DUA PULUH

6.1K 436 2
                                    

Vote, komen, and happy reading 💙
.
.

Hansa datang bersama Levi ke klinik tempat Gerry ditangani. Hages yang melihat kedatangan mereka sontak berjalan ke arah mereka, hendak menghajar wajah Levi. Namun aksi Hages sudah didahului oleh Millo yang langsung melayangkan satu pukulan telak. Semua orang disana terkejut atas tindakan Millo, terlebih Hages.

Selama hampir 10 tahun Hages mengenal Emillo Vergasta, lelaki itu bukan tipe orang yang suka pukul-pukulan dalam melampiaskan emosinya, kalau Hages sudah jelas.

"Lo gila, Vi. Apa yang kalian rencanain sebenernya hah?!" Kerah baju Levi diangkat, sedangkan si objek memilih pasrah. Lelaki itu menerima jika Millo ingin melayangkan pukulan sekali lagi.

"Lo gak ingat gimana kita semua berjuang buat acara ini? Pensi terakhir ini bukan cuma tentang gue dan Hages. Ada Gerry, Navis, Jivan, bahkan kalian dulu juga terlibat." Millo melampiaskan marahnya, namun tangannya masih menahan sisa-sisa emosi agar tak berakhir memukul teman sekelasnya ini dan memancing keributan.

"Emil, stop. Lepasin dia dulu." Hansa menepis pelan tangan Millo, dan pemuda itu menurut.

"Kalian semua tenang, Levi bakal jelasin semuanya." Akhirnya mereka menurut apa yang dikatakan Hansa. Mereka membiarkan Levi menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Gue minta maaf soal apa yang terjadi. Tapi jujur gue sama yang lain gak pernah rencanain itu. Kita bertujuh sepakat buat sabotase acara pensi, dan bikin acara gagal total. Tapi H-1 acara Yeri, Mina, dan Arin mendadak berhenti, dan akhirnya sisa kami berempat. Kami cuma sabotase mic, drum dan alat musik. Soal lampu gantung itu, gak sengaja, karena Haje nendang kursi dideket kabel yang nyambung ke sana. Kami pun sama paniknya saat lampu itu jatuh dan kena Gerry. Sekali lagi gue minta maaf." Levi berkata yang sebenarnya.

Hages mengusap pelan punggung Millo, berusaha menenangkan pemuda itu. Hages lega jika kejadian ini bukan hal yang mereka rencanakan.

"Diapain bagusnya nih anak?" Reva angkat bicara seraya memainkan sendi jarinya hingga berbunyi gemertuk.

"Gue lega karena ini bukan bagian rencana kalian, tapi gue gak terima acara yang dibangun dihancurin gitu aja," sambung Welly.

"Lo gak tahu ya gimana perjuangan kita buat bikin acara ini? Ini persembahan terakhir kita sebagai anggota OSIS dan kelas XII, Lev." Navis menghela napas berat, sedangkan Levi hanya mampu terdiam, karena benar ini salah mereka yang buta karena kebencian.

"Gue terima perlakuan kalian, asal kalian mau maafin gue."

"Wah bener nih? Bonyokin mukanya seru kali ya," sahut Ningsih.

"Gue bagian jambak rambut deh," sambung Karina.

"Gue bagian video aja sih." Lijen ikutan.

"Gue sama Dae nonton aja, kapan lagi nyaksiin kekerasan secara langsung." Cillo ikut menyahut, kemudian mengambil posisi duduk.

"Gaes, stop bercandain, Levi. Gak ada yang bakal mukul lo." Hages menenangkan teman sekelas Millo yang tampak gelisah itu. Hages terkekeh pelan melihat kelakuan teman-temannya ini yang kadang bercanda tak lihat situasi.

"Gue bercanda. Kita semua maafin lo, lagian gue sadar kok, lo cuma salah satu yang keseret, minta maaf sama Gerry dan Rendra. Mereka berdua yang paling parah kalau di kondisi ini." Levi menatap lama ke arah perempuan yang berbicara, setahunya gadis itu bernama Reva. Gadis yang menjadi petarung di member IPS dan juga teman perempuan terdekat Hages.

"Makasih semuanya, gue gak tahu lagi harus lakuin apa lagi buat bales kebaikan kalian." Levi berujar tulus.

Hages tersenyum kecil, lalu menoleh ke arah Millo yang tampak belum memaafkan pemuda itu. Hages menyikut lengan Millo pelan.

Backstreet | Markhyuck Au (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang