu sama lain, membuat mereka gemas sendiri. Ada juga yang merasa lucu dengan interaksi mereka, karena dua manusia bertolakbelakang ini cocok jika bersanding.

"Lo gemes banget sih!" Millo mengacak rambut coklat milik Hages pelan, setelah Hages melepas helmnya.

"Jangan diberantakin monyet! Gue susah payah ini ngatur biar ganteng!" delik Hages tak suka.

"Gak perlu diatur-atur, lo udah ganteng kok."

Tuk

"AWH, sakit yang!" Millo reflek mengaduh ketika tulang keringnya ditendang.

"Rasain! Siapa suruh mulut lo lepeh banget!" Hages segera berlari menjauhi Millo membuat pemuda itu terkekeh geli.

"Lo kalau salting kenapa lucu, sih." Millo bergumam sebelum menyusul Hages menuju kelas yang kini sudah jauh berbeda keadaannya.

Namun baru beberapa langkah, pundaknya ditepuk oleh seseorang. Millo menoleh mendapati Gerry dibelakangnya. Millo hanya menautkan alis, bermaksud bertanya kenapa teman sekelasnya ini.

Backstreet | Markhyuck Au (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang