10. Balconies

1.5K 193 60
                                    

Sudah berjalan tiga hari setelah penampilan perdana Julian, yang cuma menemani Trysta ke Snowden, tetapi berhasil masuk puluhan artikel dalam dan luar negeri, berita di TV, juga hot topic di sosial media. The Masked Guy memenuhi beranda-beranda pengguna di seluruh dunia, hingga pengguna di desa terpencil pula-yang penting punya ponsel dan jaringan internet.

"Rasanya... menakutkan," ujar Julian kepada Kathy. Pemuda itu duduk di bangku panjang, bersandar pada tembok, bersebelahan dengan si manajer Trysta. Tengah mengobrol berdua di balkon apartemen Julian, di lantai 19.

Ya, jika diperhatikan, dibanding akrab dengan Trysta, Julian lebih akrab dengan Kathy, manajer cantik berambut merah yang sangat banyak energi. Bukan apa-apa, mereka akrab lantaran sama-sama bekerja untuk Trysta Moretz. Kembali lagi, Julian hanya seorang "pekerja" di hadapan Trysta, bukan teman, apalagi kekasih.

Namun demikian, di lubuk hati terdalam Julian, tersimpan keinginan untuk menjadi teman Trysta. Soalnya... Trysta tampak kesepian. Julian punya simpati tinggi pada orang yang sering tampak sering sendirian.

"Kau hanya belum terbiasa, Julie. Itu akan terasa normal saat kau menjalaninya setiap hari. Sore ini, kau harus menemaninya ke studio dan makan malam bersamanya, oke?" ucap Kathy sebelum meminum soft drink yang sedari tadi ia genggami.

Julian merasakan angin di kepala dan sekitaran poni. Mengunyah kripik ubi, memandangi beberapa burung bertengger di pagar balkon yang sepi. Menghela napas, hendak melegakan saluran yang entah mengapa terasa terhimpit.

"Ada baju untuk kupakai?" Julian bertanya. Tatapannya mengawang, suaranya memelan, itu diperhatikan Kathy juga.

"Tentu. Datanglah ke penthouse jam tiga. Kau akan didandani di sana," jawab Kathy, "omong-omong, ada apa dengan wajahmu? Ada masalah?"

Julian menggeleng kecil, tersenyum tipis tanpa melihat Kathy. "Pakai masker lagi?" tanyanya sambil menoleh.

"Eum... sepertinya tidak usah, bagaimana menurutmu? Beritamu dan Trysta sungguh meledak-ledak. Tiga hari ini media di mana-mana terus membicarakanmu. Kami rasa ini saat yang tepat untuk merilis dirimu seutuhnya. Dan kalau para paparazzi meminta penjelasan, berikan saja senyum-senyum ramah yang misterius," atur Kathy panjang lebar.

"Huh?" Tampang Julian sangat tidak paham.

"Oh, Julie, ayolah.... Kau tidak mengerti?"

Julian menatap lelah. "Iya, maksudmu... senyum seperti apa?"

"Senyum-senyum tipis. Pokoknya kau tersenyum saja, tapi jangan terlalu lebar. Kau tidak perlu menjawab pertanyaan mereka. Karena semakin kau tidak menjawab, semakin mereka menggila penasaran dan akan mengejar beritamu. Rencana kita akan berhasil, mereka akan meminta klarifikasi resmi. Oh, sebagai referensi, bukalah YouTube untuk menonton video-video artis yang berhadapan dengan paparazzi. Perhatikan cara mereka tersenyum, cara mereka mendunduk, berjalan."

Julian mengedip-ngedip beberapa kali, tercenung karena mulut Kathy selalu terampil. Lantas, terlintas Shawn Mendes dan Justin Bieber, random sekali. Tapi baiklah, Julian tentu akan mencoba yang terbaik. Semoga tak berakhir membuat jijik.

Keduanya kembali melanjutkan perbincangan. Mereka berdua tidak merokok sekarang, Kathy sibuk minum minuman dan Julian sibuk makan camilan.

Kathy memberi wejangan-wejangan dan tips-tips agar Julian bisa tampak keren-karena selama ini Julian terlalu manis. Kathy ingin Julian menjadi gahar sedikit, dengan tujuan membuat persona baru yang autentik.

Aduh, aduh, sepertinya itu pekerjaan sulit. Autentiknya Julian ya memang segar dan manis.

Hingga obrolan semakin lama, sampailah Julian di titik penasaran tentang Trysta, perempuan seniman yang membuat Julian sering bertanya-tanya.

SCANDALOUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang